Peran Pemulung dan Lapak dalam Pengelolaan Sampah Kelembagaan Penanganan Sampah

peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Semakin baik atau tinggi suatu variabel kelompok masyarakat maka peran serta masyarakat itu semakin tinggi. Dinyatakan juga bahwa peran serta masyarakat di daerah dengan tingkat pendapatan penduduk yang tinggi atau lebih besar daripada peran serta masyarakat di daerah dengan tingkat pendapatan penduduk sedang. Peran serta dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam menanggulangi keberadaan sampah yang semakin menumpuk, adanya peran serta yang baik dari masyarakat akan sangat memudahkan pelaksanaan operasional dilapangan. Peran serta masyarakat berarti masyarakat ikut serta dan mengikuti serta menyertai pemerintah dalam memberikan bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat dan menjamin usaha keberhasilan pembangunan Santono Iskandar 1991 dalam Solehati 2005. Satu diantara bentuk implementasi konsep 3R yang mulai digalakan oleh masyarakat dan sektor industri adalah mendaur ulang sampah dan berupaya menghimpun kegiatan yang dapat memanfaatkan sampah untuk didaur ulang. Pada dasarnya usaha daur ulang maupun pengomposan merupakan usaha memanfaatkan kembali sampah melalui ekonososiotekno dan keterpaduan antara pembinaan manusia, sumberdaya dan lingkungan. Pengelolaan terhadap sampah secara terpadu diperlukan keterlibatan antar semua pelaku seperti pemulung, masyarakat, industri pengomposan, LSM, Pemda dan berorientasi pada suatu pemecahan yang menyeluruh mulai dari aspek teknologi, ekonomi, sosial dan politis. Dengan adanya usaha pemanfaatan dan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat diharapkan dapat mengubah citra sampah dari beban lingkungan dan memberikan dampak negatif menjadi sumberdaya ekonomi yang memberikan dampak positif bagi masyarakat serta dapat menunjang kebijakan pembangunan yang berkelanjutan.

2.7 Peran Pemulung dan Lapak dalam Pengelolaan Sampah

Pemulung merupakan orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Peran pemulung dalam penanganan sampah kota sangat penting. Hal ini dikarenakan kegiatan pemulung yang dapat mengatasi penumpukan sampah di sumber dan tempat pembuangan akhir. Menurut Dinas Kebersihan Provinsi DKI 1990, kesepakatan cara pandang mengenai pemulung adalah : 1. Pemulung merupakan bagian masyarakat atau WNI yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan UUD 1945. 2. Pemulung adalah pelaku penting dalam proses daur ulang recycling sampah sebagai salah satu bagian dalam penanganan sampah perkotaan maupun pedesaan. 3. Pemulung adalah salah satu pemelihara lingkungan hidup yang menyerap sebagian sampah untuk dapat diolah menjadi barang berguna bagi masyarakat. 4. Pemulung adalah orang yang bekerja memunguti dan mengumpulkan sampah serta memanfaatkan sampah-sampah tersebut untuk menambah penghasilan mereka.

2.8 Kelembagaan Penanganan Sampah

Kelembagaan merupakan organisasi dan aturan main rules of the game. Kelembagaan sebagai suatu organisasi menggambarkan koordinasi yang didasarkan atas mekanisme administratif sehingga mengarah pada pengertian lembaga yang bersifat formal seperti departemen dalam pemerintahan, perusahaan, koperasi, bank dan sebagainya. Berdasarkan definisi dan terminologi yang berlaku dimasyarakat maka lembaga adalah kombinasi dari : 1. Kebijakan dan tujuan 2. Hukum dan aturan main 3. Organisasi 4. Rencana operasi dan prosedur 5. Mekanisme insentif 6. Mekanisme pertanggungjawaban 7. Norma, tradisi, praktek dan kebiasaan. Kelembagaan yang baik merupakan kunci dari keberhasilan pengelolaan negara, pembangunan, pasar, perdagangan, bisnis. Demikian pula halnya dengan kelembagaan penanganan persampahan, kelembagaan penanganan sampah kota tidak hanya terdiri dari organisasi yaitu hubungan keterkaitan berbagai pihak stakeholder tetapi dapat juga berupa aturan dan kebijakan yang akan berpengaruh dalam mengimplementasikan sistem pengelolaan sampah baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, lingkungan maupun teknologi. Kebijakan dan strategi penanganan sampah mengacu pada Undang-Undang Lingkungan Hidup yang tertuang dalam UU No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yaitu upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup untuk kemudian masing-masing daerah menjabarkannya dalam bentuk peraturan daerah. Sedangkan definisi dari lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya Hardjosoemantri 2000. Menurut Djogo et al. 2003 mengatakan bahwa unsur-unsur dan aspek kelembagaan antara lain meliputi : 1. Institusi yang merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial masyarakat 2. Norma tingkah laku yang mengakar dalam masyarakat dan diterima secara luas untuk melayani tujuan bersama yang mengandung nilai tertentu dan menghasilkan interaksi antar manusia yang terstruktur. 3. Peraturan dan penegakan aturanhukum 4. Aturan dalam masyarakat yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama dengan dukungan tingkah laku hak dan kewajiban anggota 5. Kode etik 6. Organisasi 7. Insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diizinkan. III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi