Dampak pemberian dana perimbangan terhadap tax effort daerah

kabupatenkota di Indonesia masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap transfer pusat.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis serta kesimpulan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rekomendasi kebijakan sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah perlu mencari alternatif lain untuk dapat meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD dengan tetap melihat kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sehingga tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat tidak semakin tinggi. Upaya peningkatan penerimaan PAD harus tetap memperhatikan dampaknya terhadap daya tarik investasi. Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah guna meningkatkan PAD, hendaknya tidak menghambat masuknya investasi ke daerah. 2. Transfer dari pemerintah pusat dalam bentuk dana perimbangan efektif digunakan sebagai stimulus bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan PAD, terutama melalui peningkatan tax effort daerah. Peningkatan PAD diharapkan dapat meningkatkan kemandirian fiskal daerah, yang pada akhirnya dapat mengurangi ketergantungan daerah terhadap pusat. Kajian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menelaah optimalisasi pemanfaatan dana transfer sebagai sumber pembiayaan pengeluaran pembangunan ditinjau dari alokasi untuk sektor-sektor unggulan dalam APBD yang dapat meningkatkan tax effort daerah. Selain itu perlu adanya pengawasan dari pemerintah atasannya dan masyarakat dalam mengoptimalkan pemanfaatan dana perimbangan sesuai dengan fungsinya sebagai stimulus bagi peningkatan penerimaan PAD. 3. Sumber pembiayaan daerah, yang terdiri dari PAD dan dana perimbangan memengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Kajian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menelaah pengaruh cara pengalokasian dana transfer dari pusat untuk pengeluaran pembangunan daerah yang dialokasikan ke sektor-sektor dalam APBD, di antaranya sektor industri, sektor transfortasi, sektor pendidikan dan sektor-sektor lainnya. Dalam hal ini perlu dikaji pengaruh pengalokasian dana transfer tersebut ke sektor- sektor dalam APBD terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga dapat dilihat sektor-sektor unggulan mana saja yang perlu ditingkatkan alokasi dananya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Adi PH. 2005. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Kritis. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga . 2006. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah Studi Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. . 2007. Kemampuan Keuangan Daerah dan Relevansinya dengan Pertumbuhan Ekonomi. The 1 st National Accounting Conference. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. . 2008. Relevansi Transfer Pemerintah Pusat dengan Upaya Pajak Daerah. Surabaya: The 2 nd National Conference UKWMS. Adi PH, Wulan L. 2008. Perilaku Asimetris Pemerintah Daerah terhadap Transfer Pemerintah Pusat. Surabaya: The 2 nd National Conference UKWMS. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Keuangan Pemerintah Daerah TK II Tahun 2002-2007. Jakarta: BPS. Baltagi H. 2007. Econometric Analysis of Panel Data. New York: John Wiley and Sons. Bird R, Francois V. 2000. Desentralisasi Fiskal di Negara-negara Berkembang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Brodjonegoro B. 2001. Indonesian Intergovernmental Transfer in Decentralization Era: The Case of General Allocation Fund. International Symposium on Intergovernmental Transfers in Asian Countries: Issues and Practices. Tokyo: Hitotsubashi University. [Departemen Keuangan] Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2004. Dana Alokasi Umum. Http www.djpk.depkeu.go.id [DPR] Dewan Perwakilan Rakyat RI. 2000. Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta [DPR] Dewan Perwakilan Rakyat RI. 2004a. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta. [DPR] Dewan Perwakilan Rakyat RI. 2004b. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta. Halim A. 2001. Manajemen Keuangan Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Halim A. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: STIM YKPN. Kharisma B. 2006. Peran Anggaran Pemerintah Daerah Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Sebelum dan Sesudah Era Desentralisasi: Pendekatan Model Ekonometrika periode 1995-2005. [Tesis]. Depok: Program Studi Ilmu Ekonomi Pasca Sarjana, FE UI. Landiyanto A. 2005. Kinerja Keuangan dan Strategi Pembangunan di Era Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota Surabaya. Cures Working Paper No. 05 Januari 2005. Lewis BD. 2003. Tax and Charge by Regional Governments Under Fiscal Decentralization: Estimates and Explanations. Bulletin of Indonesian Economic Studies Vol 39 No. 2 hlm 177-192. Lutfi A. 2002. Pemanfaatan Kebijakan Desentralisasi Fiskal Berdasarkan UU No.342000 oleh Pemda untuk Menarik Pajak Daerah dan Retribusi Daerah: Studi Kasus di Kota Bogor. Mankiw NG. 2006. Makroekonomi. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mangkoesoebroto G. 1997. Ekonomi Publik. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah. Makalah disampaikan dalam seminar pendalaman ekonomi rakyat. Martin B, Pablo S. 2004. Exerting Local Tax Effort or Lobbying for Central Transfer. Journal of Economic Literature Codes: D82-H77. Mulyana B. 2006. Keuangan Daerah : Perspektif Desentralisasi Fiskal dan Pengelolaan APBD di Indonesia. Httpwww.bppk.depkeu.go.id. Nanga M. 2005. Analisis Posisi Fiskal KabupatenKota di NTT: Adakah Posisi Fiskal Pasca Otda Lebih Baik? Jurnal Kritis. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Priyarsono DS, Widyastutik, Henny R. 2008. Ekonomi Publik. Jakarta: Universitas Terbuka. Rajaraman I, Vasishtha G. 2000. Impact of Grants on Tax Effort of Local Government. Journal of Economic Literature Codes: H71,H77. Republik Indonesia. 2001a. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah. Jakarta. Republik Indonesia. 2001b. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah. Jakarta. Ronauli. 2006. Analisis Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Daerah Pasca Penerapan Desentralisasi Fiskal di Indonesia. [Tesis]. Depok: Program Studi Ilmu Ekonomi Pasca Sarjana, FE UI. Saragih JP. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Seymour R, Turner S. 2002. Regional Autonomy: Indonesia’s Decentralization Experiment. New Zealand Journal of Asian Studies Vol 4. Desember 2002. Sidik M. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Orasi Ilmiah disampaikan pada acara wisuda XXI STIA LAN Bandung. Stiglitz JE. 2000. Economics of the Public Sector. Third Ed. New York: W.W. Norton Company. Stine W. 1994. Is the Local Government Revenue Response to Federal Aid Symmetrical? Evidence from Pennsylvania County Government in an Era of Retrenchment. National Tax Journal Vol 47 No. 4 hlm 799-816. Desember 1994. Suparmoko M. 2000. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: BPFE. Tangkilisan HN. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia Widiasono. Todaro PM, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Erlangga. Turner M. 2001. Implementing Laws 22 and 25: The Challenge of Decentralization in Indonesia. Asian Review of Public Administration Vol XIII No. 1. Januari 2001. Waluyo J. 2007. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Antardaerah di Indonesia. Parallel Session IA: Fiscal Decentralization. Jakarta.