Prospect of Community Based Integrated Waste Management For Biological Resources Conservation Efforts (Case Study Ciracas and Jatinegara districts) in East Jakarta.

(1)

SUMBERDAYA HAYATI

(Studi Kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara)

DI JAKARTA TIMUR

ELFRIDA SONEVY

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(2)

SUMBERDAYA HAYATI

(Studi Kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara)

DI JAKARTA TIMUR

ELFRIDA SONEVY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(3)

ELFRIDA SONEVY. Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi Sumberdaya Hayati (Studi kasus kecamatan Ciracas dan Jatinegara) di Jakarta Timur. Dibimbing oleh AGUS PRIYONO dan HANDIAN PURWAWANGSA

Pesatnya peningkatan angka pertumbuhan penduduk Indonesia membawa keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota menjadi pusat kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa konsekuensi terhadap meningkatnya biaya sosial. Salah satu dampak yang terjadi karena peningkatan jumlah penduduk serta pola konsumsi masyarakat adalah meningkatnya jumlah sampah yang merupakan hasil sampingan aktivitas manusia. Sampah tidak selamanya menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia,bahkan sampah dapat dijadikan sebagai komoditi yang bernilai ekonomi. Kegiatan daur ulang sampah baik melalui proses reuse, recycle dan composting oleh masyarakat merupakan langkah yang menguntungkan karena dapat menekan penumpukan sampah di lingkungan, dan secara ekonomis juga menguntungkan bagi masyarakat itu sendiri. Selain itu produksi kompos dari limbah organik yang berasal dari sumberdaya alam bermanfaat dalam mengembalikan hara ke alam secara terurai dapat dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya hutan khususnya dalam pembibitan tanaman-tanaman kehutanan khususnya dan tanaman pertanian pada umumnya.

Analisis tingkat partisipasi dalam mengelola sampah digunakan Uji Korelasi Spearman. Analisis kelayakan finansial pabrik kompos Mutu Elok dapat dilihat dari kriteria nilai NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), dan IRR (Internal Rate of Return). Nilai manfaat ekonomi sampah kota oleh pemulung didapat dari perkiraan volume bahan dauran sampah yang didapat oleh pemulung dikalikan dengan nilai jualnya. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yakni mengumpulkan data yang telah menjadi arsip bagi pihak pengelola, melalui penelusuran informasi dari lembaga/instansi terkait.

Tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Ciracas dalam pengelolaan sampah tergolong kategori tinggi dengan persentase (71,67%), hal ini menunjukkan prospek yang positif, karena pada masa mendatang tingkat pendidikan cenderung meningkat Kegiatan daur ulang dan pengomposan memberikan keuntungan ekonomi dan mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan. Keuntungan ekonomi dari aktifitas daur ulang rata-rata Rp 892.259,41 per ton sampah anorganik. Usaha bahan dauran sampah akan memberikan pendapatan rata-rata sebesar Rp 31.229,08/hari. Usaha pengomposan memiliki nilai B/C 5, sedangkan nilai IRR yang diperoleh usaha kompos elok sebesar 44,47%, usaha kompos yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan tambahan manfaat atau keuntungan sebesar Rp 24.480.229,42. Sebagian besar timbunan sampah di Jakarta Timur berasal dari pemukiman 5300 m³/hari (78,91 %) dan pasar dengan volume 580 m³/hari (8,64%). Jumlah timbunan sampah yang terlayani yaitu sebesar 83,43%, sisanya 16,57% sampah tidak terangkut. Penanganan sampah dalam bentuk daur ulang (4-3R) di Jakarta Timur yaitu sebesar 354 m³/hari akan mengurangi sedikitnya 5,27% per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m³/hari. Sedangkan penanganan dalam bentuk pengomposan sebesar 46 m³/hari akan mengurangi sedikitnya 0,68% per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m³/hari. Adanya partisipasi warga dan pemulung dalam memanfaatkan kembali sampah akan mengurangi biaya operasional sampah dan dapat mengurangi beban petugas kebersihan dalam mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Dan pemanfaatan sampah sebagai kompos yang dilakukan oleh masyarakat mempunyai kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesuburan tanah (konservasi tanah).


(4)

ELFRIDA SONEVY. Prospect of Community Based Integrated Waste Management For Biological Resources Conservation Efforts (Case Study Ciracas and Jatinegara districts) in East Jakarta. Supervised by AGUS PRIYONO and HANDIAN PURWAWANGSA

The rapid increase in population growth rate of Indonesia brings benefits to growth and development of the city became the center of economic activity, industrial, social and cultural consequences of the increasing social costs. One of the impacts that occur because of increasing population and consumption patterns of society is the increasing amount of waste that is a byproduct of human activity. Trash does not always lead to adverse impacts to humans, even garbage can be used as a valuable economic commodity. Recycling activities both through the reuse, recycling and composting by the community is beneficial because it can suppress the accumulation of garbage in the environment, and also economically beneficial to society itself. Besides the production of compost from organic waste derived from natural resources to be useful in restoring the natural nutrients are broken down can be used in aquaculture, especially in forest nursery plants, especially forestry and agricultural crops in general.

Analysis of the participation rate in its waste management used Spearman Correlation Test. Financial feasibility analysis of Elegant Quality compost plant can be seen from the criteria of NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), and IRR (Internal Rate of Return). Value of economic benefits by the city garbage scavengers obtained from the estimated volume of waste dauran materials obtained by scavengers multiplied by the value of selling. Primary data were collected through interviews using questionnaires and field observations. While secondary data obtained from literature studies that collect data that has become the archives for the manager, through the tracing information from the related institutions ..

Community participation in district level Ciracas in waste management were categorized as high with the percentage (71.67%), this suggests a positive outlook, because the future of education levels tend to increase recycling and composting activities provide economic benefits and have a good opportunity to developed. The economic advantages of recycling activities on average Rp 892,259.41 per ton of inorganic waste. Business dauran waste materials will provide the average income of Rp 31229.08 / day. Composting business has a value of B/C 5, while the value of business acquired IRR of 44.47% lovely compost, compost operations conducted by the present value of benefits to be implemented because it provides an additional benefit or profit of Rp 24,480,229.42. The majority of landfill waste in East Jakarta came from residential 5300 m³/day (78.91%) and the market with a volume of 580 m³/day (8.64%). Amount of landfill waste is served that is equal to 83.43%, the remaining 16.57% of waste is not transported. Handling waste in the form of recycling (4-3R) in East Jakarta at 354 m³/day will be reduced at least 5.27% per day from the garbage of 6716 m³/day. While handling in the form of composting for 46 m³/day will reduce at least 0.68% per day from the garbage of 6716 m³/day. Citizen participation and scavengers in waste reuse of waste will reduce operational costs and can reduce the burden of cleaning service in transporting waste from TPS to TPA. And use of waste as compost made by the community have ability to improve enhance soil fertility conditions (soil conservation).


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi Sumberdaya Hayati (Studi Kasus Kecamatan Ciracas dan Jatinegara) di Jakarta Timur” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2010

Elfrida Sonevy NRP E34052044


(6)

Nama : Elfrida Sonevy

NIM : E34052044

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Agus Priyono, MS. Handian Purwawangsa, S.Hut. M.Si.

NIP. 19610812 198601 1 001 NIP. 19790101 20051 1 003

Mengetahui:

Ketua Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.

NIP. 19580915 198403 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 September 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Elson Simbolon dan Ibu Sondang Lumban Raja. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Maranatha Jakarta tahun 1992 dan lulus pada tahun 1993. Tahun 1993 melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Johar Baru Jakarta Pusat, tetapi pada tahun 1996 penulis pindah ke Tangerang dan melanjutkan pendidikan di SDN Parapat dan lulus tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 9 Tangerang pada tahun 1999 dan lulus tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 6 Tangerang dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), khususnya Kelompok Pemerhati Flora dan Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB. Tahun 2006 penulis menjadi anggota Komisi Kesenian UKM-PMK IPB, tahun 2007 ikut serta dalam kepanitian festival seni PMK-IPB dan koordinator Humas Natal SYLVA Kehutanan IPB, tahun 2008 panitia Natal Civitas Akademika (CIVA) IPB. Pada periode 2007-2008 penulis menjabat sebagai sekretaris Persekutuan Fakultas Kehutanan IPB. Di HIMAKOVA tahun 2008 penulis pernah mengikuti kegiatan eksplorasi Flora, Fauna dan Ekowisata di Cagar Alam Gunung Simpang, Bandung dan kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Kalimantan Barat. Tahun 2007 penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Leuweung Sancang-Kamojang. Tahun 2008 melaksanakan Praktek Umum Konservasi Ex-situ (PUKES) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur-Taman Sringanis Bogor. Tahun 2009 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian berjudul Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara) di Jakarta Timur dibawah bimbingan Ir. Agus Priyono, MS dan Handian Purwawangsa S.Hut, M.Si.


(8)

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan penyertaan-Nya yang senantiasa hadir dalam hidup penulis, terutama selama proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi tidak lepas dari kerjasama, doa, nasehat dan dukungan dari banyak pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ir. Agus Priyono, MS selaku dosen pembimbing pertama dan Handian

Purwawangsa, S.Hut. M.Si. selaku dosen pembimbing kedua yang senantiasa memberikan ilmu, arahan, motivasi, serta waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi.

2. Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc, Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc dan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan

dan saran bagi penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Orangtua ku tercinta, Bapak E. Simbolon dan Ibu S. Lumban Raja atas doa, kasih

sayang, dukungan, nasehat dan arahan yang tiada hentinya diberikan kepada penulis. Karya tulis ini adalah persembahan bukti wujud terimakasih kepada papa dan mama. Adek-adek ku tersayang (Magdalena Simbolon dan Theresya Simbolon) yang selalu memberikan semangat selama penyelesaian skripsi. Abang Pandapotan Situmorang atas segala kasih sayang dan semangat yang diberikan kepada penulis.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengajaran dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB.

5. Seluruh Staf Tata Usaha Departemen KSHE atas bantuannya kepada penulis selama kuliah dan penyelesaian skripsi.

6. Bapak Drs. H. Gamin Nurdjaja, MM selaku sekretaris camat di Kecamatan Ciracas, atas ijin, bantuan dan informasi data dalam penelitian.


(9)

8. Kelompok winarsih, ibu Win, bapak Sukasno, bapak Surachmat dan Kelompok pahala, bapak Maman, Bapak Ruskendi, Bapak Alimin, atas waktu yang disediakan dan bantuan yang diberikan ketika meneliti di lokasi penelitian.

9. Seluruh warga RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan warga RT 05/RW 08

Kelurahan Ciracas yang memberikan bantuan dalam pengambilan data serta sambutan yang baik kepada penulis dalam penelitian.

10. Keluarga besar HIMAKOVA dan KSHE khususnya KSHE 42, atas kebersamaan

dan pengalaman berharga sehingga penulis termotivasi dalam penyelesaian skripsi ini dan teman-teman ku terkasih di Komisi Kesenian (KOMKES-PMK) dan Persekutuan Fakultas Kehutanan atas doa dan dukungannya. Semoga menjadi orang-orang sukses.

11. Sahabat-sahabat ku di Wisma Ananda (Hefrina, Meicink, Maria, Agnes, Diana, Jesica, Yoan) dan di Wisma Aljoker (Doris, Itink, Pesta, Serasi), terimakasih atas semangat dan kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di IPB. Febri Hutagaol dan Margaret Ernanda Saragih atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

12. Keluarga Opung Angel Simbolon di Ciomas atas doa dan dukungan yang

diberikan kepada penulis.

13. Semua pihak yang telah mendukung dan berdoa bagi penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih sebesar-besarnya, semoga kebaikan yang diberikan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi

Sumberdaya Hayati (studi kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara) di Jakarta Timur. Penyusunan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian lapangan selama satu bulan yaitu Agustus - September 2009. Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan di Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini penting dilakukan mengingat kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih kurang khususnya pemanfaatan kembali sampah organik dan anorganik yang ditimbulkan masyarakat belum sepenuhnya dilakukan. Penelitian ini bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui prospek pengelolaan sampah di rumahnya masing-masing dengan cara pemilahan, pengomposan, dan daur ulang sampah anorganik. Penelitian ini juga memberi peluang bagi pengembangan industri rumah tangga dengan memanfaatkan sampah untuk dijadikan usaha rumah tangga.

Penulis menyadari bahwa isi dari skripsi ini masih belum sempurna, maka penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya khususnya bagi masyarakat Kecamatan Ciracas dan Jatinegara, Jakarta Timur.

Bogor, Februari 2010 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... …… i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan... 2

1.3 Manfaat... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... ... 3

2.1 Sampah ... ... 3

2.1.1 Jenis-jenis sampah ... ... 3

2.1.2 Sumber-sumber sampah... ... 5

2.2 Pengelolaan sampah terpadu... ……... 5

2.2.1 Pewadahan sampah ... ……... 8

2.2.2 Pengumpulan sampah... ... 9

2.2.3 Pemindahan dan pengangkutan sampah ... ... 10

2.2.4 Pembuangan akhir atau pemusnahan ... ... 11

2.3 Pemanfaatan Sampah ... ... 12

2.4 Konservasi Sumberdaya Hayati ... ... 17

2.5 Permasalahan dan Penanggulangan Kerusakan Lingkungan ... ……... 18

2.6 Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah ... ……... 19

2.7 Peran Pemulung dan Lapak Dalam Pengelolaan Sampah ... ... 20

2.8 Kelembagaan Penanganan Sampah ... ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN ... ... 23

3.1 Waktu dan Lokasi ... ... 23

3.2 Alat dan Panduan... 23

3.3 Metode Pengambilan Data dan Pengambilan Sampel ... ... 23

3.3.1 Jenis dan sumber data ... ……... 23

3.3.2 Pengambilan sampel dan penentuan responden ... ……... 25

3.4 Analisis Data ... ... 26

3.4.1 Penentuan Skoring Peringkat Partisipasi ... ... 26 3.4.2 Analisis nilai partisipasi masyarakat terhadap lingkungan dalam

pengelolaan sampah terpadu... ...

27 3.4.3 Analisis nilai finansial pemanfaatan sampah serta dampak positifnya

terhadap lingkungan ... ...

30


(12)

3.4.4 Analisis permasalahan dan pengaruh usaha pemanfaatan sampah... 32

BAB IV. KONDISI UMUM PENELITIAN ... ... 33

4.1 Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian ... ... 33

4.2 Wilayah Administratif Jakarta Timur ... ... 35

4.2.1 Letak Geografis Kecamatan Jatinegara ... ... 35

4.2.2 Letak Geografis Kecamatan Ciracas ... ... 36

4.3 Gambaran Umum Penanggulangan kebersihan di Provinsi DKI Jakarta... 37

4.4 Karakteristik Demografi Responden ... ... 39

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 40 40 5.1 Kelembagaan ... ... 40

5.2 Sumber dan jumlah Timbunan Sampah ... ... 41

5.3 Pelayanan pengangkutan sampah ... ... 43

5.3.1 Pengangkutan sampah ... ... 44

5.3.2 Perwadahan dan Lokasi Penampungan Sampah ... ... 46

5.3.3 Retribusi pengelolaan sampah ... ... 47

5.4 Usaha Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle). ... 48

5.4.1 Usaha Pengomposan Sampah ... ... 48

5.4.2 Usaha Daur Ulang Sampah Kota ... ... 57

5.5 Partisipasi Masyarakat ... ... 64

5.5.1 Nilai partisipasi masyarakat terhadap lingkungan dalam pengelolaan sampah terpadu ... ... 64 5.5.2 Korelasi atau hubungan yang saling terkait antar partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah... ... 70 5.5.3 Pemanfaatan Sampah Organik dan Anorganik Oleh Warga ... ... 73

5.5.4 Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan ... ... 76

5.6 Permasalahan serta pengaruh usaha daur ulang sampah dan pengomposan terhadap sistem pengelolaan sampah kota ... ... 81 5.6.1 Permasalahan yang dihadapi dalam usaha daur ulang sampah dan pengomposan ... ... 81 5.6.2 Pengaruh usaha daur ulang sampah dan pengomposan terhadap sistem pengelolaan sampah ... ... 82 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 6.1 Kesimpulan ... ... 83 83 6.2 Saran... ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... ... 85


(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Daftar kebutuhan data, jenis, sumber dan teknik pengumpulan data ... 24

2. Daftar kelurahan terpilih berdasarkan kriterianya ... 25

3. Variabel-variabel yang digunakan untuk megetahui partisipasi masyarakat.. ... 28

4. Manfaat ekonomi sampah dari Anorganik oleh pemulung tahun 2009 ... 30

5. Biaya operasional daur ulang sampah organik menjadi kompos... 31

6. Pembagian wilayah Jakarta Timur berdasarkan administratif pemerintahan ... 35

7. Jumlah Penduduk Jakarta Timur... 35

8. Luas kelurahan di Kecamatan Jatinegara.. ... 36

9. Luas kelurahan di Kecamatan Ciracas ... 37

10. Karakteristik demografi responden ... 39

11. Potensi wilayah/ sumber sampah Jakarta Timur Tahun 2008 ... 42

12.Tingkat pelayanan pengangkutan sampah Jakarta Timur per hari ... 43

13. Timbunan sampah dan sampah tertanggulangi di masing-masing kecamatan .... 44

14. Jumlah lokasi penampungan sampah Jakarta Timur Tahun 2008 ... 47

15. Besaran tarif retribusi berdasarkan Perda Nomor 01 pasal 105 Tahun 2006 ... 47

16. Perkembangan Target dan Realisasi Retribusi Kebersihan ... 48

17. Total penjualan kompos Elok ... 55

18. Nilai ekonomi bahan dauran sampah anorganik ... 57

19. Keterikatan pemulung dengan lapak ... 59

20. Pemulung menurut lama bekerja ... 63

21. Tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah berdasarkan hasil sebaran kuisioner ... 65

22. Tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan variabel dan hasil sebaran kuisioner ... 65

23. Daftar nama pengurus kelompok kecil dan jumlah anggota kelompok RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas ... 80


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Elemen-elemen dalam pengolahan limbah... 8

2. Peta lokasi penelitian ... 34

3. Teknis pengelolaan sampah di wilayah DKI Jakarta ... 39

4. Pelayanan pengangkutan sampah di TPS .. ... 45

5. Grafik Perkembangan target dan realisasi retribusi kebersihan.... ... 48

6. Pabrik kompos Mutu Elok ... 50

7. Struktur organisasi pengelola pabrik kompos Mutu Elok ... 51

8. Arus pemasaran dauran sampah .. ... 58

9. Aktifitas pemulung ... 60

10. Contoh jenis sampah yang dicari pemulung ... 60

11. Grafik persentase sumber sampah ... 61

12. Grafik persentase pemulung menurut daerah asal ... 63

13. Grafik keterkaitan lama bekerja dengan pendapatan pemulung ... 64

14. Jenis tempat sampah yang digunakan masyarakat ... 68

15. Pemanfaatan sampah oleh petugas kebersihan ... 70

16. Mesin Penggilingan kompos... 73

17. Kegiatan biopori yang dilakukan warga RW 04 ... 78


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Daftar karakteristik dan partisipasi masyarakat dalam menangani sampah ... 87

2. Masyarakat kecamatan Ciracas berdasarkan pekerjaan ... 92

3. Daftar sosial ekonomi pemulung di Jakarta Timur ... 93

4. Korelasi karakteristik responden dengan tingkat partisipasi.... ... . 94

5. Korelasi karakteristik dengan masing-masing variabel.. ... 95

6. Sarana pengangkutan sampah dan LPS (Lokasi Penampungan Sampah)... 96

7. Proses pengolahan kompos oleh Pabrik Kompos Mutu Elok.... ... 97

8. Data timbunan sampah dan sampah tertanggulangi per Kelurahan per hari Jakarta Timur tahun 2008 ... 98

9. Data produksi sampah dan hasil angkut per hari di Jakarta Timur tahun 2008 oleh beberapa instansi… ... 100

10. Cashflow finansial Kompos Mutu Elok.. ... 101

11. Pemanfaatan sampah organik dan anorganik oleh warga RW 04 Kelurahan Susukan dan warga RW 08 Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur.. ... 103


(16)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesatnya peningkatan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia membawa keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota menjadi pusat kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa konsekuensi terhadap meningkatnya biaya sosial. Salah satu dampak yang terjadi karena peningkatan jumlah penduduk serta pola konsumsi masyarakat adalah meningkatnya jumlah sampah yang merupakan hasil sampingan aktivitas manusia. Sampah tidak selamanya menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia,bahkan sampah dapat dijadikan sebagai komoditi yang bernilai ekonomi.

