5 Siklus hidrologi yang berlangsung pada suatu DAS dipengaruhi oleh
kondisi iklim, topografi dan geologinya. Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi diantaranya curah hujan, suhu udara, kecepatan angin, kelembaban dan radiasi
matahari yang sangat ditentukan oleh posisi dari garis bujur dan lintang. Topografi juga berperan penting dalam hidrologi karena mempengaruhi kondsi
iklim yang terjadi, sedangkan geologi mempengaruhi karateristik pergerakan air yang meresap kedalam tanah dan bergerak menuju hilir.
Topografi atau kemiringan lereng sangat berhubungan dengan besarnya erosi. Semakin besar kemiringan lereng maka peresapan air hujan ke dalam tanah
menjadi lebih kecil sehingga mengakibatkan limpasan permukaan dan erosi menjadi lebih besar. Arsyad 2006 mengkategorikan kecuraman suatu lereng
menjadi:
1. 0 sampai 3 datar
2. 3 sampai 8 landai atau berombak
3. 8 sampai 15 agak miring atau bergelombang
4. 15 sampai 30
5. 30 sampai 45 agak curam atau bergunung
6. 45 sampai 65 curam
7. ≥ 65 sangat curam
2.3. Perubahan Penggunaan Lahan Di Kawasan DAS
Lahan merupakan bagian dari bentang lahan landscape yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi hidrologi termasuk vegetasi
alami yang semuanya akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan Sitorus, 2004b. Secara umum penggunaan lahan dapat dibedakan dalam 2 kategori, yaitu
kategori penggunaan lahan pertanian dan kategori non pertanian. Penggunaan lahan pertanian adalah yang berkaitan dengan penyedian air dan komoditas
pertanian yang diusahakan pada suatu lahan, misalnya ladang tegalan, perkebunan, kebun campuran, sawah, padang rumput, hutan primer dan hutan
sekunder, sedangkan penggunaan lahan non pertanian adalah kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan air akan tetapi tidak berhubungan dengan tanaman,
misalnya permukiman, industri, pertambangan, transportasi, kawasan komersial Arsyad, 2009.
Lahan sebagai sumberdaya alam DAS merupakan subjek yang dapat berubah setiap saat, dimana perubahan tersebut dapat disebabkan oleh alam itu
sendiri natural changes atau dapat pula disebabkan oleh kegiatan manusia anthropogenic. Martin 1993 mengemukakan bahwa perubahan penggunaan
lahan merupakan pertambahan suatu penggunaan lahan yang diikuti oleh berkurangnya penggunaan lahan lain dari waktu ke waktu. Pola perubahan
penggunaan lahan menurut Rustiadi 1999 mengikuti posisi geografi. Di daerah pedesaan rural perubahan penggunaan lahan terjadi dari lahan hutan menjadi
6 lahan pertanian dan pemukiman, sedangkan di daerah pinggir kota suburban dan
perkotaan urban terjadi dari lahan pertanian menjadi pemukiman dan industri. Perubahan pengggunaan lahan tersebut menurut Agus et.,al 2003b dapat
berdampak kepada keseimbangan hidrologi DAS, yaitu terhadap peningkatan ancaman banjir dan kekeringan.
Asdak 2002 mengemukakan bahwa terdapat beberapa komponen hidrologi yang terpengaruh diakibatkan adanya penggunaan lahan dan kegiatan
pembangunan di bagian hulu DAS, namun beberapa yang menjadi fokus utama dan perlu menjadi perhatian, yaitu:
1. Koefisien runoff C, yang menunjukkan persentase besarnya air hujan yang
menjadi runoff. 2.
Koefisien rejim sungai KRS, adalah koefisien yang menyatakan perbandungan debit harian rata-rata maksimum dengan rata-rata minimum.
3. Nisbah perbandingan anatara debit maksimum Q
max
dan debit minimum Q
min
dari tahun ke tahun, dan diamati kecendrungan perubahannya. Evaluasi ini untuk melihat keadaan DAS secara makro.
4. Kadar muatan sedimen dalam aliran sungai, yang dinyatakan dalam satuan
mgliter air. Evaluasi sedimen aliran sungai dikaitkan dengan debit air yang mengalir, dan digambarkan pada Sedimen-Discharge Rating Curve yaitu kurva
hubungan antara muatan sedimen C
s
dan debit sungai Q. Kurva ini berbentuk logaritmik dan dapat digunakan sebagai alat evaluasi.
