6
mencairnya es, jenis-jenis beradaptasi dan berevolusi pada kondisi yang baru dan berlainan, yang kadang menghasilkan subjenis baru atau bahkan jenis baru.
Semakin lama isolasi yang terjadi, semakin banyak fauna-fauna yang berbeda, seperti yang ditunjukan oleh jumlah satwa yang endemik di Sulawesi dengan
lebih dari 70 jenis mamalia darat yang endemik Zon 1979. Penyebaran mamalia mempunyai kecendrungan untuk dibatasi oleh
penghalang-penghalang fisik seperti sungai, samudera, dan gunung, serta oleh penghalang ekologis seperti batas tipe hutan dan adanya jenis saingan yang telah
menyesuaikan secara optimal dengan habitatnya sekarang. Sehingga penghalang- penghalang fisik itu dapat digunakan untuk menarik batas geografis fauna
sepanjang batas fisik atau ekologis Alikodra 1990. Fauna Sumatera sangat erat hubunganya dengan fauna yang berada di
Semenanjung Malaysia dengan relatif sedikit mamalia endemik, misalnya Kelinci sumatera Nesolagus netsheri. Sesuai dengan kondisi biogeografisnya. Pulau
Kalimantan mamalia endemik sebanyak 18 jenis memiliki jenis-jenis satwaliar endemik yanng lebih tinggi dibandingkan Pulau Sumatera mamalia endemik
sebanyak 10 jenis Whitten et al. 1987 dalam Alikodra 2002.
2.4. Pergerakan dan Daerah Jelajah Satwaliar
Pergerakan adalah suatu strategi dari individu ataupun populasi untuk menyesuaikan dan memanfaatkan keaadaan lingkungannya agar dapat hidup dan
berkembangbiak secara normal. Pergerakan satwaliar merupakan suatu perilaku, sehingga mempunyai pola-pola tertentu sesuai dengan jenisnya. Pergerakan ini
erat hubungannya dengan sifat individu dan kondisi lingkungannya seperti ketersediaan makanan, fasilitas untuk berkembangbiak, pemangsaan, kondisi
cuaca, sumber air maupun adanya pengerusakan lingkungan Alikodra 2002. Pola pergerakan dan jarak tempuh satwa dipengaruhi oleh sifat satwanya
dan tergantung pada jumlahnya serta distribusi sumber makanannya Smith et al. 1975. Pada saat sumber makanan melimpah dan dekat dengan daerah inti satwa,
maka pergerakan satwa tersebut tidak terlalu jauh. Pergerakan satwa ini sangat didukung dengan waktu aktifnya. Berdasarkan waktu aktifnya satwa digolongkan
menjadi tiga jenis, yaitu diurnal, nokturnal, dan diurnal-nokturnal.
7
Daerah jelajah yaitu wilayah yang dikunjungi satwaliar secara tetap karena dapat mensuplai makanan, minum, serta mempunyai fungsi sebagai tempat
berlindungbersembunyi, tempat tidur dan tempat kawin Boeghey 1973; Pyke 1983; Van Noordwijk 1985 dalam Entebe 2005. Pengertian daerah jelajah home
range dibedakan dengan daerah inti satwa yang merupakan tempat untuk
melakukan kegiatan khusus, seperti tidur, bersarang kawin, dan lain-lain. Territory akan sangat dipertahankan dengan pihak yang bersangkutan Burt 1949 dalam
Entebe 2005. Daerah jelajah satwa dapat berubah-ubah, tergantung kepada pola
pergerakan satwa dan jarak tempuhnya, biasanya daerah jelajah tersebut tidak dipertahankan, selain itu daerah jelajah satwa merupakan bagian penting dari
populasi satwa, karena selain mencerminkan sifat satwa juga mencerminkan kondisi habitat dimana satwa itu berada. Luas wilayah daerah jelajah sangat
tergantung dengan ukuran tubuh satwaliar baik dari golongan herbivora maupun karnivora Mace et al. 1983.
Terdapat tiga aspek perilaku yang menyangkut kehadiran satwa dengan posisi tertentu di tempat dan pada saat pengamatan dilakukan, yaitu: organisasi
sosial, pola pemanfaatan ruang dan pola pemanfaatan waktu. Ketiga aspek ini mempengaruhi keberadaan satwa yang teramati, sehingga pengamat dapat
mengelola ketiga aspek ini dengan baik Santosa 1993.
2.5. Dampak Pembalakan Terhadap Kehidupan Satwaliar