Sebuah kota dikatakan baik jika permasalahan limbah perkotaan dapat diatasi dengan baik dan pengelolaan terhadap limbah padat juga berwawasan lingkungan. Untuk itu perlu adanya partisipasi masyarakat dalam menangani permasalahan sampah yang semakin menumpuk di wilayah perkotaan yaitu dengan usaha pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan daur ulang sampah oleh masyarakat merupakan langkah yang menguntungkan karena dapat menekan penumpukan sampah di lingkungan, disamping itu juga, secara ekonomis akan menguntungkan bagi masyarakat itu sendiri. (Sadoko 1993) perubahan pola pembuangan sampah serta meningkatkan pemanfaatan dan pengolahan sampah yang lebih baik melalui proses

reuse, recycle dan composting.

Manfaat sosial yang dapat diperoleh dari upaya pemanfaatan dan pengolahan sampah yang lebih baik yaitu dapat membuka lapangan kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran dan dapat dijadikan sebagai obyek pembelajaran lingkungan, baik bagi masyarakat maupun dunia pendidikan. Oleh karena itu jika usaha pemanfaatan sampah dapat terlaksana dengan baik akan dapat mengatasi masalah keterbatasan lahan dan sumber dana pengelolaan sampah, usaha ini dapat pula memberi manfaat bagi para pelakunya. Disamping itu juga upaya pemanfaatan sampah khususnya kertas dan kayu akan berdampak pada efisiensi pemanfaatan atau


(17)

eksploitasi hutan dalam pemenuhan kebutuhan kayu bagi berbagai kegiatan pembangunan. Produksi kompos dari limbah organik yang berasal dari sumberdaya alam selain bermanfaat dalam mengembalikan hara ke alam secara terurai dapat dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya hutan khususnya dalam pembibitan tanaman-tanaman kehutanan khususnya dan tanaman pertanian pada umumnya.

1.2Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji prospek pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat serta

mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah.

2. Mengkaji manfaat ekonomi dan kelayakan usaha daur ulang dan pengomposan sampah kota.

3. Mengkaji permasalahan serta pengaruh usaha daur ulang sampah dan

pengomposan terhadap sistem pengelolaan sampah kota.

1.3 Manfaat

Dengan dilakukannya penelitian diharapkan masyarakat dapat menangani permasalahan tumpukan sampah secara terpadu serta memberi peluang bagi pengembangan industri rumah tangga dengan memanfaatkan sampah untuk dijadikan usaha rumah tangga.


(18)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah

Sampah merupakan salah satu konsekuensi dari kehidupan, setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia menimbulkan hasil samping yang dianggap tidak bermanfaat lagi dan dibuang. Sampah berpotensi menimbulkan masalah di lingkungan bila tidak dikelola dengan baik dan benar. Sampah merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sedangkan limbah itu sendiri pada dasarnya suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu hasil aktivitas manusia maupun proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Sampah dikatakan mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk membuang dan membersihkannya

cukup besar disamping itu juga dapat mencemari lingkungan

(Murthado dan Said 1988). Penggolongan atau pembagian sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari kondisi yang dianut oleh kebijakan negara setempat.

2.1.1 Jenis-jenis sampah

Berdasarkan cara pengelolaan dan pemanfaatannya, jenis sampah secara umum menurut Dinas Pekerjaan Umum (1996) dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

1) Sampah basah (Garbage), yaitu sampah yang susunannya terdiri atas bahan organik yang mempunyai sifat mudah membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah. Yang termasuk jenis sampah ini adalah sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dedaunan, dsb.

2) Sampah kering (Rubbish), yaitu sampah yang terdiri atas bahan anorganik yang sebagian besar atau seluruh bagiannya sulit membusuk. Sampah ini dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu

a. Sampah kering logam, misalnya kaleng, pipa besi, mur, baud, seng, dan segala jenis logam yang sudah usang.


(19)

1) Sampah kering mudah terbakar (Combustible rubbish) misalnya kertas, karton, kayu, kain bekas, kulit, kain-kain usang, dsb

2) Sampah kering sulit terbakar (Non combustible rubbish) misalnya pecahan gelas, botol dan kaca.

3.) Sampah lembut, yaitu sampah yang susunannya terdiri atas partikel-partikel kecil dan memiliki sifat mudah berterbangan serta membahayakan atau mengganggu pernafasan dan mata. Sampah tersebut terdiri atas

a. Debu, yaitu partikel-partikel kecil yang berasal dari proses mekanis, misalnya serbuk dari penggergajian kayu, debu asbes dari pabrik pipa atau atas asbes, debu dari pabrik tenun dan debu dari pabrik semen.

b. Abu, yakni partikel-partikel yang berasal dari proses pembakaran, misalnya abu kayu atau abu sekam, abu dari hasil pembakaran (incinerator).

Sedangkan pembagian golongan sampah secara khusus diantaranya adalah : a) Sampah berbahaya, terdiri atas :

1. Sampah pathogen : sampah dari rumah sakit dan poliklinik

2. Sampah beracun : pembungkus pestisida, insektisida, racun, dll.

3. Sampah ledakan : petasan, sampah perang, botol parfum, dll.

4. Sampah radioaktif : sampah nuklir

b) Sampah balokan : mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang

c) Sampah jalan : yang berasal dari hasil sapuan jalan d) Sampah binatang mati berasal dari bangkai binatang

e) Sampah bangunan yang terdiri dari potongan kayu, pecahan genting, pecahan

bata, bekas adukan.

f) Sampah industri yaitu ampas bahan baku dalam proses industri.

g) Sampah khusus, yaitu sampah dari benda-benda berharga seperti surat- surat rahasia negara dan dokumen penting lainnya.

h) Sampah kandang dan pemotongan hewan yaitu sisa makanan ternak, kulit, sisa-sisa daging, tulang,dll.

i) Sampah lumpur yaitu lumpur dari selokan, riol, septictank, bangunan pengolahan air buangan, dll.


(20)

2.1.2 Sumber-sumber sampah

Sampah dapat berasal dari berbagai sumber diantara lain yaitu :

1. Rumah tangga, umumnya terdiri atas sampah organik dan anorganik yang

ditimbulkan dari aktivitas rumah tangga, seperti buangan dari dapur, debu, buangan taman, alat-alat rumah tangga.

2. Sampah yang dihasilkan dari pertokoan, restoran, pasar perkantoran, hotel, dll. Biasanya terdiri dari bahan-bahan pembungkus sisa-sisa makanan, kertas dari perkantoran, dll.

3. Sampah institusi berasal dari sekolahan, rumah sakit dan pusat pemerintahan. 4. Sampah dari sisa konstruksi bangunan, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa

pembangunan bangunan, perbaikan jalan, pembongkaran jalan dan jembatan. 5. Sampah dari fasilitas umum, berasal dari taman umum, pantai dan tempat

rekreasi.

6. Sampah dari hasil pengelolaan air buangan serta sisa-sisa pembakaran incinerator 7. Sampah dari industri berasal dari proses produksi industri, mulai dari pengolahan

bahan baku sampai dengan hasil produksi

8. Sampah pertanian berasal dari sisa-sisa pertanian yang tidak dapat dimanfaatkan lagi.

2.2 Pengelolaan Sampah Terpadu

Menurut Murthado dan Said (1988) pengelolaan sampah adalah perlakuan yang dilakukan terhadap sampah yang meliputi pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan pemusnahan, sedangkan menurut Soewedo (1983), pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah guna memperkecil dan menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu adalah suatu sistem pengelolaan sampah yang beroperasi lebih banyak mengikutsertakan partisipasi masyarakat, lebih ramah lingkungan, secara operasional lebih hemat energi dan biaya, serta secara produktif dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sistem yang dimaksud di sini merupakan satu diantara alternatif dari berbagai sistem pengelolaan sampah


(21)

lainya, yang mengarah kepada pemecahan kelemahan-kelemahan yang ada dalam penanganan sampah perkotaan selama ini. Sedangkan Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat merupakan suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan, dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat. Berbasis masyarakat bukan berarti dalam pengoperasiannya selalu harus dilakukan oleh masyarakat tetapi boleh juga dilakukan oleh lembaga atau badan profesional yang mampu dan diberi mandat oleh masyarakat. Dalam ilmu kesehatan lingkungan suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika tidak menjadi tempat bersarangnya bibit penyakit dan tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau dan tidak menimbulkan kebakaran (Azwar 1990 dalam Virgota 2001).

Menurut Kastaman R dan Kramadibrata AM (2007) sistem pengelolaan sampah terpadu diarahkan agar sampah-sampah dapat dikelola dengan baik dalam arti mampu menjawab permasalahan sampah hingga saat ini yang belum dapat diselesaikan dengan tuntas, juga diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat lokal agar mampu mandiri terutama menyangkut :

1. Penataan dan pemanfaatan sampah berbasis masyarakat secara terpadu, 2. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah,

3. Penggalian potensi ekonomi dari sampah, sehingga diharapkan dapat memperluas lapangan kerja.

Menurut Damanhuri (1994) dalam Muthmainnah (2008) pengelolaan limbah yang sudah terbentuk, tidak hanya terbatas pada segi cara mengolah dan menyingkirkannya agar tidak mencemari lingkungan,tetapi pengolahan dan pendaur ulangan atau pemusnahan limbah merupakan inti dalam usaha mengurangi dampak negatif dari limbah yang sudah terbentuk. Dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu diperlukan adanya suatu output dan input dari suatu sistem. Output dari suatu sistem dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif yaitu berupa


(22)

pembuangan sampah akhir yang bersih, rapi, tertib, indah dan kota yang bersih. Sedangkan secara kuantitatif berupa pelayanan yang semakin memuaskan masyarakat berdasarkan persentase pelayanan terhadap jumlah penduduk, luas kota, dan jumlah sampah kota yang terangkut setiap harinya.

