V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kelembagaan
Pengelolaan sampah di DKI Jakarta khususnya di Jakarta Timur dilakukan oleh Dinas Kebersihan, selain berfungsi sebagai pengelola sampah, dinas kebersihan
juga berperan sebagai pengatur, pengawas dan pembina pengelolaan persampahan. Dalam mengelola sampah perlu dikutsertakan kelembagaan lain maupun masyarakat
agar penanganan terhadap sampah dapat dikelola dengan baik. Adapun beberapa kelembagaan lain yang terlibat untuk membantu dinas kebersihan dalam memberikan
penyuluhan pengelolaan sampah kepada masyarakat adalah LSM Bina Swadaya, JICA, Unilever.
a. Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur
Suku Dinas Kebersihan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara
teknis administratif kepada Kepala Dinas dan secara teknis operasional kepada Walikotamadya yang bersangkutan. Kantor suku dinas kebersihan Jakarta Timur
diresmikan pada tanggal 28 Januari 2008. Suku Dinas Kebersihan memiliki fungsi pelayanan kebersihan kepada masyarakat, instansi pemerintah dan swasta, pengendali
kepatuhan masyarakat terhadap peraturan kebersihan serta pemberdayaan masyarakat di bidang kebersihan.
b. LSM Bina Swadaya dan JICA
LSM Bina Swadaya didirikan oleh ikatan petani pancasila pada Tanggal 24 Mei 1967. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya pemberdayaan
masyarakat seperti pengembangan daerah, lingkungan, dan terdapat juga kegiatan pelatihan, workshop. LSM ini bertujuan untuk memperjuangkan keberdayaan
masyarakat. Bina Swadaya bekerja sama dengan JICA Japan-Indonesia Cooperation Agency untuk pengembangan desain 5R Reduce, Reuse, Recycle, Replace, Replant
dalam pengelolaan
sampah rumah
tangga berbasis
masyarakat. Model
pengelolaannya ada di Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Kerjasama LSM Bina Swadaya dan masyarakat RW 04 Kelurahan Susukan dilakukan
mulai awal September tahun 2006. Warga RW 04 Kelurahan Susukan membentuk kelompok yang disebut Pahala. Mereka berhasil mengolah sampah menjadi kompos
sebanyak 270 kilogram per bulan. Selain itu, warga juga mengubah sampah menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis.
c. Unilever
PT Unilever bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman
dari teh dan produk-produk kosmetik. Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah
menjadi PT Unilever Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Dalam mengolah dan memanfaatkan kembali
sampah plastik kemasan, PT Unilever memberikan pelatihan kepada kelompok winarsih Kelurahan Ciracas, kerjasama PT Unilever dengan kelompok winarsih
dilakukan sejak kelompok winarsih menjadi juara Jakarta Green and Clean JGC Agustus 2007.
5.2 Sumber dan Jumlah Timbunan Sampah
Sistem pengelolaan persampahan di daerah perkotaan perlu mendapatkan perhatian khusus, selain karena pengelolaan sampah didaerah perkotaan sangat
penting karena melihat dari timbulan sampah yang dihasilkan besar kepadatan penduduk tinggi tidak adanya lahan baik sebagai tempat pengolahan dimana
akhirnya menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam semua aspek kehidupan selalu
dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan. Timbulnya sampah di wilayah perkotaan dapat ditinjau dari 2 faktor yang
saling berpengaruh yakni penduduk sebagai subyek penentu timbulnya sampah dan kondisi fisik penggunaan lahan sebagai tempat penduduk dalam melakukan
kegiatan yang kemudian menghasilkan sampah. Sampah tersebut berasal dari berbagai sumber yakni : pemukiman, pasar, pertokoan, restoran dan hotel, fasilitas
umum, kawasan industri dan saluran. Tidak semua sampah masuk ke Tempat Pembuangan Sementara TPS, sebagian kecil ada yang dimusnahkan secara
individual oleh masyarakat atau dibuang begitu saja ke saluran air, sungai atau parit yang terdapat di Jakarta Timur. Potensi sumber sampah dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Potensi wilayah sumber sampah Jakarta Timur Tahun 2008
No. Sumber
Jumlah Volume Sampah mĀ³hari
Timbulan Persentase
Terangkut Persentase
Persentase Terlayani
1. Perumahan
661.574 5300
78,91 4210
75,13 79,43
2. Real Estate
15 62
0,92 62
1,11 100
3. Toko Pertokoan
2874 39
0,58 39
0,69 100
4. GedungKantor
283 12
0,17 12
0,21 100
5. MallSupermket
10 20
0,29 20
0,36 100
6. Industri
210 202
3,13 200
3,57 99,01
7. Hotel
129 12
0,17 12
0,21 100
8. Apotik
43 3
0,04 3
0,05 100
9. Rumah Sakit
24 48
0,71 46
0,82 95,83
10. Puskesmas
65 24
0,35 21
0,37 87,5
11. Sekolah
Perguruan tinggi 393
63 0,93
63 1,12
100 12.
Bioskop 21
4 0,06
4 0,07
100 13.
Pedagang Kaki Lima
22 226
3,36 221
3,94 97,78
14. Pasar
33 580
8,64 580
10,35 100
15. TamanFasilitas
Umum 35
15 0,22
15 0,27
100 16.
BengkelShow Room
39 9
0,13 9
0,16 100
17. Sungaikali
5 19
0,28 12
0,21 63,16
18. SituWaduk
5 4
0,06 3
0,05 75
19. Tempat Rekreasi
4 8
0,11 8
0,14 100
20. Terminal
6 29
0,43 29
0,52 100
21. Stasiun
Kereta Api
3 16
0,24 16
0,29 100
22. Lain-lain
- 21
0,31 18
0,32 85,71
Total 665.793
6.716 100,04
5.603 99,96
83,43
Sumber : data sekunder yang diolah
Pada Tabel 11 diketahui sebagian besar timbunan sampah di Jakarta Timur berasal dari pemukiman sebesar 5300 m
3
hari 78,91 dan pasar dengan volume 580 m
3
hari 8,64. Sementara kemampuan dalam mengangkut sampah tidaklah berubah. Jumlah timbunan sampah yang terlayani yaitu sebesar 83,43 , sisanya
tidak dapat diangkut setiap hari dan masih berada di TPS, selain itu juga berada di tempat-tempat sampah liar yang berada di pemukiman yang lokasinya jauh dari TPS
dan jalan besar sehingga tidak dapat dijangkau oleh armada pengangkut.
5.3 Pelayanan pengangkutan sampah