42 pengurangan penggunaan lahan hutan atau peningkatan kawasan pemukiman yang
dapat menyebabkan perubahan distribusi debit. Selain pengaruh perubahan penggunaan lahan, pada simulasi skenario juga dimasukkan pengaruh perubahan
iklim. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya terjadi penurunan intensitas hujan pada periode tahun 2011-2090 dibandingkan dengan periode tahun 1991-2010.
Perubahan ini iklim ini tentu akan mempengaruhi distribusi dan besaran debit yang akan terjadi.
Berdasarkan debit dari skenario tersebut, dihitung seberapa besar perubahan disribusi debit yang menyebabkan banjir dari masing-masing skenario
untuk melihat pengaruh perubahan penggunaan lahan dan perubahan iklim terdapat kejadian banjir untuk kondisi mendatang dengan skenario yang ada.
4.5. Perubahan Distribusi Debit
4.5.1. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan
Simulasi SWAT untuk melihat pengaruh perubahan penggunaan lahan tahun 2000, 2010 dan 2025 dilakukan dengan menggunakan data hujan observasi
sebagai input data iklim, hal ini disebabkan untuk melihat perubahan nilai-nilai debit yang berada pada kondisi ekstrim.
Hasil simulasi debit dengan menggunakan skenario perubahan penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 18. Debit simulasi menggunakan penggunaan lahan
tahun 2000 lebih rendah dari segi besar maupun intensitasnya, dibandingkan dengan debit hasil simulasi dengan menggunakan penggunaan lahan tahun 2010
dan 2025. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan luas penggunaan lahan jenis hutan yang banyak berubah menjadi penggunaan lahan lainnya Tabel 7,
sehingga perubahan tersebut mempengaruhi besar maupun intensitas debit yang dihasilkan.
Tabel 18. Deskripsi statistik distribusi debit m
3
dtk disebabkan perubahan penggunaan
lahan Variable
Penggunaan Lahan Growth
Rate
2005 2010
2025
Fraksi Hutan 41,81
33,85 26,36
-2,086
Minimum 0,0078
0,0083 0,0011
-6,444
Quartile 1 12,328
11,933 9,940
-1,304
Median 44,205
42,630 36,110
-1,004
Rata-rata 55,321
55,510 54,860
-0,044
Quartile 3 89,730
89,978 86,490
-0,201
Maximum 436,10
442,80 526,50
1,017
Perubahan penggunaan lahan hutan dari 41 pada tahun 2000 menjadi 26.36 pada tahun 2025 menyebabkan debit yang sangat kecil pada musim
kemarau, hal ini terlihat dengan penurunan dari batasan minimum dari distribusi
43 debit sebesar 6,44 untuk setiap tahunnnya. Sedangkan debit pada musim hujan
menjadi sangat tinggi, hal ini terlihat dari semakin tingginya nilai debit maksimum atau dapat dikatakan terjadi pergerakan naik sebesar 1,017 untuk
setiap tahunnnya.
Menurut Morgan 1986 dalam Pratiwi 2004 menyatakan efektifitas tanaman penutup dalam mengurangi erosi dan aliran permukaan dipengaruhi oleh
tumbuhan dan bentuk tajuk kanopi, kerapatan tanaman dan kerapatan sistem perakaran. Semakin tinggi tempat jatuh butiran hujan main tinggi pula energi
kinetiknya. Semantara itu, kerapatan tanaman berfungsi mempengaruhi bersarnya luasan lahan yang dapat ditutupi oleh tumbuhan. Semakin rapat tanaman
vegetasi yang ada di permukaan lahan semakin kecil kemungkinan terjadinya erosi. Sedangkan kerapatan sistem perakaran tanaman vegetasi menentukan
efektifitas tanaman dalam membantu pemantapan agregat yang berarti pula meningkatkan besar kecilnya laju dan kapasitas infiltrasi, sehingga dapat
mengurangi energi perusak aliran permukaan dan dapat megurangi aliran permukaan. Oleh karena itu peran hutan sangat besar dalam memperkecil aliran
permukaan sehingga debit maksimum akan dapat diperkecil sehingga disisi lain tampungan air tanah akan lebih banyak sehingga akan debit minimum akan dapat
diperbesar untuk dapat menjaga ketersedian air tetap terjamin sepanjang tahun.
4.5.2. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan dan Perubahan Iklim