21 langkah sebelumnya dan setelah dipilih maka dilakukan proses deliniasi
watershed, dan terakhir 5 Calculate subbasin parameters.
3.3.2.2. Penentuan HRU’s Hidrological Response Units
HRU’s merupakan interaksi dari batas Sub-DAS yang terbentuk dari hasil
overlay antara data penggunaan lahan, jenis tanah dan kemiringan. Setiap sub- DAS memiliki satu atau lebih HRU yang sangat tergantung pada option yang
digunakan saat simulasi dijalankan. Dialog-box proses pembentukan HRU disajikan pada lampiran 6.
3.3.2.3. Proses pembacaan data Iklim dan data pendukung lainnya
Pada tahap ini dilakukan proses pembacaan data weather generator yang telah dibuat, data iklim yang akan dimasukkan serta data-data pendukung lainnya
seperti data parameter penggunaan lahan, tanah dan kemiringan lahan sebagai input dalam simulasi SWAT.
3.3.2.4. Setting dan menjalankan simulasi SWAT
Tahapan ini merupakan tahapan untuk mengatur tanggal simulasi, distribusi curah hujan dan satuan dari luaran model harian, bulanan atau tahunan
sebelum proses simulasi dijalankan. Setelah semua pengaturan selesai maka simulasi SWAT dapat dijalankan, dimana proses simulasi ini akan membutuhkan
waktu yang sangat tergantung dari luaran data yang diinginkan.
3.3.3. Kalibrasi dan Validasi Menggunakan SUFI 2_SWAT CUP
Untuk melihat apakah hasil simulasi telah sesuai dengan kondisi observasi, maka perlu dilakukan proses kalibrasi dengan software SWAT-CUP~SUFI dan
mengunakan data penggunaan lahan 2000, data iklim 1999-2002 serta data debit tahun 2001-2002 dari PDA Nanjung. SUFI 2_SWAT CUP secara otomastis
mengeluarkan akan parameter- parameter yang menghasilkan korelasi paling tinggi antara hasil simulasi dengan kondisi sebenarnya dilapangan.
Proses kalibrasi suatu model dapat menggunakan koefisien determinasi R
2
dan Nash-Sutcliffe Index NSI. Koefisien determinasi dan Nash-Sutcliffe Index digunakan untuk melihat seberapa dekat nilai dari debit hasil simulasi
dengan debit observasi. Jika koefisien determinasi yang didapat mendekati atau sama dengan 1, maka hasil simulasi memiliki kesamaan dengan kondisi observasi.
Sedangkan membandingkan hasil simulasi dan kondisi observasi berdasarkan nilasi NSI dapat dikategorikan adalah sebagai berikut Van Liew et al., 2005
dalam Stehr, 2009:
- Layak jika ≥ 0,75
- Memuaskan jika 0,36 ≤ NSI 0,75
- Kurang Memuaskan jika 0,36
22 Jika dihitung secara manual maka koefisien determinasi R
2
dihitung dari hasil kuadrat koefisien korelasi r yang dikembangan oleh Karl Pearson, dimana
koefisien korelasi dapat dinyatakan dalam bentuk:
Sehingga koefisien determinasi dapat dinyatakan dalam bentuk:
Dan persamaan Nash-Sutcliffe Index NSI adalah sebagai berikut:
Keterangan: Q
O
= debit observasi m
3
det = debit observasi rata-rata m3det
Q
S
= debit hasil simulasi m
3
det Setelah tahap kalibrasi, selanjutnya dilakukan proses validasi untuk melihat
apakah parameter-paremater yang akan digunakan dalam Software SWAT telah dapat menduga data debit yang menggambarkan kondisi sebenarnya dilapangan.
Proses kalibrasi dilakukan dengan menggunakan data penggunaan lahan 2003, data iklim 1999-2005 dan data debit 2003-2004 dari PDA Nanjung.
3.3.4. Simulasi SWAT untuk Kondisi Skenario