dengan tetap memperhatikan kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Kriteria yang dimaksud disini adalah:
1. Bersifat pajak dan bukan retribusi daerah.
2. Objek pajak terdapat di wilayah kabupatenkota yang bersangkutan, dan
mempunyai mobilitas yang rendah. 3.
Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi danatau objek pajak
pusat. 5.
Potensinya memadai. 6.
Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. 7.
Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. 8.
Menjaga kelestarian lingkungan. Besarnya tarif untuk pajak kabupatenkota berlaku definitif, ditetapkan dengan
peraturan daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam undang-undang tersebut.
Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 342000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta PP
Nomor 662001 tentang Retribusi Daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Semakin banyak jenis pelayanan publik dan meningkatnya
mutu pelayanan publik yang diberikan pemerintah daerah terhadap masyarakatnya, maka kecenderungan perolehan dana retribusi akan semakin
besar. Objek atau jenis retribusi daerah menurut Undang-Undang Nomor 342000
serta prinsip atau kriteria penentuan tarifnya adalah sebagai berikut: 1
Retribusi jasa umum dengan kriteria penentuan tarif kebijakan daerah yang bersangkutan, besarnya biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Retribusi yang termasuk dalam jasa umum antara lain retribusi pelayanan kesehatan, pelayanan
parkir, pelayanan pasar, penggantian cetak akte.
2 Retribusi jasa usaha dengan kriteria penentuan tarifnya, yaitu tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang layak. Retribusi jasa usaha antara lain jasa usaha terminal, jasa usaha tempat rekreasi.
3 Retribusi perizinan tertentu dengan kriteria penentuan tarifnya yaitu tujuan
untuk menutup sebagianseluruhnya biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Termasuk dalam retribusi perizinan tertentu antara lain
retribusi izin trayek, izin gangguan. Dalam rangka pengawasan, perda-perda tentang pajak dan retribusi daerah
yang diterbitkan oleh pemerintah daerah harus disampaikan kepada pemerintah pusat. Perda-perda yang bertentangan dengan kepentingan umum danatau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, pemerintah pusat melalui menteri dalam negeri dengan pertimbangan menteri keuangan dapat membatalkan
perda tersebut.
2.1.3.2 Dana Perimbangan
Konsekuensi pemberlakuan sistem otonomi daerah adalah dibentuk pula perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yaitu Undang-Undang Nomor 332004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dalam melaksanakan kewenangan daerah, pemerintah pusat memberikan bantuan kepada daerah dalam bentuk transfer. Transfer pemerintah pusat didefinisikan
sebagai pengalihan dari pendapatan fiskal antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, yang berperan penting dalam menentukan tingkat disparitas
sosial sehingga dalam jangka panjang dapat mengembangkan perekonomian negara.
Sebelum masa otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dilaksanakan, secara umum terdapat tiga jenis transfer pemerintah pusat kepada daerah. Transfer
tersebut diwujudkan dalam bentuk Subsidi Daerah Otonomi SDO, bantuan Inpres dan Daftar Isian Proyek DIP. SDO bertujuan untuk mendukung anggaran
rutin pemerintah daerah guna menciptakan perimbangan keuangan antar tingkat pemerintahan. Sebagian besar SDO digunakan untuk membiayai gaji pegawai
pemerintah di daerah, sebagian kecil lainnya untuk keperluan selain subsidi untuk
pembiayaan pelatihan pegawai pemerintah. SDO dikategorikan sebagai transfer pusat yang bersifat khusus, karena daerah tidak memiliki kewenangan dalam
menetapkan penggunaan SDO, namun sudah ditetapkan oleh pemerintah. Bantuan inpres bertujuan untuk memberikan bantuan pembangunan daerah,
baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus yang diberikan atas Instruksi Presiden. Dasar pemberian bantuan adalah adanya penyerahan sebagian
urusan kepada daerah dan terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah daerah untuk membiayai urusan-urusan tersebut. Selain itu, tujuannya adalah untuk
mencapai pemerataan, terutama dalam hal kesempatan kerja, partisipasi dalam pembangunan, distribusi hasil-hasil pembangunan. Sementara, daftar isian proyek
DIP merupakan subsidi dan bantuan yang dapat dikategorikan sebagai bantuan antartingkat pemerintahan, karena menjadi bagian dari anggaran pemerintah
daerah. Setelah berlaku otonomi daerah dan diberlakukannya desentralisasi fiskal
ketiga transfer di atas dihilangkan, sebagai gantinya pemerintah pusat memberikan transfer kepada pemerintah daerah dalam bentuk dana perimbangan,
yang ditujukan untuk memberikan kepastian sumber pendanaan bagi APBD dan untuk memperkecil kesenjangan kapasitas fiskal antardaerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 332004, dana perimbangan didefinisikan sebagai dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara APBN yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Apabila APBN besar, maka dana yang
dialokasikan ke daerah juga akan besar, dan sebaliknya. Perolehan dana perimbangan ini tidak memerlukan usulan dari pemerintah daerah, karena sudah
ada formula yang pasti dengan dasar undang-undang, berapa besar alokasi yang akan diterima suatu daerah. Begitu juga dengan pengelolaannya sepenuhnya
menjadi urusan daerah dalam APBD. Alasan perlunya transfer dana dari pusat ke daerah adalah:
1. Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal vertikal
Pemerintah pusat menguasai sebagian besar penerimaan-penerimaan pajak utama, pemerintah daerah hanya berwenang memungut pajak-pajak yang
berbasis lokal, mobilitas rendah dengan besaran penerimaan yang relatif signifikan.
2. Untuk mengatasi ketimpangan fiskal horisontal.
Kemampuan daerah dalam menghimpun pendapatan sangat bervariasi, tergantung pada kondisi daerah bersangkutan yang memiliki kekayaan
sumber daya alam atau tidak, ataupun daerah dengan intensitas kegiatan ekonomi yang tinggi atau rendah, yang semuanya berimplikasi pada
besarnya basis pajak di daerah-daerah bersangkutan. 3.
Adanya kewajiban untuk menjaga standar pelayanan publik minimum di setiap daerah.
Peran distribusi sektor publik akan lebih efektif dan cocok jika dijalankan pemerintah pusat. Daerah-daerah dengan sumber daya yang sedikit
memerlukan subsidi agar dapat mencapai standar pelayanan publik minimum.
4. Mengatasi permasalahan yang timbul akibat menyebar atau melimpahnya
efek pelayanan publik interjurisdictional spill-over effects. Beberapa jenis pelayanan publik di satu wilayah mempunyai “efek
menyebar” ke wilayah-wilayah lainya, manfaatnya tidak dapat dibatasi hanya untuk masyarakat daerah tertentu saja. Seperti jalan penghubung antar
daerah, tanpa adanya imbalan dari pembuatan jalan tersebut pemerintah daerah enggan untuk berinvestasi di sini, maka pemerintah pusat perlu
memberikan semacam insentif agar pelayanan publik tetap dapat terpenuhi di daerah.
5. Stabilisasi.
Transfer dilakukan oleh pemerintah jika perekonomian lesu, maka untuk mencapai stabilisasi diberikan transfer.
Dana perimbangan dari pemerintah pusat ini terdiri dari Dana Bagi Hasil DBH, Dana Alokasi Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK. DAU
dan DBH mempunyai sifat bantuan umum block grant dan DAK mempunyai sifat bantuan khusus specific grant.
Dana bagi hasil DBH adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan ke daerah, di mana besarnya sesuai dengan kontribusi daerah