Model Leviathan Teori Pajak

DBHSDA, dan Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan DBHPPh disparitas ekonomi antardaerah akan semakin meningkat ditunjukkan oleh meningkatnya angka indeks Williamson. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi daerah, dengan skema yang sama menghasilkan tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda antar daerah, daerah yang kaya SDA dan menerima DAU tinggi menunjukkan tingat petumbuhan yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Lutfi 2002, dalam penelitiannya tentang pemanfaatan kebijakan desentralisasi fiskal berdasarkan Undang-Undang Nomor 342000 oleh Pemda untuk menarik pajak daerah dan retribusi daerah. Implementasi Undang-Undang Nomor 342000 telah memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah. Hal ini ditunjukkan seluruh daerah di Indonesia berlomba-lomba untuk menerbitkan perda untuk menggali potensi pajak daerah dan retribusi daerah yang dimiliki daerahnya. Landiyanto 2005, meneliti kinerja keuangan daerah kota Surabaya di era otonomi daerah. Dengan menggunakan metode eksploratif dan diperkuat dengan melihat tingkat kemandirian keuangan dan derajat desentralisasi, periode tahun 1998-2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Surabaya masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada pemerintah pusat, yang disebabkan belum optimalnya penerimaan dari pendapatan Asli daerah Kota Surabaya. Sehingga perlu di cari alternatif-alternatif untuk meningkatkan PAD. Adi dan Wulan 2008, melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat adanya kecenderungan perilaku asimetris pemerintah daerah kotakabupaten terhadap pemerintah pusat yang diwujudkan dalan APBD. Hasil penelitian menunjukkan transfer pemerintah pusat berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran pemerintah daerah kabupaten atau kota. Terbukti adanya perilaku asimetris daerah dalam merespon transfer pemerintah pusat dengan cara memanipulasi pengeluaran pemerintah setinggi mungkin dengan tidak mengupayakan maksimasi pendapatan asli daerah PAD supaya dapat bantuan berupa transfer dari pemerintah pusat. Idealnya pelaksanaan otonomi daerah harus mampu mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, daerah menjadi lebih mandiri, yang salah satunya diindikasikan dengan meningkatnya kontribusi PAD dalam hal pembiayaan belanja daerah Adi 2007. PAD memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian daerah. Adi dan Wulan 2008, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa transfer pemerintah pusat DAU justru memberikan pengaruh negatif pada tax effort daerah pada taraf signifikansi 10. Tax effort pemerintah kabupatenkota justru semakin rendah. Hal ini menunjukan adanya ketergantungan yang tinggi terhadap transfer pemerintah pusat, daerah lebih mengandalkan penerimaan DAU yang bersifat hibah daripada mengoptimalkan penerimaan PAD. Stine 1994 menemukan hal yang berbeda, penelitiannya di Pennsylvania menunjukkan ketika terjadi penurunan transfer menyebabkan turunnya dukungan pembiayaan kegiatan yang ditujukan untuk peningkatan pajak, yang kemudian diantisipasi daerah dengan melakukan peningkatan harga-harga layanan publik di tingkat lokal. Publik merespon negatif peningkatan harga-harga layanan publik tersebut, sehingga penerimaan daerah sendiri own revenue mengalami penurunan. Hal ini justru akan menjadi kontraproduktif, dikarenakan tidak menyebabkan terjadinya kenaikan pendapatan sendiri PAD.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 322004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya, termasuk kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangannya sendiri. Oleh karenanya, pemerintah daerah dituntut untuk dapat meningkatkan penerimaan daerah guna memenuhi kebutuhan belanja daerah. Salah satu kendala yang sering dijumpai pada implementasi otonomi daerah adalah adanya perbedaan potensi dan kondisi dari masing-masing daerah, sehingga menimbulkan kesenjangan fiskal baik dengan pemerintah pusat maupun kesenjangan antardaerah. Untuk mengatasi persoalan ini, pemerintah pusat memberikan transfer fiskal berupa dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Dana perimbangan tersebut terdiri dari DAU, DAK dan DBH. Pemberian dana perimbangan diharapkan dapat dijadikan sebagai stimulus