Sisi Pengeluaran Fiscal Needs

Halaman ini sengaja dikosongkan.

IV. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN

PENERIMAAN DAERAH KABUPATENKOTA SE-INDONESA 2001-2008 Penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia mengalami perubahan sejalan dengan adanya tuntutan demokratisasi dalam bernegara. Sistem pemerintahan yang semula lebih bersifat sentralistik menjadi desentralistik akibat dari adanya otonomi daerah. Selaras dengan perubahan tersebut, tata aturan pemerintahan juga mengalami perubahan yang lebih mengarah pada penyempurnaan pelaksanaan otonomi daerah, melalui pemberian kewenangan yang lebih luas dalam kerangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberian kewenangan tersebut diberikan baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran keuangan daerah. Penerimaan daerah merupakan sumber pendapatan pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai pemerintahan maupun pembangunan daerah. Penerimaan daerah kabupatenkota selama periode 2001-2008 selalu mengalami peningkatan. Implementasi kebijakan desentralisasi fiskal, yaitu adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam mengelola pendapatan daerah, memdorong peningkatan besaran APBD yang diterima oleh pemerintah daerah. Peningkatan penerimaan daerah ini diharapkan mampu untuk mewujudkan kemandirian daerah, sesuai dengan tujuan pelaksanaan otonomi daerah. Daerah diharapkan mampu membiayai pembangunan dan menentukan prioritas pembangunan sesuai dengan potensi sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan juga mampu mengelola anggaran tersebut secara tepat, karena dalam era desentralisasi fiskal ini, penerimaan daerah merupakan modal utama dalam melaksanakan pembangunan daerah. Penerimaan daerah terdiri dari beberapa komponen yaitu Pendapatan Asli daerah PAD, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK dan penerimaan lain yang sah. Perkembangan komponen penerimaan kabupatenkota secara umum selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Komponen penerimaan PAD kabupatenkota pada tahun 2001 tercatat sebesar Rp5 320.92 milyar, tahun 2002 naik menjadi Rp7 402.14 milyar dan pada tahun 2008 meningkat menjadi