tahunnya EM4 dibeli sebanyak 10 botol dengan harga Rp 25.000, sedangkan untuk harga dedak mengalami kenaikan harga tiap tahunnya, tahun 2006 harga dedak
sebesar Rp 1.600kg, tahun 2007 seharga Rp 2000kg dan tahun 2008 meningkat lagi seharga Rp 3.500kg. Kenaikan harga bahan baku menyebabkan adanya kenaikan
harga penjualan komposkg. Adapun rincian harga biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 10. Selain biaya investasi dan biaya produksi, biaya lain yang dikeluarkan
pabrik kompos Mutu Elok adalah biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Dalam memproduksikan kompos Elok, pabrik kompos memiliki 2 orang pekerja. Setiap
pekerja mendapatkan gaji per bulannya sebesar Rp 900.000. sehingga dalam setahun biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pegawai Pabrik kompos Mutu Elok
yaitu sebesar Rp 21.600.000. Selain itu biaya pengeluaran pabrik kompos Mutu Elok adalah biaya lain-lain seperti biaya perbaikan peralatan, biaya perbaikan gerobak dan
ongkos kirim kompos. Biaya yang dikeluarkan oleh Pabrik Kompos Mutu Elok untuk perbaikan peralatan yaitu sebesar Rp 300.000tahun, sedangkan untuk biaya
perbaikan gerobak sebesar Rp 85.000tahun dan biaya ongkos kirim pengelola menetapkan Rp 700.000 tiap tahunnya. Sehingga dapat diakumulasikan besarnya
biaya lain-lain yaitu Rp 1.085.000, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 10.
f. Analisis kelayakan usaha
Unsur-unsur yang terdapat dalam perhitungan adalah penerimaan yang merupakan arus manfaat inflow, serta pengeluaran outflow yang berupa biaya
investasi serta biaya operasional. Analisis kelayakan finansial memperhitungkan besarnya penerimaan pabrik kompos Mutu Elok yang berasal dari hasil penjualan,
bantuan mesin, dana PPMK dan kas warga, selain itu juga diperhitungkan besarnya pengeluaran yang digunakan untuk investasi, produksi, tenaga kerja dan biaya
lain-lain. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran merupakan keuntungan ataupun kerugian yang diterima oleh pengelola pabrik kompos Mutu Elok, kriteria yang
digunakan adalah NPV, nilai BC ratio dan IRR. Nilai NPV yang didapat sebesar Rp 24.480.229,42, nilai net BC sebesar 5 dan nilai IRR sebesar 44,47 , usaha
pengelolaan sampah dan dauran sampah organik menjadi kompos dikatakan layak untuk dikembangkan secara finansial karena nilai NPV 0, BC 1 dan nilai IRR
lebih besar dari tingkat DR Discount Rate yang ditentukan yaitu sebesar 10 . Untuk lebih jelasnya penghitungan maupun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
Lampiran 10. 5.4.2 Usaha daur ulang sampah kota
Usaha pemanfaatan sampah merupakan komponen penting dalam pengelolaan sampah untuk dapat mengurangi dampak lingkungan, khususnya sampah anorganik
yang dapat didaur ulang dan memiliki manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi yang diperoleh pemulung dari berbagai jenis bahan dauran sampah serta harga jualnya
dapat dilihat pada Tabel 18. Dan beberapa aspek yang dapat dilihat dari kegiatan pengelolaan sampah oleh pemulung diuraikan sebagai berikut.
Tabel 18 Nilai ekonomi bahan dauran sampah anorganik Tahun 2009
No. Jenis barang bekas
Volume ton
Harga jual
Rpkg Manfaat ekonomi Rp
1. - Kertas
103,2 700
72.240.000 - Plastik
Plastik AsoyKresek Plastik Ember
19,2 18
400 1500
7.680.000 27.000.000
- Karet 1
500 500.000
- Kaca 24
300 7.200.000
- Logam 1,5
9000 13.500.000
- Kaleng 0,9
1200 1.080.000
- Aqua Botol
Gelas 2,4
3 2500
4000 12.000.000
6.000.000 - Kardus
18 1300
23.400.000 2.
Jumlah 191,2
170.600.000 4.
Nilai ekonomi bahan dauran sampahton
= Rp 170600000 = Rp 892.259,41
191,2 ton 5.
Besar manfaat ekonomi yang diperoleh hari
= Rp 892.259,41 X 0,035 kghari
= Rp 31.229,08
Sumber data primer yang diolah
Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh dapat diketahui dari perkiraan volume bahan dauran sampah yang didapat oleh pemulung dikalikan dengan nilai jualnya.
Besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh dari bahan dauran sampah kota bagi para pemulung sebesar Rp 170.600.000. Diperkirakan dengan rataan mengumpulkan dan
menjual bahan dauran sebanyak 35 kg harinya, maka besar manfaat ekonomi yang diperolehhari adalah Rp 31.229,08. Pemanfaatan sampah anorganik perlu di
tingkatkan dan perlu mendapatkan perhatian khusus pemerintah agar masyarakat memanfaatkan dan mengolah kembali sampah anorganik.
a Arus pemasaran bahan dauran
Untuk mendapatkan uang pemulung harus berusaha mengumpulkan sebanyak-banyaknya bahan dauran. Bahan dauran sampah yang dikumpulkan oleh
pemulung beraneka ragam yaitu aqua botol, aqua gelas, kaleng, kardus, karung, plastik kemasan dan asoy, kertas, besi, tembaga, alumunium. Setelah keranjang atau
gerobak pemulung penuh dengan bahan dauran sampah, oleh pemulung akan ditumpuk dekat gubuknya masing-masing. Bahan dauran sampah yang telah
terkumpul banyak akan dijual ke lapakpenampung, masing-masing pemulung biasanya sudah memiliki pelanggan tetap untuk menjual bahan daurannya pada lapak.
Kemudian bahan dauran yang telah diterima lapak akan dijual ke agen lapak besar sampai selanjutnya bahan dauran sampah tersebut sampai pada pabrik pengolah
bahan baku pabrik daur ulang Gambar 8. Pabrik pengolah bahan dauran skala industri kecil atau skala rumah tangga
biasanya transaksi pembayaran dilakukan secara tunai. Keuntungan yang diperoleh pada masing-masing peran berbeda, lapak kecil memiliki keuntungan lebih kecil dari
agen lapak besar karena agen lapak besar memiliki akses yang lebih besar terhadap modal dan informasi pasar
Gambar 8. Arus pemasaran dauran
Pabrik Pengolahan Bahan Baku dan Bahan Jadi Pemasok Bahan Dauran
Agen Lapak Besar Lapak Kecil
Pemulung
b Keterikatan dengan Lapak
Sebagian dari pemulung memiliki keterikatan dengan lapak, adanya keterikatan dengan lapak akan memudahkan pemulung dalam memasokkan hasil
pulungannya, selain itu pemulung yang bekerja dengan lapak diberikan alat kerja seperti gerobak, alat timbangan dan fasilitas kerja seperti pemondokan dan modal
kerja untuk pemulung. Karena seluruh kebutuhannya telah dipenuhi oleh pemilik
lapak, pemulung berkewajiban untuk mencari barang-barang bekas dan pemulung yang memiliki keterikatan dengan lapak tidak boleh menjual hasil pulungannya ke
lapak manapun. Berapa pun harga yang ditetapkan oleh pemilik lapak, pemulung harus menerimanya. Pemilik lapak dalam hal ini akan membeli barang-barang bekas
dengan harga serendah mungkin dan berupaya mendapatkan harga setinggi mungkin ketika menjualnya. Terdapatnya pemulung yang tidak terikat dengan lapak
dikarenakan mereka merasa dirugikan oleh pihak lapak, keluarnya pemulung dari lapak dianggap lebih adil karena pemulung dapat menjual barang-barang bekasnya ke
lapak mana saja dengan lebih bebas sesuai dengan keinginan mereka. Selain itu, pemulung tidak lagi dikejar-kejar oleh target atau diperintah oleh pemilik lapak untuk
mencari barang-barang bekas. Demikian halnya dengan waktu kerjanya mereka merasa lebih leluasa dengan jadwal waktu mencari dan menjual barang-barang bekas.
Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat 72 pemulung memiliki keterikatan dengan lapak, sedangkan sisanya 28 tidak terikat dengan lapak. Adapun jumlah
pemulung yang memiliki keterikatan dengan lapak dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Keterikatan pemulung dengan lapak
No Keterikatan
Jumlah Responden Orang Persentase
1 Ya
36 72
2 Tidak
14 28
Total 50
100
Sumber data primer yang diolah
a b Gambar 9. a Pemulung yang tidak memiliki keterikatan dengan lapak; b
pemulung yang difasilitasi gerobak oleh lapak;
c Jenis Sampah
Berdasarkan hasil yang telah diolah, diperoleh jenis plastik kemasan sebesar 16, jenis botol aqua sebesar 34, sedangkan 50 nya jenis yang lain seperti
kardus, kertas, logam, besi, karung, kaleng. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemulung, jenis plastik yang banyak ditemukan adalah plastik kresek asoy, saat ini
nilai jual kantong kresek asoy sangat rendah sehingga tidak banyak pemulung yang bersedia untuk mengais plastik kresek. Pemulung lebih banyak mengais aqua
gelasbotol, karung, kardus dan sampah anorganik dari bahan aluminium. Hal ini dikarenakan nilai jualnya lebih tinggi. Kecepatan tangan pemulung dalam mengais
sangat menentukan banyak tidaknya hasil pulungan yang didapat.
a b Gambar 10. a sampah aqua botol dan gelas plastik b kardus bekas
d Sumber sampah
Para pemulung mendapatkan hasil pulungannya dari berbagai sumber seperti pemukiman, TPS, pabrik, pasar, sekolah, jalan protokol. Biasanya sebagian besar
pemulung memilih untuk beroperasi lebih dari satu tempat hal ini dikarenakan agar hasil pulungan yang didapat oleh pemulung bervariasi dan pemulung berharap agar
mendapat hasil pulungan lebih banyak. Tetapi ada juga pemulung yang hanya memilih satu tempat untuk mendapat hasil pulungan tanpa harus mengeluarkan
banyak tenaga, misalnya pemulung yang memilih untuk beroperasi hanya di daerah- daerah pabrik saja atau memilih di pemukiman saja. Dari data yang telah diolah
didapat 14 berasal dari pemukiman, 10 dari pabrik, sampah yang berasal dari pemukiman dan pabrik 14, 26 sampah berasal dari pemukiman dan jalan
protokol, dan dari sumber lainnya masing-masing sebesar 2-8. Dari gambar grafik dibawah ini dapat dilihat bahwa pemulung mendapatkan hasil pulungan lebih banyak
di pemukiman dan jalan.
Gambar 11. Grafik sumber sampah yang didapatkan oleh pemulung
Keterangan : 1 : Pemukiman
2 : Jalan Protokol 3 : Pabrik
4 : Pemukiman Pabrik 5 : Pemukiman TPS
6 : Pemukiman Jalan Protokol
7 : Pemukiman Pasar 8 : Pemukiman Kantor
9 : Pemukiman Sekolah 10
:Jalan Protokol
Pabrik 11 : Jalan Protokol Pasar
12 : Pabrik Sekolah 13 : 2 tempat
Sumber Sampah
13 12
11 10
9 8
7 6
5 4
3 2
1
Perse ntase
30
20
10
2 4
6 2
4 2
4 8
14 10
4 14
26
e Karakteristik Pemulung
Sebagian besar pemulung beroperasi di sekitar pemukiman, pasar, pabrik, jalan protokol, perkantoran dan TPS. Peran pemulung dalam penanganan sampah
kota sangat penting, karena kegiatan pemulungan dapat mengatasi penumpukan sampah di sumber dan TPA Tempat Pembuangan Akhir. Responden pemulung
yang diwawancarai sebanyak 50 orang. Dalam penelitian ini aspek yang dikaji yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, daerah asal, lama bekerja, pendapatan, keterikatan
dengan lapak, jenis sampah yang ditemukan, sumber sampah yang didapat, Lampiran 3. Berikut uraian dari karakteristik responden pemulung :
1. Jenis Kelamin dan Umur
Hasil Pengumpulan data yang telah diolah menunjukkan pemulung yang berjenis kelamin pria sebesar 94 persen dan sisanya yaitu 6 persen berjenis kelamin
wanita. Berdasarkan hasil yang diperoleh, umur responden dengan kelas umur 15-24 tahun sebesar 8, kelas umur 25-35 tahun sebesar 40 sedangkan kelas umur 36-45
tahun dan 46-55 tahun masing-masing sebesar 26. Usia pemulung tergolong produktif dimana kemampuan dan semangat bekerjanya masih tinggi. Sehingga
sedikitnya dapat membantu pemerintah kota khususnya petugas kebersihan dalam mengurangi keberadaan sampah di pemukiman maupun jalan.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang dapat mempengaruhi dan mewarnai pola pikir seseorang mengenai wawasan atau pandangannya dalam melihat dan
menganalisa sesuatu hal. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang akan menghantarkan sejauh mana para pemulung dapat memperbaiki kualitas hidupnya.
Umumnya pemulung memiliki pendidikan rendah dari hasil yang diperoleh jumlah pemulung yang tidak sekolah sebesar 12 6 orang, tamat SD sebesar 48
24 orang, tidak tamat SD sebesar 22 11 orang dan tamat SMP sebesar 18 9 orang. Keadaan ekonomi yang lemah menyebabkan mereka putus sekolah atau
tidak sekolah sama sekali, sehingga kondisi seperti inilah yang memaksa mereka untuk menekuni profesi sebagai pemulung.
3. Daerah Asal
Berdasarkan hasil wawancara dengan 50 responden, pemulung yang bekerja di Jakarta Timur 72 36 orang diantaranya merupakan warga pendatang yang
berasal dari Demak, Rangkas Bitung, Tegal, Madura, dan 28 14 orang pemulung merupakan warga asli kota Jakarta Gambar 12. Sehingga menyebabkan penduduk di
Jakarta semakin padat namun adanya pemulung akan dapat membantu proses pengurangan sampah yang ada di kota Jakarta khususnya.
Gambar 12. Daerah asal pemulung
4. Lama Bekerja dan pendapatan
Bekerja sebagai pemulung merupakan mata pencaharian pokok mereka, sedangkan usaha lainnya sebagai sampingan saja, misalnya menjadi kuli bangunan,
kuli panggul di pasar sedangkan wanitanya memiliki kerja sampingan menjadi bibi cuci. Pada penelitian ini lama kerja atau jumlah waktu kerja dibagi dalam empat
kategori Tabel 20. Berdasarkan hasil yang diperoleh, 34 pemulung memilih bekerja dengan waktu yang relatif lebih lama yaitu 13 jam, 26 bekerja 11-13 jam,
16 bekerja 8-10 jam dan 24 pemulung memilih waktu bekerja 5-7 jam. Para pemulung berangkat kerja pukul 05.00- 11.30 WIB, istirahat dan sholat kemudian
berangkat lagi pukul 13.00 sampai sore yang tidak tentu waktunya. Tabel 20 Lama bekerja pemulung dalam mengais hasil pulungan
No Lama bekerja jam
Jumlah individu Persentase
1 5-7
12 24
2 8-10
8 16
3 11-13
13 26
4 13
17 34
Sumber data primer yang diolah
Dari hasil wawancara pendapatan rata-rata per bulan yang mereka dapat bervariasi. Faktor yang cukup berpengaruh terhadap pendapatan pemulung sampah
adalah lamanya waktu yang dipergunakan untuk melakukan pengumpulan bahan dauran sampah. Berdasarkan hasil yang didapat, 38 menerima pendapatan
Rp 1.000.000-1.500.000. 36 menerima pendapatan Rp 500.000-1000.000 per bulannya, sisanya 26 pemulung berpendapatan Rp 300.000-500.000. Hubungan
lama waktu kerja dengan pendapatan yang dimiliki dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Keterkaitan Lama Bekerja dengan Pendapatan
5.5 Partisipasi Masyarakat