Input yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah yaitu manusia, peralatan, biaya, metode pengelolaan yang saling berkaitan. Dalam transformasi sistem, input-input perlu diatur dan ditata sehingga mempunyai nilai guna yang maksimal. Untuk itu dalam sistem pengelolaan sampah diperlukan bagian-bagian yang bertugas mengatur masing-masing input sehingga proses transformasi akan berlangsung dengan sebaik mungkin menuju output dan tujuan yang diharapkan. Dari sisi input, jelas memerlukan adanya peran serta masyarakat secara aktif dan berkesinambungan, terutama dalam mewujudkan kebersihan lingkungan. Masyarakat dalam hal ini banyak berperan dalam proses penempatan dan pengumpulan sampah, sehingga memudahkan dalam pemindahan, pengangkutan, pengelolaan dan pemanfaatan sampah serta pembuangan sampah akhir yang selama ini ditangani oleh pemerintah daerah, khususnya Dinas Kebersihan. Untuk lebih jelasnya elemen-elemen pengolahan limbah, dapat dilihat pada Gambar 1.


(23)

Gambar 1. Elemen-elemen dalam pengolahan limbah Sumber : Damanhuri, 1994

2.2.1 Pewadahan sampah

Pewadahan adalah tahap awal proses pengelolaan sampah yang merupakan usaha menempatkan sampah dalam satu wadah agar tidak berserakan, mencemari lingkungan, mengganggu kesehatan masyarakat, serta untuk tujuan menjaga kebersihan dan estetika. Pewadahan dapat bersifat individual dan komunal (dipakai untuk umum). Pewadahan yang bersifat individual biasanya diterapkan di daerah komersial, perkantoran dan pemukiman yang teratur. Wadah yang digunakan bermacam-macam, misalnya ban, plastik, drum (tong), wadah dari kayu, kardus, dan wadah dari batu bata. Sedangkan pewadahan komunal diterapkan didaerah pemukiman yang tidak teratur (dari segi bangunan dan jalan) pemukiman yang masih jarang penduduknya dan dipasar. Wadah yang digunakan yaitu bak sampah dari batu bata atau kontainer plastik yang besar. Berbeda dari cara konvensional, pengelolaan sampah terpadu menampung tumpukan sampah dengan membedakan antara sampah organik dan anorganik.

Daur Ulang Pengumpulan

Pengolahan Pemusnahan Penyimpanan/

pewadahan

Pengangkutan


(24)

2.2.2 Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah (pengambilan sampah dari wadahnya ditiap sumber) dilakukan oleh petugas organisasi formal baik unit pelaksana dari Pemerintah Daerah (Pemda), petugas dari lingkungan setempat maupun dari pihak swasta yang telah ditunjuk Pemda. Sampah yang dikumpulkan kemudian dipersiapkan untuk proses pemindahan ataupun pengangkutan langsung ke lokasi pengelolaan atau pembuangan akhir. Pengumpulan bersifat individual dan komunal. Pengumpulan individual artinya petugas pengumpulan mendatangi dan mengambil sampah dari bak sampah rumah tangga, toko, atau kantor didaerah pelayanannya. Peralatan yang digunakan yaitu truk ataupun gerobak. Sedangkan pengumpulan komunal berarti Tempat Pengumpulan Sementara (TPS), sampah didapat dari rumah-rumah dan dibawa dengan menggunakan gerobak. Dan pengumpulan sampah di jalan besar dilakukan oleh petugas Dinas Kebersihan dengan penyapuan serta pengambilan sampah dari rumah ke rumah.

Menurut Salfato (1972) Berdasarkan situasi dan kondisi serta fasilitas yang tersedia, metode pengumpulan sampah dikategorikan menjadi enam macam yaitu :

1. Sistem pengumpulan oleh tenaga manusia

Pengumpulan ini dilakukan didaerah pemukiman yang luas. Petugas pengumpul mendatangi tempat sampah individu untuk mengambil dan memindahkan ke kendaraan yang selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan.

2. Sistem pengumpulan dengan Container

Container diletakkan pada tempat yang strategis sehingga masing-masing penghasil sampah dapat membuang sampahnya ke container tersebut, setelah penuh container segera diangkut ke tempat pembuangan akhir dengan menggunakan truk.

3. Sistem mekanik

Merupakan metode pengumpulan sampah tanpa tenaga manusia dan biasa digunakan di pabrik.


(25)

4. Sistem pengumpulan dengan cara membuang sampah kesaluran air kotor yang sebelumnya sampah tersebut dipotong kecil dengan alat pemotong.

5. Sistem pengumpulan sampah tanpa tenaga manusia dan biasanya dipakai

dikomplek pertokoan dan dipasar. Metode ini mengandalkan tekanan udara sebagai tenaga penggerak sampah.

6. Sistem pengumpulan dengan menggunakan cerobong. Sampah dibuang dari

masing-masing kamar dan secara gravitasi sampah akan jatuh dilantai dasar yang dilengkapi dengan bak pengumpul.

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada tahap pengumpulan diantaranya adalah :

1. Peletakkan sampah sebelum diambil

Untuk memudahkan truk dalam proses pengumpulan dan pengangkutan sampah.

2. Waktu dan frekuensi pengumpulan

Pada umumnya pengumpulan dilakukan pada pagi dan siang hari untuk daerah pemukiman atau malam hari untuk daerah perdagangan dan pasar. Frekuensi pengumpulan yang terbaik minimum dilakukan setiap hari sekali berdasarkan pertimbangan sanitasi, tetapi untuk pertimbangan ekonomi dapat dilakukan dua hari sekali.

3. Tersedianya peralatan yang ada, dengan ditunjang oleh tenaga yang cukup dan

terampil, perlengkapan kerja yang ada serta pembagian tugas maupun jadwal kerja yang baik.

4. Lokasi penampungan sampah yang memenuhi persyaratan baik dari segi

kapasitas maupun kuantitas.

2.2.3 Pemindahan dan pengangkutan sampah

Pemindahan merupakan kegiatan memindahkan sampah yang masuk dari

transfer depo atau TPS ke kendaraan pengangkut untuk dibawa ke TPA. Pengangkutan sampah berkaitan dengan kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan ke lokasi pembuangan akhir. Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut sampah sementara adalah gerobak, kereta sorong, truk dengan memakai


(26)

pintu atau tutup, truk pembawa container,dan lain-lain. Truk bak kayu dan typper

bertugas mengangkut sampah dari lokasi penampungan sementara ke lokasi penampungan akhir. Truk container bertugas mengangkut sampah di bak container yang sudah penuh ke tempat pembuangan akhir. Pengangkutan sampah dari tempat penampungan sementara ke tempat pembuangan akhir ini dilaksanakan oleh petugas Dinas Kebersihan. Menurut Warsito (1990), syarat-syarat alat angkut sampah yaitu :

1. Terbuat dari logam ataupun melapisi bagian dalam dinding bak dan lantai dengan

logam.

2. Truk terbuka minimal harus tertutup untuk menghindari sampah berceceran dan

berterbangan.

3. Untuk petugas pengangkut harus disediakan pakaian dan perlengkapan kerja seperti pakaian khusus kerja, topi, sarung tangan, masker, sepatu boat, cangkul, sekup, garpu.

4. Sesudah membuang sampah ke TPA, truk selalu dalam keadaan bersih.

2.2.4 Pembuangan akhir atau pemusnahan

Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengelolaan sampah dan merupakan tahap terpenting karena tahap ini, persoalan sampah tidak akan dapat diatasi secara tuntas. Menurut Resosoebroto (1978), lokasi pembuangan akhir harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Terletak di daerah yang tanahnya liat dan mengandung pasir. 2. Jauh dari sumber air minum (minimum 200 meter).

3. Terletak di daerah yang bebas banjir

4. Di daerah yang rendah dan jauh dari pemukiman (minimum 2 km). Metode pembuangan akhir yang banyak dikenal adalah :

1. Open dumping yaitu membuang sampah pada tempat pembuangan sampah akhir secara terbuka di suatu lokasi tertentu

2. Control landfill yaitu pembuangan sampah pada tempat pembuangan sampah akhir, seperti halnya open dumping namun disini terdapat proses pengendalian atau pengawasan sehingga lebih tertata.


(27)

3. Sanitary landfill yaitu pembuangan sampah pada tempat pembuangan akhir dengan menimbun sampah ke dalam tanah hingga periode waktu tertentu. Dengan demikian cara ini dapat menekan polusi atau bau, dan kebersihan lingkungan lebih baik. Metode ini merupakan cara yang paling mudah dibandingkan dengan metode lainnya.

Tempat pembuangan akhir membutuhkan ruang/tempat yang luas dan disyaratkan jauh dari tempat pemukiman penduduk. Dengan adanya keterbatasan lahan di berbagai kota besar tempat pembuangan akhir lambat laun menjadi masalah, upaya mengurangi beban penumpukan sampah di TPA dengan berbagai metode pengelolaan sampah yang lebih baik merupakan langkah yang perlu terus dikembangkan.

2.3 Pemanfaatan Sampah

Menurut Murtadho (1988) Pemanfaatan sampah merupakan penggunaan dan pemanfaatan kembali sampah yang dapat dijadikan suatu produk yang memiliki nilai ekonomi, akan tetapi di dalam pemanfaatan sampah padat diperlukan teknologi yang tepat dan sesuai dengan karakteristik sampah yang ada. Dengan ditemukannya teknologi yang tepat, maka selain dapat membantu program penanganan sampah padat, juga akan sangat membantu dalam mengembangkan lapangan pekerjaan yang akhirnya akan mendatangkan penghasilan yang berarti bagi masyarakat. Pemanfaatan sampah yang merupakan usaha untuk mengubah sampah dari barang yang bersifat

economic bad menjadi economic good sehingga dapat masuk kembali dalam kegiatan produksi dan konsumsi sekaligus mengurangi limbah yang akan mencemari lingkungan.

