Mengitung Peluang Perubahan Debit Yang Menyebabkan Banjir Untuk

23 Berdasarkan 5 periode data tersebut simulasi SWAT untuk skenario perubahan iklim dilakukan dalam 15 skenario, seperti yang disajikan pada tabel 5: Tabel 5. Skenario simulasi SWAT Periode Iklim Penggunaan Lahan 2000 2010 2025

1. 1991-2010 2000_1 2010_1 2025_1

2. 2011-2030 2000_2 2010_2 2025_2

3. 2031-2050 2000_3 2010_3 2025_3

4. 2051-2070 2000_4 2010_4 2025_4

5. 2071-2090 2000_5 2010_5 2025_5

3.3.5. Mengitung Peluang Perubahan Debit Yang Menyebabkan Banjir Untuk

Skenario yang Dirancang Proses perhitungan peluang debit yang menyebabkan banjir dilakukan dengan tahapan penyusunan nilai debit harian dengan kejadian banjir. Berdasarkan data tersebut dilakukan pemisahan nilai debit yang terdapat kejadian banjir dan debit yang tidak terdapat kejadian banjir, sehingga dihasilkan 2 kelompok data. Kedua kelompok data debit tersebut dimasukkan dalam program minitab untuk mendapatkan gambaran histogram, dan kemudian ditentukan batas ambang untuk besaran debit yang menyebabkan banjir. Histogram merupakan salah satu analisis yang sering digunakan dalam melihat sebaran data. Histogram tidak menggambarkan peluang kejadian, tapi lebih kepada distribusi data Vose 2008. Berdasarkan batas ambang tersebut dapat digunakan untuk menghitung peluang nilai debit yang menyebabkan banjir dari skenario perubahan penggunaan lahan dan perubahan iklim, sehingga pada akhirnya dapat diketahui besarnya perubahan peluang debit yang menyebabkan banjir. 24 Gambar 10. Diagram alir pengerjaan Tesis Climate data history Land use data history DEM SWAT Model Soil data Stream flow data simulation Stream flow data series SUFI-2 Climate Model SRES A1B [ 1980-2029 ] Land use data scenario DEM SWAT Model Soil data Change parameters Good parameters 1. 2000 2. 2010 3. 2025 :BAU [Business as Ussual] End Perubahan peluang debit yang menyebabkan banjir 24 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karateristik Daerah Penelitian

4.1.1. Topografi

DAS Citarum hulu merupakan cekungan yang dikelilingi oleh beberapa pegunungan, dimana pada bagian utara terdapat pegunungan Tangkuban perahu dengan beberapa puncak gunung seperti Guung Burarang 2.076 m, Gunung Tangkuban Perahu 2.064 m, Gunung Manglayang 1800 m dan Gunung Jarian 1282 m. Pada bagian timur terdapat Gunung Malang 1256 m dan Gunung Tanjak Nangsi 1514 m. Dibagian Barat cekungan terdapat sederetan yang berbentuk pungung-pungung tak teratur yaitu Pegunungan Krenceng 1736 m dan pada bagian timur terdaoa Gunung Mandalawangi 1676 m yang membatasi cenkungan ini. Topografi atau kemiringan lereng yang merupakan ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar di DAS Citarum Hulu dibagi menjadi 5 kelas rentang kemiringan lereng dalam satuan derajat “ o ” seperti pada gambar 11. Gambar 11. Peta Kemiringan lahan daerah Penilitian Tabel 6. Jenis, Luas dan Persentase lerengan daerah penelitian No Jenis Lerengan o Luas ha 1 – 5 78641,22 18,50 2 5 – 15 145682,38 34,27 3 15 – 30 108242,76 25,46 4 30 – 45 54369,00 12,79 5 Diatas 45 15458,51 8,99