Derajat Kemandirian Daerah Perkembangan Kinerja Keuangan KabupatenKota

iklim investasi di daerah, sehingga dengan membaiknya iklim investasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah, terutama penerimaan PAD melalui peningkatan tax effort daerah. PAD diharapkan memiliki kontribusi yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan pembangunan daerah, dengan kata lain ketergantungan daerah terhadap pusat dapat dikurangi. Daerah memiliki kemandirian fiskal yang tinggi, dan dapat dikatakan otonomi daerah berjalan dengan efektif. Hasil penelitian ini mendukung temuan Stine 1994 yang menunjukkan bahwa ketika terjadi penurunan transfer yang mengalami penurunan tidak hanya pengeluaran lokal, tetapi penerimaan daerah sendiri juga mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena penurunan transfer mengakibatkan terjadinya penurunan dukungan pembiayaan kegiatan yang ditujukan untuk peningkatan penerimaan pajak, yang kemudian diantisipasi daerah dengan peningkatan harga- harga layanan publik. Peningkatan harga ini justru menjadi kontraproduktif dikarenakan tidak menyebabkan terjadinya kenaikan pendapatan sendiri PAD. PAD justru mengalami penurunan karena publik merespon negatif terhadap peningkatan harga-harga layanan publik. Perbedaan tingkat kemandirian antar kabupatenkota, jika tanpa dana perimbangan dapat dilihat dari efek individu, α i . Beberapa daerah di Pulau Jawa dan Bali memiliki derajat kemandirian yang lebih baik dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Secara umum, derajat kemandirian daerah kota cenderung lebih baik dibandingkan daerah kabupaten. Pengecualian terjadi di Kabupaten Badung Provinsi Bali, yang memiliki tingkat kemandirian paling baik dibanding daerah lainnya. Kemandirian Kabupaten Badung diperkuat oleh hasil analisis kinerja keuangannya, yang menunjukkan tingginya derajat kemandirian kabupaten ini.

5.2.2 Elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah terhadap PAD dan dana

perimbangan Keseluruhan dana APBD baik yang berasal dari PAD maupun dana perimbangan menjadi sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah, termasuk pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan suatu daerah dalam mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya sangat tergantung pada kebijakan dari masing-masing pemerintah daerah. Salah satunya adalah kebijakan dalam mengalokasikan sumber pembiayaan daerah yang tercermin pada alokasi belanjanya. Elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD dan dana perimbangan diestimasi melalui pengujian menggunakan analisis regresi berganda dengan data panel. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode fixed effect, hal ini karena data yang digunakan meliputi semua individu dalam populasi. Pemilihan model antara metode fixed effect dan metode random effect juga dilakukan dengan pengujian Hausman test. Hasil pengujian Hausman test dapat dilihat pada Tabel 12, yang menunjukkan bahwa untuk periode penelitian 2001-2008 nilai chi square hitung lebih besar daripada chi square tabel , sehingga cukup bukti untuk menolak Ho. Dengan demikian estimasi menunjukkan bahwa pendekatan fixed effect lebih baik dibandingkan dengan pendekatan random effect. Berarti terdapat perbedaan antar unit yang dapat dilihat melalui perbedaan dalam constans term. Dalam fixed effect model diasumsikan bahwa tidak terdapat time specific effect dan hanya memfokuskan pada individual specific effects. Tabel 12 Uji Hausman Hipotesis Penelitian Kesimpulan Ho : ada gangguan antar individu random effect 659.638502 11.0705 Tolak Ho Sumber : data diolah Keterangan : signifikan pada α = 5 Hasil pengujian dengan metode fixed effect dirangkum dalam Tabel 13, dan hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat di lampiran. Hasil estimasi menunjukkan variabel-variabel sumber pembiayaan daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, dengan koefisien determinasi R 2 sebesar 99. Koefisien ini menunjukkan 99 variasi pertumbuhan ekonomi daerah ditentukan oleh sumber pembiayaan daerah, yaitu PAD dan dana perimbangan DBH, DAU dan DAK, sedangkan selebihnya ditentukan oleh faktor lain. Tabel 13 Hasil estimasi elastisitas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD dan dana perimbangan Variable Coefficient t-Statistic Prob. R square R 2 Intercept 11.59745 229.7904 0.0000 0.995586 LNDBH 0.029824 7.880181 0.0000 LNDAU 0.168771 28.2832 0.0000 LNDAK 0.004597 8.834892 0.0000 LNPAD 0.049765 11.7877 0.0000 Sumber : data diolah Keterangan : signifikan pada α = 5 Hasil estimasi menunjukkan bahwa intercept maupun keempat koefisien komponen sumber pembiayaan daerah DAU, DAK, DBH dan PAD adalah signifikan secara statistik mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dengan taraf nyata 5 α= 5. Dengan kata lain, hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa elastistas pertumbuhan ekonomi daerah akibat perubahan PAD dan dana perimbangan bernilai positif, terbukti. Hubungan antara PAD dan dana perimbangan dengan pertumbuhan ekonomi daerah dapat digambarkan dalam persamaan berikut: Ln PDRBit = α i + β 1 lnDBHit + β 2 lnDAUit + β 3 lnDAKit + β 3 lnPADit + it .....5.3 = α i + 0.029824 lnDBH it + 0.168771 lnDAU it + 0.004597 lnDAK it + 0.049765 lnPADit ……….…………………...…5.4 Koefisien elastisitas masing-masing komponen sumber pembiayaan daerah adalah sebesar 0.0298 DBH, 0.1688 DAU, 0.0046 DAK dan 0.0498 PAD. Interpretasi atas hasil tersebut menunjukkan bahwa: 1 setiap kenaikan DBH sebesar 1, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 0.0298, ceteris paribus, 2 setiap kenaikan DAU sebesar 1, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 0.1688, ceteris paribus, 3 setiap kenaikan DAK sebesar 1, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 0.0046, ceteris paribus, dan 4 setiap kenaikan PAD sebesar 1, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 0.0498, ceteris paribus. Perlu juga dicatat bahwa hasil analisis ini tidak mempunyai implikasi bahwa agar pertumbuhan ekonomi daerah tinggi maka DAU dan DBH harus ditingkatkan karena untuk pemberian dana perimbangan khususnya DAU dan DBH sudah ada formulanya. Interpretasi model tersebut hanya menggambarkan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah masih memerlukan dana perimbangan yang relatif cukup besar dibandingkan PAD. Hubungan tersebut menunjukkan masih tingginya ketergantungan keuangan daerah terhadap transfer pusat, terutama dalam bentuk DAU, untuk membiayai pembangunan ekonomi daerah. Sebagai penutup, dapat dikemukan bahwa dalam jangka pendek dana perimbangan efektif berperan sebagai stimulus peningkatan tax effort daerah, yang pada akhirnya meningkatkan PAD dan pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam jangka panjang diharapkan kemandirian fiskal daerah dapat terwujud dalam struktur yang lebih sehat, yakni sumber-sumber pembiayaan daerah lebih didominasi dari PAD dibandingkan dari dana perimbangan transfer dari pemerintah pusat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka sesuai dengan tujuan penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pada umumnya kinerja keuangan daerah di Indonesia masih rendah, baik ditinjau dari sisi penerimaan maupun dari sisi pengeluarannya. Kabupatenkota belum secara optimal menggali potensi yang dimilikinya dalam meningkatkan sumber penerimaan daerah. Di sisi lain, alokasi belanja rutin masih mempunyai kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan belanja pembangunan. Sumber pembiayaan utama belanja daerah masih banyak bersumber dari dana perimbangan. Hal ini menunjukkan masih tingginya ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu tujuan desentralisasi fiskal, yaitu untuk meningkatkan kemandirian daerah dengan memperkuat PAD kabupatenkota belum tercapai secara optimal. 2. Transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam bentuk dana perimbangan, yang terdiri dari DBH, DAU dan DAK memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan tax effort daerah. Pengaruh DAU lebih besar dibanding komponen dana perimbangan lainnya dalam memengaruhi peningkatan tax effort daerah. Pemberian dana perimbangan efektif diberikan sebagai stimulus bagi daerah dalam meningkatkan PAD terutama melalui peningkatan tax effort daerah. Dengan struktur PAD yang kuat diharapkan dapat menjadi sumber utama pembiayaan di daerah. 3. PAD dan dana perimbangan merupakan salah satu komponen dari penerimaan daerah, yang selanjutnya akan digunakan sebagai sumber pembiayaan daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah. PAD dan dana perimbangan sebagai sumber pembiayaan daerah memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi daerah masih memerlukan dana perimbangan terutama DBH dan DAU. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, kabupatenkota di Indonesia masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap transfer pusat.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis serta kesimpulan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rekomendasi kebijakan sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah perlu mencari alternatif lain untuk dapat meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD dengan tetap melihat kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sehingga tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat tidak semakin tinggi. Upaya peningkatan penerimaan PAD harus tetap memperhatikan dampaknya terhadap daya tarik investasi. Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah guna meningkatkan PAD, hendaknya tidak menghambat masuknya investasi ke daerah. 2. Transfer dari pemerintah pusat dalam bentuk dana perimbangan efektif digunakan sebagai stimulus bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan PAD, terutama melalui peningkatan tax effort daerah. Peningkatan PAD diharapkan dapat meningkatkan kemandirian fiskal daerah, yang pada akhirnya dapat mengurangi ketergantungan daerah terhadap pusat. Kajian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menelaah optimalisasi pemanfaatan dana transfer sebagai sumber pembiayaan pengeluaran pembangunan ditinjau dari alokasi untuk sektor-sektor unggulan dalam APBD yang dapat meningkatkan tax effort daerah. Selain itu perlu adanya pengawasan dari pemerintah atasannya dan masyarakat dalam mengoptimalkan pemanfaatan dana perimbangan sesuai dengan fungsinya sebagai stimulus bagi peningkatan penerimaan PAD. 3. Sumber pembiayaan daerah, yang terdiri dari PAD dan dana perimbangan memengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Kajian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menelaah pengaruh cara pengalokasian dana transfer dari pusat untuk pengeluaran pembangunan daerah yang dialokasikan ke sektor-sektor dalam APBD, di antaranya sektor industri, sektor transfortasi, sektor pendidikan dan sektor-sektor lainnya. Dalam hal