Usaha daur ulang dan pengomposan sampah pada dasarnya merupakan usaha memanfaatkan kembali sampah melalui pendekatan ekonososiotekno dan keterpaduan antara pembinaan manusia, sumberdaya dan lingkungan (Tribina) yaitu :

1. Pengelolaan sampah tidak hanya berorientasi pada kegiatan pengumpulan,

pengangkutan dan pemusnahan saja melainkan adanya usaha pemanfaatan kembali sampah sebagai sumberdaya yang bersifat ekonomi.


(28)

2. Pengelolaan sampah diselenggarakan secara terpadu antar semua unsur terkait seperti penghasil sampah, pengolah (pemulung dan industri pengomposan) serta pemda dengan orientasi pemecahan secara menyeluruh dari aspek teknologi, ekonomi, sosial dan politis.

3. Mengubah citra sampah dari beban lingkungan menjadi sumberdaya

ekonomi.

Uraian teknologi pengolahan sampah dengan cara pengomposan dan daur ulang dapat dilihat sebagai berikut :

1. Pengomposan

Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik dan anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik, karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh mikroba (Suriawiria, 1993). Proses dasar yang terjadi pada pengomposan disebut proses aerobik atau proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme sejumlah energi dalam bentuk panas sebagai hasil oksidasi air dan karbondioksida, tidak menimbulkan gas yang kurang sedap, serta temperatur tinggi yang dihasilkan akan menurunkan potensi mikroorganisme bakteri patogen. dengan menggunakan oksigen. Kompos sebagai bahan organik yang telah terurai memiliki sifat-sifat berikut :

a) Reaksi kimia relatif netral b) Mengandung asam humin

c) Mampu mengikat dan menyerap koloid tanah

d) Mampu menyerap air yang tinggi

e) Merupakan satuan matriks tanah yang porosif f) Berstruktur serat humus yang kenyal

g) Berwarna gelap


(29)

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan adalah sebagai berikut : a) Kadar air

Dalam suatu campuran kompos kadar air harus lebih besar dari batas terendah syarat berlangsungnya aktivitas bakteri (12-15)%. Kadar air optimum untuk proses pengomposan yang efisien berkisar antara (50-60)%.

b) Temperatur

Sebagian besar mikroorganisme tumbuh baik pada temperatur antara 200C-350C.

Patogen yang tumbuh subur akan menghasilkan suhu tubuh 370C.

c) Ukuran Partikel

Materi kompos dengan ukuran partikel yang kecil lebih mudah dikomposkan daripada materi dengan partikel besar yang mempunyai permukaan lebih luas. Bentuk partikel material yang baik dikomposkan berkisar10-50 mm.

d) Perbandingan C dan N

Carbon dan Nitrogen merupakan dua elemen yang dibutuhkan bagi pertumbuhan mikrobiologi. Perbandingan carbon terhadap nitrogen dapat menunjukkan kecepatan dekomposisi bahan organik. Jika C/N ratio terlalu tinggi, proses dekomposisi akan berjalan lambat. Jika C/N ratio terlalu rendah sebagian besar nitrogen akan cepat hilang melalui penguapan sebagai molekul amonia. Kompos akan berkualitas baik jika C/N turun menjadi 15-18%.

e) Waktu pengomposan

Proses pengomposan secara konvensional (tanpa menggunakan perlakuan mikroba pengurai tambahan) biasanya berlangsung selama 4-6 bulan setelah komposter terisi penuh dengan sampah dapur. Proses penguraian sampah menjadi kompos juga dapat dilakukan dengan waktu yang lebih singkat yaitu 18-21 hari yaitu pada bahan organik yang banyak mengandung selulosa (C/N ratio >30) atau bahkan 3-14 hari pada bahan yang mengandung N tinggi


(30)

2. Recycling (Daur Ulang)

Recycling merupakan metode pembuangan sampah melalui proses daur ulang sehingga sampah tersebut bisa digunakan kembali. Contohnya kertas bekas seperti koran bekas, kertas komputer bekas yang dapat diolah kembali dan dijadikan pulp untuk membuat kertas toilet dan karton pengemas dus. Selain kertas ada juga plastik dan kaleng yang dapat dimanfaatkan kembali. Sampah plastik dapat diolah kembali menjadi barang berguna seperti membuat pot bunga dari plastik botol minum aqua, membuat tas, dompet dari plastik kemasan deterjen, kopi susu dan kemasan lainnya. Konsep dasar gaya hidup hijau, yakni reuse, refill, dan recycle, juga berlaku di dunia teknologi informasi. Hal ini dibuktikan oleh Muhammad Salahuddien Manggalany atau yang akrab dipangil Didin atau Pataka. Didin mendaur ulang kaleng menjadi antena wireless LAN. Awalnya memang iseng-iseng sebagai wadah eksperimental, namun kini bisnis ini telah menjadi lahan baru yang cukup menjanjikan. Selain itu kaleng dapat dimanfaatkan kembali menjadi tempat pensil dan tempat kue. Selain plastik ,kertas dan kaleng, daun juga dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan Seperti halnya di Kota Malang, pemanfaatan limbah dedaunan dijadikan bahan kerajinan tangan seperti tempat tusuk gigi, tempat tisu, maupun hiasan-hiasan yang menarik dan yang menjanjikan perolehan profit dan menjamin peluang lanjutan usaha kerajinan tangan dari daun.

Pengembangan ide kreatif sangat diperlukan dalam mengolah dan

memanfaatkan kembali sampah anorganik agar bahan-bahan anorganik tersebut memiliki nilai jual yang tinggi. Manfaat dari mendaur ulang sampah terhadap lingkungan secara umum adalah:

a. Dapat menekan lebih dari 3 kg gas-gas yang menghasilkan efek rumah kaca (greenhouse effect gases) seperti CO2 yang berdampak pada efek pemanasan

global.

b. Menghemat penggunaan energi yang diperlukan untuk proses industri, karena

tidak menggunakan bahan baku secara mentah tapi cukup dengan bahan daur ulang yang sudah ada. Dengan demikian biaya produksi dapat ditekan (menghemat biaya).


(31)

c. Penghematan penggunaan bahan baku, khususnya yang masih di impor sehingga dapat menghemat devisa. Sebagai contoh, sampah kertas dapat digunakan dengan daur ulang ini antara 5-10 kali sebelum benar-benar tidak dapat digunakan lagi

d. Sampah organik dapat dimanfaat sebagai penyubur tanah. Sampah dapat didaur ulang menjadi pupuk organik (kompos) yang sangat dibutuhkan sebagai unsur hara tanah yang penting.

Beberapa manfaat penting dari upaya meminimumkan sampah yaitu : 1. Melindungi (mengkonservasi) sumberdaya yang dimiliki, seperti ;

a. mineral ; yang digunakan untuk membuat banyak bahan yang berguna

(contoh : bauxite yang digunakan untuk membuat alumunium)

b. energi ; yang digunakan dalam pertambangan, pemanenan, fabrikasi dan transportasi.

c. Kawasan hutan ; yang digunakan untuk membuat berbagai macam kertas dan

berbagai macam produk olahan kayu.

d. Minyak bumi ; yang digunakan baik sebagai bahan bakar maupun untuk bahan baku plastik.

e. Lahan yakni sebagai tempat berbagai kegiatan manusia.

2. Menghemat uang. Mengurangi sampah dapat menghemat uang dalam berbagai

cara seperti :

a. Sedikit membuang sampah akan berkurang kemungkinan untuk

membelanjakan uang dan membuang sesuatu yang bisa menjadi sampah b. Bisnis menjadi lebih efisien

c. Pendapatan keluarga lebih baik

3. Mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan

a. Kualitas lingkungan di beberapa area seringkali dipengaruhi oleh adanya aktivitas ekstraksi atau eksploitasi sumberdaya misalnya di daerah pertambangan.


(32)

b. Pengurangan atas penggunaan bahan bakar fosil untuk energi akan mengurangi pembuangan gas yang memiliki efek rumah kaca atau sumber polusi lainnya.

2.4 Konservasi Sumberdaya Hayati

Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyebutkan bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya selain itu konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Berkurangnya keanekaragaman hayati akan mempunyai dampak negatif pada:

1. Ketahanan stabilitas ekosistem terhadap goncangan faktor luar.

2. Kemampuan untuk memproduksi tanaman baru.

3. Kepastian masa depan untuk kebutuhan generasi yang akan datang.

Menurut Rodgers (1997) nilai keanekaragaman hayati sebenarnya lebih banyak dinikmati oleh masyarakat lokal ketimbang masyarakat internasional, yaitu

1. Fungsi ekosistem adalah pada proses dan siklus hara di tanah dan plasma nutfah sangat erat pada kepentingan lokal spesifik.

2. Nilai ekspor produk kenekaragaman hayati, seperti tourisme, obat-obatan dan kayu, keuntungannya kembali kepada produsen/ eksportir nasional.

3. Produk pasar nasional (air minum, kayu bakar, getah, minyak atsiri dan hasil non kayu lainnya).

4. Produk pasar lokal (kayu bakar, hijauan ternak).

5. Produk rumah tangga (pangan, bahan pengrajin).


(33)

2.5 Permasalahan dan Penanggulangan Kerusakan Lingkungan

Sumber masalah kerusakan lingkungan karena dilampauinya daya dukung lingkungan ialah tekanan penduduk terhadap lahan yang berlebih, kerusakan lingkungan hanyalah akibat atau gejala saja. Karena itu penanggulangan kerusakan

lingkungan itu sendiri merupakan penanggulangan yang simtomatis

(Otto soemarwoto 1983).

Penanggulangan dapat diklasifikasikan pada tingkat pengumpulan,

pengangkutan ke stasiun peralihan (transfer station) dan pembuangan akhir atau pemusnahan (Dinas Kebersihan DKI Jakarta 1995). Masalah kebersihan lingkungan pemukiman merupakan masalah yang kompleks dan erat kaitannya dengan tata kehidupan dan kebiasaan masing-masing warga baik sebagai individu maupun masyarakat dalam lingkungannya. Suatu lingkungan pemukiman yang bersih, tertib, indah dan sehat tidak akan berhasil apabila masyarakat tidak berpartisipasi dalam mencapai tujuannya, karena partisipasi itu sendiri merupakan kegiatan dan aktifitas masyarakat untuk menanggulangi masalah lingkungan. Sehingga kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam program kebersihan perlu ditumbuhkan dan digerakkan (Salim 1993 dalam Solehati 2005).