5. Karateristik air tanah
6. Frekuensi dan periode ulang banjir
Evaluasi keenam komponen hidrologi ini membutuhkan data iklim curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin dan radiasi surya, data runoff, debit
aliran sungai, potensi air tanah dan sedimen air sungai. Hasil dari evaluasi enam komponen hidrologi digunakan sebagai alat identifikasi untuk melihat kondisi
suatu DAS berada pada kondisi normal atau mulai terganggu. Kondisi DAS dalam keadaan normal apabila fluktuasi C, nisbah Q
max
Q
min
dan koefisies arah kurva C
s
terhadap Q cenderung normal dan sama besarnya. Akan tetapi, jika nilai komponen-komponen tersebut terus naik dari tahun ke tahun maka DAS dianggap
mulai terganggu. Kriteria dan indikator penggelolaan Daerah Aliran Sungai diberikan pada tabel 1.
7
Tabel 1. Indikator pengelolaan DAS Kriteria
Indikator Parameter
Standar Keterangan
Penggunaan Lahan
Penutupan Oleh Vegetasi
IPL=LVPLuas DAS×100
IPL75,baik
IPL=Indeks Penutupan Lahan;
LVP=Luas lahan Vegetasi
Permanen Informasi Peta
Landuse
30≤IPL≤75, Sedang
IPL30, buruk Indeks Erosi IE
IE=Erosi AktualErosi
Ditolerirx100 IE≤1, baik
Perhitungan erosi merujuk pedoman
RTL-RLKT 1998.
IE1, buruk Pengelolaan
Lahan Pola tanam C dan
Tindakan konservasi P
C×P≤0.1, baik
Perhitungan nilai CP
merujuk pedoman RLT-
RLKT 1998
0.1≤C×P≤0.5, sedang
C×P0.5, buruk
Tata Air Debit air Sungai
KRS=QmaxQmin KRS50, baik
KRS=Koefisien Rejim Sungai
50≤KRS≤120, sedang
KRS120, buruk
CV=SdQrata- rata×100
CV10, baik
Data SPAS
CV10, buruk IPA=KebutuhanPe
rsedian Nilai IPA semakin
kecil semakin baik. Kandungan
Sedimen Kadar sedimen
dalam air Semakin kecil
semakin baik mutu peruntukkan
Data SPAS Kandungan
Pencemaran Kadar biofisika
kimia Menurut standar
yang berlaku Menurut
standar baku PP 822001
Nisbah hantar sedimen
SDR=Total sedimenTotal erosi
SDR50, normal
SDR=Sediment Delivery Ratio
dari data SPAS dan data
pengukuran erosi
50 ≤SDR≤75,
tidak normal SDR75, rusak
Ekonomi Ketergantungan
penduduk terhadap lahan
Kontribusi pertanian terhadap
total pendapatan 75, tinggi
Dihitung per KK pertahun
KKthn
50-75, sedang 50, rendah
Tingkat pendapatan
pendapatan keluarga pe tahun
Garis kemiskinan
Data dari instansi terkair
atau responden
Produktivitas lahan
Produksi ha per tahun
BPS
Data BPS atau responden
Jasa lingkungan air, wisata, iklim
makro, umur waduk
internalisasi, eksternalisasi,
pembiayaan pengelolaan
bersama cost sharing
Menurun, tetap, meningkat
Dalam bentuk pajak retribusi
untuk dana lingkungan
8
Tabel 2. Indikator pengelolaan DAS lanjutan Kriteria
Indikator Parameter
Standar Keterangan
Kelembagaan Keberdayaan
lembaga Peranan lembaga
lokal dalam pengelolaan DAS
Berperan Data hasil
pengamatan Tidak berperan
Ketergantungan masyarakat kepada
pemerintah Intervensi
pemerintah Peraturan dan
kebiajakan Tinggi
Data hasil pengamatan
Sedang Rendah
KISS Konflik
Tinggi Data hasil
pengamatan Sedang
Rendah Kegiatan usaha
bersama Jumlah Unit
Bertambah Data hasil
pengamatan Berkurang
Tetap
Sumber: Supriyono, 2001 dan Asdak, 2007 dalam Sucipto, 2008
2.4. Perubahan Iklim