Permasalahan yang dihadapi dalam usaha daur ulang sampah dan pengomposan

pendidikan mengenai penghijauan dan pengelolaan sampah. Selain kader lingkungan RT 05RW 08 sebagai pembicara, kegiatan pendidikan ini pun mendatangkan pembicara dari pihak luar seperti dinas pertanian, dinas lingkungan. Adapun pesertanya yaitu warga RT 05RW 08 dan tidak menutup kemungkinan terdapat juga peserta di luar RT 05RW 08. Kegiatan pelatihan yang pernah dilakukan yaitu mengolah sampah organik dan anorganik, membuat kompos dan media komposter, membuat EM4, sedangkan kegiatan yang berkaitan dengan kehutanan yaitu masyarakat dengan giat melakukan kegiatan penghijauan seperti menanam tanaman obat dan tanaman hias di halaman rumah mereka dan di tempat umum, selain itu mereka juga melakukan pengolahan sampah secara mandiri, seperti memilah sampah dari sumbernya serta memilah sampah organik dan anorganik. 5.6 Permasalahan Serta Pengaruh Usaha Daur Ulang Sampah dan Pengomposan Terhadap Sistem Pengolahan Sampah Kota.

5.6.1 Permasalahan yang dihadapi dalam usaha daur ulang sampah dan pengomposan

Sampah sudah menjadi persoalan yang rumit bagi pemerintah dan instansi-instansi yang terkait di dalamnya, jika tidak dilakukan penanganan maka akan sulit bagi TPA untuk menampung sampah dalam timbunan volume yang semakin hari semakin meningkat. Banyak hal yang dilakukan dalam hal menangani masalah sampah misalnya saja penanganan sampah yang dilakukan oleh warga RW 04 Kelurahan Susukan, warga RW 05 Kelurahan Ciracas dan warga RW 10 Cipinang Elok mereka melakukan pemanfaatan kembali sampah untuk didaur ulang dan dijadikan kompos namun apakah pemanfaatan sampah untuk didaur ulang kembali sudah diterapkan dan dilakukan di seluruh tempat, khususnya di masing-masing RT Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan terdapat beberapa masalah yang dihadapi dalam usaha daur ulang sampah diantaranya sebagai berikut : 1. Terbatasnya dana serta kreatifitas yang dimiliki warga dalam hal meningkatkan usaha daur ulang sampah dan kemampuan dalam memasarkan hasil produk daur ulang masih kurang. Belum maksimalnya sarana dan prasarana yang diberikan untuk mengelola sampah. 2. Belum seluruhnya warga Jakarta Timur melakukan pemilahan sampah dan belum maksimalnya penggunaan tong sampah organik dan anorganik yang disediakan oleh dinas kebersihan. 5.6.2 Pengaruh usaha daur ulang sampah dan pengomposan terhadap sisitem pengelolaan sampah Konsep pengelolaan sampah terpadu sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta maksimasi daur ulang dan pengomposan. Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang diterapkan khususnya pada sampah non organik seperti kertas, plastik, alumunium, gelas, logam dan lain-lain, sementara untuk sampah organik diolah, salah satunya dengan pengomposan. Usaha warga dalam meminimalisasi timbunan sampah dengan cara pengomposan dan mendaur ulang kembali sampah rumah tangga akan sangat berpengaruh terhadap sistem pengolahan sampah dan sedikitnya dapat mengurangi volume timbunan sampah serta mengurangi beban petugas kebersihan dalam mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Dari data timbunan sampah yang terdapat di Lampiran 8 diuraikan penanganan sampah dalam bentuk daur ulang 4-3R di Jakarta Timur yaitu sebesar 354 m 3 hari dengan kata lain usaha masyarakat dalam menangani masalah timbunan sampah akan mengurangi sedikitnya 5,27 per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m 3 hari. Sedangkan penanganan sampah dalam bentuk pengomposan sebesar 46 m 3 hari akan mengurangi sedikitnya 0,68 per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m 3 hari. Dengan adanya kegiatan pengomposan dan daur ulang sampah anorganik maka biaya operasional pemusnahan sampah dapat dikurangi. Selain itu juga sampah organik yang dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi kompos mempuyai kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesuburan tanah konservasi tanah dan masyarakat dapat menggunakan kompos untuk kegiatan penghijauan seperti menanam tanaman obat dan tanaman hias. VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah di Kecamatan Ciracas berada pada tingkat tinggi dengan persentase 71,67. Hal ini menunjukkan prospek positif, karena pada masa mendatang tingkat pendidikan cenderung meningkat, selain pendidikan faktor lain yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat yaitu tingkat pendapatan dan pekerjaannya. 2. Bahan dauran sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh pemulung yaitu sebesar 191,2 ton tahun dengan manfaat ekonomi sebesar Rp 170.600.000 dan nilai ekonomi yang diperoloh sebesar Rp 892.259,41 per ton. Diperkirakan dengan rataan mengumpulkan dan menjual bahan dauran sebanyak 35 kg harinya, usaha bahan dauran sampah akan dapat memberikan pendapatan rata-rata kepada pemulung sebesar Rp 31.229,08hari. 3. Hasil analisis secara finansial usaha pengomposan sampah organik di pabrik kompos “Mutu Elok” memberikan keuntungan dan layak untuk dikembangkan hal ini dapat dilihat pada nilai NPV 24.480.229,42, nilai BC sebesar 5 dan nilai IRR sebesar 44, 47 . 4. Kegiatan daur ulang sampah organik dan anorganik akan sangat berpengaruh terhadap jumlah timbunan sampah. Di Kecamatan Ciracas kegiatan usaha daur ulang 4-3 R setidaknya mengurangi 5 dan pengomposan 0,64 dari 620 m 3 hari timbunan sampah yang dihasilkan, sedangkan di Kecamatan Jatinegara kegiatan 4-3 R dapat mengurangi 5,7 dan pengomposan 1,39 dari jumlah timbunan sampah 720 m3hari dan keseluruhan di Jakarta Timur, kegiatan usaha daur ulang 4-3 R setidaknya mengurangi 5,27 dan pengomposan 0,68 dari jumlah timbunan sampah 6716 m3hari. 5. Pemanfaatan sampah untuk dijadikan usaha daur ulang oleh masyarakat akan mengurangi biaya operasional sampah dan dapat mengurangi beban petugas kebersihan dalam mengangkut sampah dari TPS ke TPA.