Dalam memahami permasalahan tersebut, perlu dilihat beberapa aspek yang menaungi sistem pengelolaan persampahan meliputi (1) aspek teknis, (2) aspek kelembagaan, dan (3) aspek manajemen dan keuangan. Dengan melakukan peninjuan beberapa aspek diatas, Perlu dilakukan suatu rencana tindak (action plan) yang meliputi:

(1) Melakukan pengenalan karekteristik sampah dan metoda pembuangannya,

(2) Merencanakan dan menerapkan pengelolaan persampahan secara terpadu (pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir),

(3) Memisahkan peran pengaturan dan pengawasan dari lembaga yang ada dengan fungsi operator pemberi layanan, agar lebih tegas dalam melaksanakan reward &


(34)

(4) Menggalakkan program Reduce, Reuse dan Recycle (3 R) agar dapat tercapai program zero waste pada masa mendatang,

(5) Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang lebih bersahabat dengan lingkungan dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi bahan buangan.

2.6 Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah terpadu. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun-ke tahun yang semakin kompleks. Partisipasi masyarakat adalah tahun-keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah, strategi dalam kebijaksanaan kegiatan, memikul beban dan pelaksanaan kegiatan, memetik hasil dan manfaat kegiatan secara adil (Tjokroamidjojo 1990) sedangkan menurut Koentjaraningrat (1991) dalam Solehati (2005), partisipasi merupakan pemberian sumbangan dan turut serta dalam menentukan arah atau tujuan pembangunan, dimana ditekankan bahwa partisipasi adalah hak dan kewajiban bagi setiap masyarakat. Partisipasi menurut Hoofsteede (1971) dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu

1. Partisipasi Inisiasi : Partisipasi yang mengundang inisiatif dari pimpinan desa baik formal maupun informal dari anggota masyarakat mengenai suatu program, proyek atau kegiatan, yang nantinya program tersebut menjadi kebutuhan masyarakat.

2. Partisipasi Legitimasi : Partisipasi ini merupakan partisipasi tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang program, proyek, kegiatan tersebut.

3. Partisipasi Eksekusi : Partisipasi pada tingkat pelaksanaan.

Secara umum partisipasi dibagi menjadi dua macam yaitu partisipasi dalam bentuk fisik seperti tenaga, barang dan uang, serta partsipasi dalam bentuk non fisik seperti sumbangan, pemikiran atau ide dan dukungan. Iriani (1994) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga, lama menetap dan pengetahuan tentang sampah dengan


(35)

peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Semakin baik atau tinggi suatu variabel kelompok masyarakat maka peran serta masyarakat itu semakin tinggi. Dinyatakan juga bahwa peran serta masyarakat di daerah dengan tingkat pendapatan penduduk yang tinggi atau lebih besar daripada peran serta masyarakat di daerah dengan tingkat pendapatan penduduk sedang. Peran serta dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam menanggulangi keberadaan sampah yang semakin menumpuk, adanya peran serta yang baik dari masyarakat akan sangat memudahkan pelaksanaan operasional dilapangan. Peran serta masyarakat berarti masyarakat ikut serta dan mengikuti serta menyertai pemerintah dalam memberikan bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat dan menjamin usaha keberhasilan pembangunan (Santono & Iskandar 1991 dalam Solehati 2005).

Satu diantara bentuk implementasi konsep 3R yang mulai digalakan oleh masyarakat dan sektor industri adalah mendaur ulang sampah dan berupaya menghimpun kegiatan yang dapat memanfaatkan sampah untuk didaur ulang.

Pada dasarnya usaha daur ulang maupun pengomposan merupakan usaha memanfaatkan kembali sampah melalui ekonososiotekno dan keterpaduan antara pembinaan manusia, sumberdaya dan lingkungan. Pengelolaan terhadap sampah secara terpadu diperlukan keterlibatan antar semua pelaku seperti pemulung, masyarakat, industri pengomposan, LSM, Pemda dan berorientasi pada suatu pemecahan yang menyeluruh mulai dari aspek teknologi, ekonomi, sosial dan politis. Dengan adanya usaha pemanfaatan dan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat diharapkan dapat mengubah citra sampah dari beban lingkungan dan memberikan dampak negatif menjadi sumberdaya ekonomi yang memberikan dampak positif bagi masyarakat serta dapat menunjang kebijakan pembangunan yang berkelanjutan.

2.7 Peran Pemulung dan Lapak dalam Pengelolaan Sampah

Pemulung merupakan orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Peran pemulung dalam penanganan sampah kota sangat penting. Hal ini dikarenakan kegiatan pemulung yang dapat mengatasi penumpukan sampah di sumber dan tempat pembuangan akhir. Menurut Dinas


(36)

Kebersihan Provinsi DKI (1990), kesepakatan cara pandang mengenai pemulung adalah :

1. Pemulung merupakan bagian masyarakat atau WNI yang mempunyai hak

dan kewajiban yang sama sesuai dengan UUD 1945.

2. Pemulung adalah pelaku penting dalam proses daur ulang (recycling) sampah sebagai salah satu bagian dalam penanganan sampah perkotaan maupun pedesaan.

3. Pemulung adalah salah satu pemelihara lingkungan hidup yang menyerap

sebagian sampah untuk dapat diolah menjadi barang berguna bagi masyarakat.

4. Pemulung adalah orang yang bekerja memunguti dan mengumpulkan

sampah serta memanfaatkan sampah-sampah tersebut untuk menambah penghasilan mereka.

2.8 Kelembagaan Penanganan Sampah

Kelembagaan merupakan organisasi dan aturan main (rules of the game). Kelembagaan sebagai suatu organisasi menggambarkan koordinasi yang didasarkan atas mekanisme administratif sehingga mengarah pada pengertian lembaga yang bersifat formal seperti departemen dalam pemerintahan, perusahaan, koperasi, bank dan sebagainya. Berdasarkan definisi dan terminologi yang berlaku dimasyarakat maka lembaga adalah kombinasi dari :

1. Kebijakan dan tujuan

2. Hukum dan aturan main

3. Organisasi

4. Rencana operasi dan prosedur

5. Mekanisme insentif

6. Mekanisme pertanggungjawaban

7. Norma, tradisi, praktek dan kebiasaan.

Kelembagaan yang baik merupakan kunci dari keberhasilan pengelolaan negara, pembangunan, pasar, perdagangan, bisnis. Demikian pula halnya dengan kelembagaan penanganan persampahan, kelembagaan penanganan sampah kota tidak


(37)

hanya terdiri dari organisasi yaitu hubungan keterkaitan berbagai pihak (stakeholder) tetapi dapat juga berupa aturan dan kebijakan yang akan berpengaruh dalam mengimplementasikan sistem pengelolaan sampah baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, lingkungan maupun teknologi. Kebijakan dan strategi penanganan sampah

mengacu pada Undang-Undang Lingkungan Hidup yang tertuang dalam UU No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yaitu upaya terpadu

dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup untuk kemudian masing-masing daerah menjabarkannya dalam bentuk peraturan daerah. Sedangkan definisi dari lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya

(Hardjosoemantri 2000).

Menurut Djogo et al. (2003) mengatakan bahwa unsur-unsur dan aspek kelembagaan antara lain meliputi :

1. Institusi yang merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial masyarakat

2. Norma tingkah laku yang mengakar dalam masyarakat dan diterima secara luas untuk melayani tujuan bersama yang mengandung nilai tertentu dan menghasilkan interaksi antar manusia yang terstruktur.

3. Peraturan dan penegakan aturan/hukum

4. Aturan dalam masyarakat yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama dengan dukungan tingkah laku hak dan kewajiban anggota

5. Kode etik 6. Organisasi


(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan di tiga tempat berbeda. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat peneliti mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas. Penentuan lokasi penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling (sengaja) dengan beberapa pertimbangan yaitu terdapatnya masyarakat yang memanfaatkan sampah untuk usaha daur ulang serta terdapat kelompok masyarakat yang peduli kebersihan lingkungan dan pernah bekerjasama dengan beberapa LSM seperti JICA dan Bina Swadaya.

Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usaha kompos, peneliti mengambil contoh studi kasus di pabrik kompos Mutu Elok RW 10 Perumahan Cipinang Elok Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus s.d bulan September 2009.

3.2 Alat dan Panduan

Alat yang digunakan adalah alat tulis menulis, kamera digital, perangkat

lunak berupa software Microsoft Excel 2007, software SPSS 15. Untuk

wawancara digunakan panduan kuisioner (Lampiran 12)

3.3 Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Sampel 3.3.1 Jenis dan sumber data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis studi kasus dan metode survey. Metode studi kasus bertujuan mempelajari latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan dari suatu unit sosial, sedangkan metode survey merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada serta mencari keterangan secara faktual institusi sosial, ekonomi, dan pendidikan. Data yang akan dikumpulkan berupa: jumlah penduduk, produksi sampah perumahan, sektor-sektor penghasil sampah terbesar, peraturan daerah tentang kebersihan, perilaku dan partisipasi masyarakat, manfaat ekonomi dari usaha daur ulang dan pengomposan. Untuk memudahkan pengumpulan data maka kebutuhan data, jenis dan sumber data serta teknik pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.


