Sebaran mamalia besar di areal TNTN Status perlindungan mamalia besar

14 Ludwig Reynolds 1988 menyatakan bahwa proporsi kelimpahan jenis mamalia dihitung dengan menggunakan indeks kemerataan, yaitu: J’ = H’ln S Penentuan nilai indeks kemerataan ini berfungsi untuk mengetahui kemerataan setiap jenis mamalia dalam areal pengamatan yang ditentukan, sehingga dapat diketahui keberadaan dominansi jenis mamalia besar.

3.4.5. Kesamaan komunitas mamalia besar

Komunitas mamalia besar ditentukan dengan menggunakan indeks koefisien Jaccard digunakan untuk membandingkan diantara komunitas mamalia besar secara kualitatif Krebs 1989 dengan memperlihatkan keberadaan mamalia besar, digabungkan antara pertemuan langsung dan tidak langsung. Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan nilai indeks Jaccard, adalah: JI = c b a a + + Keterangan: a = Pada kedua habitat ditemukan jenis yang sama b = Mamalia besar hanya ditemukan pada habitat A c = Mamalia besar hanya ditemukan pada habitat B

3.4.6. Sebaran mamalia besar di areal TNTN

Pola sebaran spasial suatu komunitas ekologi ditentukan dengan menggunakan indeks penyebaran Ludwig dan Reynold 1988. ID = S 2 X Keterangan: ID = Indeks Penyebaran S 2 = Ragam contoh X = Rata-rata contoh Dalam penentuan pola sebarannya, digunakan uji Chi Square dengan persamaan sebagai berikut: µ 2 = ID N-1 Keterangan: N = Ukuran contoh atau jumlah Jalur Persamaan digunakan untuk ukuran contoh kecil N 30, maka nilai keragaman populasi membentuk 3 pola, yaitu: Jika µ 2 µ 2 0,975 , maka terjadi sebaran seragam 15 µ 2 0,975 ≤ µ 2 ≤ µ 2 0,025, maka terjadi sebaran acak µ 2 µ 2 0,025, maka terjadi sebaran kelompok

3.4.7. Status perlindungan mamalia besar

Perlindungan terhadap jenis-jenis mamalia besar ditandai dengan status konservasi yang dimiliki setiap jenis mamalia besar. Status konservasi diberikan oleh Pemerintah RI PP No. 7 Tahun 1999, CITES Convention on International Trade in Endengered Species of Wild Flora and Fauna , IUCN International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. Beberapa kategori dalam CITES, Vulnerable = VU rawan diterapkan pada takson yang tidak termasuk dalam kategori kritis Critically Endangered = CR atau genting Endengered = EN namun mengalami resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam dalam waktu dekat sehingga dapat digolongkan punah in-situ Excinct in the wild = EW. Sedangkan untuk kekhawatiran minimal Least Concern = LC diterapkan pada takson kategori yang cukup mendapat perhatian karena jumlah satwa yang mulai berkurang di alam. Data belum lengkap Data Deficien = DD. Diterapkan pada takson yang kondisi biologinya mungkin telah diketahui, tetapi data persebaran dan populasinya belum lengkap sehingga analisis status kelangkaannya kurang memadai. Beberapa kategori dalam IUCN, diantaranya: Appendix I berarti daftar yang memuat jenis-jenis yang telah terancam punah endangered sehingga perdagangan internasional spesimen yang berasal dari habitat alam harus dikontrol dengan ketat dan hanya diperkenankan untuk kepentingan tertentu dan hanya dengan izin khusus. Appendix II berarti daftar yang memuat jenis-jenis yang saat ini belum terancam punah, namun dapat menjadi terancam punah apabila perdagangan internasionalnya tidak dikendalikan. Appendix III berarti daftar yang memuat jenis-jenis yang diidentifikasi sebagai bahan perdagangan yang dapat diterapkan sesuai dengan peraturan di semua wilayah, dengan maksud mencegah atau membatasi eksploitasi lewat kerjasama dengan semua pihak terkait dalam pengawasan perdagangan Soehartono dan Mardiastuti 2003. 16

3.4.8. Pemanfaatan waktu aktivitas dan stratifikasi hutan