(39)

Tabel 1 Daftar kebutuhan data, jenis, sumber dan teknik pengumpulan data

Tujuan Penelitian Data yang dibutuhkan Sumber Data Teknik

Pengumpulan Data

Mengetahui Perilaku dan Partisipasi Masyarakat

1. Karakteristik Masyarakat : a. Tingkat pendidikan formal b. Jenis Pekerjaan

c. Jumlah pendapatan/bln d. Lama menetap

2. Partisipasi Masyarakat :

a. Ketersediaan tempat sampah di rumah

b. Keterlibatan dalam pelaksanaan kebersihan lingkungan

c. Keikutsertaan memilah sampah d. Cara membuang sampah Rumah e. Hal yang dilakukan jika tempat

tinggal kotor

f. Pendapat masyarakat terhadap pemisahan sampah organik dan anorganik

g. Pengetahuan warga tentang TPA

Data Primer dari masyarakat RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas Data Sekunder dari Kecamatan Ciracas Kuisioner dan Observasi Lapang Mengetahui Manfaat Ekonomi serta Kelayakan Usaha Daur Ulang dan Pengomposan Sampah Kota

1. Karakteristik Pemulung (Dapat dilihat pada lampiran 3)

2. Bentuk usaha pemanfaatan sampah kota

3. Pemasaran produk 4. Nilai jual produk

Data Sekunder Dari pemulung, lapak , pengusaha daur ulang dan pengomposan

Wawancara, buku kas proyek

Mengetahui

permasalahan serta pengaruh usaha daur ulang sampah dan pengomposan terhadap sistem pengelolaan sampah kota.

1. Kelembagaan (Sistem organisasi formal pengelolaan sampah di Dinas Pertamanan, Keindahan & Kebersihan)

a. Struktur Organisasi b. Tata kerja

c. Personil

d. Sarana dan Prasarana e. Tingkat Pelayanan

f. Dasar Hukum dan Peraturan Daerah tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban 2.Teknik Pengelolaan Sampah a. Sumber sampah

b. Volume sampah/jumlah timbunan sampah

c. Komposisi sampah

d. Laju pengangkutan sampah dari TPS ke TPA

e. Kapasitas tampung dan perubahan kapasitas tampung TPA, serta laju pemusnahan sampah di TPA 3. Pembiayaan Pengelolaan Sampah a. Besar retribusi yang diperoleh

dari masyarakat 4. Kondisi Umum

a. Letak geografis dan iklim di Jakarta timur khususnya Kec. Ciracas

b. Jumlah penduduk

Data sekunder dari Dinas Kebersihan dan Kecamatan a.Observasi Lapang b.Studi Pustaka c.Wawancara


(40)

Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi lapang. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yakni mengumpulkan data yang telah menjadi arsip pengelola, melalui penelusuran informasi dari lembaga/instansi terkait (Dinas Kebersihan Jakarta Timur, Kantor kecamatan, Kantor Kelurahan, Perpustakaan) dalam bentuk laporan maupun buku.

3.3.2 Pengambilan sampel dan penentuan responden

Kecamatan Ciracas merupakan salah satu kecamatan yang pengelolaan sampahnya berbasis masyarakat. Kecamatan Ciracas terletak di daerah Kotamadya Jakarta Timur. Kecamatan ini memiliki 5 Kelurahan yaitu Cibubur, Ciracas, Susukan, Kelapa Dua Wetan dan Rambutan. Namun dari lima kelurahan tersebut hanya dua kelurahan yang terpilih yaitu kelurahan Susukan, kelurahan Ciracas. Dalam penelitian ini pengambilan sampel wilayah dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan beberapa kriteria diantaranya yaitu terdapat sekelompok masyarakat peduli lingkungan serta pernah bekerjasama dengan LSM seperti JICA dan Bina Swadaya, terdapat pengusaha daur ulang dan masyarakat yang memiliki profesi bekerja sebagai pemulung dan pengumpul. Adapun wilayah kelurahan berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kelurahan terpilih berdasarkan kriterianya

No. Pertimbangan/Kriteria Sampel Kelurahan Jumlah Responden 1. Masyarakat Peduli Lingkungan

dan Pengusaha Daur Ulang

a. Susukan b. Ciracas

a. 30 orang b. 30 orang 2. a. Pemulung

b. Pengumpul

a. Cibubur a. 50 orang b. 2 orang

Metode dalam penelitian memerlukan responden yang terdiri dari 3 kategori, pertama: pemulung dan lapak, kedua: pihak pengusaha daur ulang (pengusaha kompos) dan masyarakat Kelurahan Susukan dan Kelurahan Ciracas, sedangkan kategori ketiga : Dinas Kebersihan. Penentuan responden untuk mengetahui partisipasi masyarakat di dua kelurahan dipilih berdasarkan stratified random sampling yaitu responden dibagi menjadi beberapa grup elemen yang disebut strata dalam hal ini dilihat dari tingkat pendidikan diantaranya yaitu tamatan SD sederajat, SMP-SMA sederajat dan perguruan tinggi. Satu kelurahan sebanyak 30 responden, dari 30 responden tersebut akan di bagi sama banyak


(41)

yaitu untuk tamatan SLTP ke bawah sebesar 10 orang, tamatan SLTA 10 orang dan tamatan perguruan tinggi 10 orang.

3.4 Analisis Data

Data kualitatif yang diperoleh di lapangan disajikan secara deskriptif dan diberikan gambar hasil dokumentasi selama dilakukannya penelitian. Dari hasil data kuantitatif yang didapat dilapangan akan dibuat grafik, perhitungan skor, persentase, nilai rataan hasil. Analisis data kuantitatif dihitung sebagai berikut:

3.4.1 Penentuan Skoring Peringkat Partisipasi

Pengukuran untuk setiap indikator akan diberikan bobot (kuantifikasi yang sesuai dengan besar skor). Ketentuan pembobotan berdasarkan kategori berikut :

a. Nilai skor 1 = kategori rendah b. Nilai skor 2 = kategori sedang c. Nilai skor 3 = kategori baik

Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari setiap indikator dari ke empat sub variabel tingkat partisipasi masyarakat. Penentuan kategori didasarkan pada jumlah skor yang dicapai dibandingkan dengan skor standar. Penentuan skor standar diperhitungkan dengan rumus :

1. Variabel Partisipasi

Dari setiap jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden diberi nilai atau skor 1 sampai 3. Pada skor 1-3 tersebut dapat dilihat apakah partisipai masyarakat terhadap lingkungan maupun masalah sampah pada khususnya semakin tinggi atau sebaliknya. Semakin tinggi skor atau nilai yang diperoleh maka semakin baik juga. Misalnya saja pertanyaan mengenai keikutsertaan responden dalam kegiatan kerja bakti dilingkungannya. Resonden yang menjawab tidak pernah diberi skor 1, responden yang menjawab kadang-kadang diberi skor 2 sedangkan untuk responden yang menjawab selalu diberi skor 3.


(42)

2. Variabel Identitas

Penentuan variabel identitas terdiri dari pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan lama menetap responden. Misalnya saja untuk jenis pekerjaan yang dimiliki responden. Untuk responden yang tidak memiliki pekerjaan tetap diberi skor 1, yang memiliki pekerjaan tetap diberi skor 2 dan responden yang memiliki pekerjaan tetap dan tambahan diberi skor 3.

3. Penghitungan Peringkat

Dalam menentukan range untuk Partisipasi ada 11 item pertanyaan yang digunakan oleh penulis, jumlah kategori ada 3 dengan bobotnya 1-3, kategori (rendah = 1, sedang = 2 dan tinggi = 3), sehingga skor tertinggi yang diperoleh sebesar 32 dan skor terendah sebesar 11, dan dari penghitungan peringkat diperoleh besaran range skor masing-masing kategori adalah 7. Dengan demikian pengelompokan kategori untuk partisipasi adalah sebagai berikut :

Rendah Range nilai : 11 - 17 Sedang Range nilai : 19 - 25 Tinggi Range nilai : 26- 33

3.4.2 Analisis Nilai Partisipasi Masyarakat Terhadap Lingkungan dalam Pengelolaan Sampah Terpadu

Untuk analisis nilai partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah instrumen yang digunakan adalah kuisioner berdasarkan variabel-variabel yang diamati yaitu dari aspek yang dapat dilihat dalam Tabel 3.


(1)

102

Angsuran Pinjaman 1,161,250 1,161,250 1,161,250 1,161,250

Total Biaya Variabel 6,309,800 7,203,100 10,326,750 10,326,750 10,326,750 10,326,750 9,165,500 9,165,500 9,165,500 2.3 Biaya Lain-lain

1. Perbaikan Peralatan 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000

2. Perbaikan Gerobak 85,000 85,000 85,000 85,000 85,000 85,000 85,000 85,000 85,000

3. Ongkos Kirim Kompos 600,000 700,000 700,000 700,000 700,000 700,000 700,000 700,000 700,000

Total Biaya Lain-lain 985,000 1,085,000 1,085,000 1,085,000 1,085,000 1,085,000 1,085,000 1,085,000 1,085,000 B. Total Outflow 34,210,000 29,172,800 30,166,100 33,796,750 33,909,750 33,469,750 33,796,750 32,128,500 32,128,500 33,255,500 C. NET BENEFIT (A-B) (4,645,000) (666,800) (1,307,100) 1,127,750 1,014,750 7,196,100 9,401,200 13,601,550 16,133,650 17,538,750

tingkat suku bunga 0.1

D. DF 0.909090909 0.826446281 0.751314801 0.683013455 0.620921323 0.56447393 0.513158118 0.46650738 0.424097618 0.385543289 E. PV -4222727.273 -551074.3802 -982043.5763 770268.4243 630079.9126 4062010.848 4824302.101 6345223.457 6842242.541 6761947.367

PV (+) 30236074.65

PV (-) -5755845.229

NPV 24,480,229.42

Net B/C 5

PV (15 %) 0.869565217 0.756143667 0.657516232 0.571753246 0.497176735 0.432327596 0.37593704 0.326901774 0.284262412 0.247184706 -4039130.435 -504196.5974 -859439.4674 644794.7227 504510.0921 3111072.613 3534259.3 4446370.822 4586190.264 4335310.764

NPV 15759742.08

PV45% 0.689655172 0.475624257 0.328016729 0.226218434 0.156012713 0.107594974 0.074203431 0.05117478 0.035292952 0.024339967 -3203448.276 -317146.2545 -428750.6663 255117.8386 158313.9004 774264.1953 697601.292 696056.3254 569404.1277 426892.5889 -371694.9282

NPV1-NPV2 24,851,924.35

NPV1/(NPV1-NPV2) 0.985043616

i1 10

i2 45

i2-i1 35


(2)

Lampiran 11 Pemanfaatan sampah organik dan anorganik oleh warga RW 04

Kelurahan Susukan dan warga RW 08 Kelurahan Ciracas, Jakarta

Timur.

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan: (a) Plang pengelolaan sampah terpadu yang berada di RT 03/RW04; (b) aktifitas ketua RT 03/RW 04 (bapak Maman) yang sedang mencacah sampah dapur dan sampah daun untuk dijadikan kompos; (c) penjemuran dan pengeringan kompos; (d) kompos yang telah dikemas plastik dan berlabel.

(a) (b)

Keterangan (a) Pot yang telah terangkai diberi semen sebagai penyangga; (b) tahap akhir pengecatan pot.


(3)

Lampiran 11 Pemanfaatan sampah organic dan anorganik oleh warga RW 04

Kelurahan Susukan dan warga RW 08 Kelurahan Ciracas

(a) (b)

Keterangan: (a) bubur kertas sebagai bahan untuk membuat hiasan; (b) hasil akhir dari seni kreatifitas bapak Chandra.

(a) (b)

Keterangan: (a) Tempat pensil dan dompet dari plastik kemasan Unilever; (d) Topi dan sandal dari plastik kemasan.

(a) (b)


(4)

Lampiran 12 Kuisioner

Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat

di Kelurahan Cibubur, Ciracas dan Susukan Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur Oleh : Elfrida Sonevy (E34052044)

Pengantar

Pada saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat di Kelurahan Cibubur, Ciracas dan Susukan Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Mohon anda menjawab pertanyaan yang saya ajukan dengan sebaik-baiknya. Jawaban anda merupakan masukan yang sangat berharga bagi pengelolaan sampah di Kecamatan Ciracas. Terimakasih atas segala partisipasi anda dalam pengisian kuisioner ini.

I. Karakteristik Responden

1. Nama Responden :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Status dalam Keluarga : 5. Jumlah Anggota Keluarga :

6. Pendapatan rata-rata keluarga Bpk/Ibu/Saudara/I tiap bulannya Rp… Partisipasi Warga Terhadap Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat. 1. Apa tingkat pendidikan Bapak/Ibu ?

A. SD sederajat B. SMP-SMA sederajat C. Sarjana atau yang sederajat 2. Apa jenis pekerjaaan bapak/ibu ?

A. Tidak memiliki pekerjaan tetap B. Memiliki Pekerjaan tetap

C. Memiliki pekerjaan tetap dan tambahan

3. Berapa kira-kira penghasilan yang diterima bapak/ibu per bulannya ?

A. Rp 100.000-250.000 B. > Rp 250.000.500.000 C. > Rp 500.000 4. Berapa lama bapak/ibu tinggal di daerah ini ?

A. 1-5 tahun B. 5-15 tahun C. > 15 tahun

5. Apakah bapak/ibu punya tempat sampah khusus di dalam / di luar rumah ? A. Tidak ada

B. Ada berupa kardus /kantong plastik C. Ada kotak dari plastik/kayu/semen

6. Apakah bapak/ibu membuang sampah ke TPS ? A. Tidak , ditumpukkan dihalaman & dibakar sendiri B. Tidak, ada petugas khusus yang mengambilnya C. Ya

7. Bila tidak, apa alasannya tidak membuang sampah ke TPS ? A. Lokasi TPS terlalu jauh dari rumah

B. Halaman cukup luas sehingga dapat melakukan pembakaran sendiri C. Alasan lain...

8. Bila sampah dibuang di TPS, jam berapa biasanya bapak/ibu melakukannya ? A. Antara jam 20.00 s/d 06.00


(5)

B. Diluar jam tersebut diatas yang tecantum pada jawaban A 9. Apakah bapak/ibu membayar retribusi sampah setiap bulan ?

A. Tidak pernah B. Kadang-kadang saja C. Selalu

10. Menurut bapak/ibu apakah besar retribusi saat ini sudah cukup memadai sesuai kondisi saat ini ? A. Belum, terlalu murah B. Sudah sesuai C. Terlalu mahal 11. Apakah di lingkungan bapak/ibu tinggal ada kegiatan kerja bakti ?

A. Ada B. Tidak ada C. Tidak tahu

12. Bila ada, apakah bapak/ibu ikut serta dalam kerja bakti yang dilaksanakan di lingkungan RT tempat tinggal bapak/ibu ?

A.Tidak pernah B. Kadang-kadang jika tidak berhalangan C. Selalu

13. Sepengetahuan bapak/ibu apakah di lingkungan ini pernah dilakukan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan ?

A. Tidak tahu

B. Tidak pernah C. Pernah dilakukan oleh...

14. Apabila pernah, apakah bapak/ibu ikut serta dalam penyuluhan tersebut ?

A. Tidak pernah B. Kadang-kadang C. Selalu

15. Bila tidak pernah apa alasannya ? A. Tidak berminat

B. Waktu penyuluhan tidak tepat sehingga sulit untuk hadir C. Materi penyuluhan tidak menarik

18. Menurut bapak/ibu siapakah yang paling bertanggung jawab terhadap kebersihan di daerah ini ? A. Pemkot (Pemerintah Kota)

B. Masyarakat

C. Pemkot dan masyarakat

19. Apakah bapak/ibu tahu apa yang dimaksud dengan TPA?

A. Tidak tahu B. Agak tahu C. Tahu D. Mengerti E. Sangat mengerti

20. Apakah bapak/ibu setuju mengenai pemisahan sampah organik dan anorganik? A. Sangat Tidak Setuju B. Tidak Setuju C. Cukup Setuju D. Setuju E. Sangat Setuju 21. Hal apa yang dilakukan bapak/ibu jika lingkungan tempat tinggalnya kotor?

A. Mendiamkannya B. Membersihkan sendiri C. Menyuruh orang D. Mengajak tetangga kerja bakti

22. Apa Pendapat bapak/ibu mengenai penanganan sampah setelah diambil dari kawasan perumahan? A. Tidak tahu

B. Dibakar

C. Dibuang ke TPA

D. Diolah menjadi kompos dan industri kerajinan tangan E. Dimusnahkan di insinerator

23. Bagaimana cara bapak/ibu dalam membuang sampah? A. Di buang ke sungai

B. Membuang di tempat buang sendiri/dibakar/ditimbun C. Dibuang ke TPS

D. Dimasukkan ke wadah lalu diambil petugas

24. Apakah bapak/ibu setuju jika orang yang membuang sampah di sembarang tempat atau melanggar peraturan kebersihan lingkungan diberikan sanksi?

A. Tidak ada pendapat B. Tidak setuju C. Setuju D. Sangat setuju 25. Berapa banyak bapak/ibu membuang sampah per harinya?

A. < 2 kg B. 2- 5 kg C. 5-7 kg D. 7-10kg E. > 10 kg


(6)

ELFRIDA SONEVY. Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi Sumberdaya Hayati (Studi kasus kecamatan Ciracas dan Jatinegara) di Jakarta Timur. Dibimbing oleh AGUS PRIYONO dan HANDIAN PURWAWANGSA

Pesatnya peningkatan angka pertumbuhan penduduk Indonesia membawa keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota menjadi pusat kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa konsekuensi terhadap meningkatnya biaya sosial. Salah satu dampak yang terjadi karena peningkatan jumlah penduduk serta pola konsumsi masyarakat adalah meningkatnya jumlah sampah yang merupakan hasil sampingan aktivitas manusia. Sampah tidak selamanya menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia,bahkan sampah dapat dijadikan sebagai komoditi yang bernilai ekonomi. Kegiatan daur ulang sampah baik melalui proses reuse, recycle dan composting oleh masyarakat merupakan langkah yang menguntungkan karena dapat menekan penumpukan sampah di lingkungan, dan secara ekonomis juga menguntungkan bagi masyarakat itu sendiri. Selain itu produksi kompos dari limbah organik yang berasal dari sumberdaya alam bermanfaat dalam mengembalikan hara ke alam secara terurai dapat dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya hutan khususnya dalam pembibitan tanaman-tanaman kehutanan khususnya dan tanaman pertanian pada umumnya.

Analisis tingkat partisipasi dalam mengelola sampah digunakan Uji Korelasi Spearman. Analisis kelayakan finansial pabrik kompos Mutu Elok dapat dilihat dari kriteria nilai NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), dan IRR (Internal Rate of Return). Nilai manfaat ekonomi sampah kota oleh pemulung didapat dari perkiraan volume bahan dauran sampah yang didapat oleh pemulung dikalikan dengan nilai jualnya. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yakni mengumpulkan data yang telah menjadi arsip bagi pihak pengelola, melalui penelusuran informasi dari lembaga/instansi terkait.

Tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Ciracas dalam pengelolaan sampah tergolong kategori tinggi dengan persentase (71,67%), hal ini menunjukkan prospek yang positif, karena pada masa mendatang tingkat pendidikan cenderung meningkat Kegiatan daur ulang dan pengomposan memberikan keuntungan ekonomi dan mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan. Keuntungan ekonomi dari aktifitas daur ulang rata-rata Rp 892.259,41 per ton sampah anorganik. Usaha bahan dauran sampah akan memberikan pendapatan rata-rata sebesar Rp 31.229,08/hari. Usaha pengomposan memiliki nilai B/C 5, sedangkan nilai IRR yang diperoleh usaha kompos elok sebesar 44,47%, usaha kompos yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan tambahan manfaat atau keuntungan sebesar Rp 24.480.229,42. Sebagian besar timbunan sampah di Jakarta Timur berasal dari pemukiman 5300 m³/hari (78,91 %) dan pasar dengan volume 580 m³/hari (8,64%). Jumlah timbunan sampah yang terlayani yaitu sebesar 83,43%, sisanya 16,57% sampah tidak terangkut. Penanganan sampah dalam bentuk daur ulang (4-3R) di Jakarta Timur yaitu sebesar 354 m³/hari akan mengurangi sedikitnya 5,27% per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m³/hari. Sedangkan penanganan dalam bentuk pengomposan sebesar 46 m³/hari akan mengurangi sedikitnya 0,68% per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m³/hari. Adanya partisipasi warga dan pemulung dalam memanfaatkan kembali sampah akan mengurangi biaya operasional sampah dan dapat mengurangi beban petugas kebersihan dalam mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Dan pemanfaatan sampah sebagai kompos yang dilakukan oleh masyarakat mempunyai kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesuburan tanah (konservasi tanah).