Implementasi Perlindungan Komoditas Hortikultura di Indonesia

Tabel 5.1 Hasil Pengujian Akar Unit berdasarkan Augmented Dickey-Fuller Test Komoditas Variabel Level First difference t-statistics Hasil t-statistics Hasil Kentang PW -2.4107 tidak stasioner -9.682773 stasioner QM -2.49716 tidak stasioner -12.30012 stasioner PM -6.873387 stasioner -10.37203 stasioner PC -0.073785 tidak stasioner -9.534433 stasioner PF -0.553379 tidak stasioner -9.232840 stasioner Jeruk PW -3.885324 stasioner -8.18717 stasioner QM -0.636181 tidak stasioner -10.32487 stasioner PM -2.215484 tidak stasioner -10.92966 stasioner PC 1.114315 tidak stasioner -6.703077 stasioner PF -0.736152 tidak stasioner -14.33466 stasioner Bawang Merah PW -5.664603 stasioner -9.400508 stasioner QM -7.524478 stasioner -8.486992 stasioner PM -2.357373 tidak stasioner -17.25475 stasioner PC -0.463631 tidak stasioner -8.719095 stasioner PF -0.756243 tidak stasioner -8.805292 stasioner Sumber: Lampiran 1 hingga 6; PW=harga dunia, QM=volume impor, PM= harga impor, PC= harga konsumen, PF= harga produsen; Nilai t-statistics ADF dibandingkan dengan critical value dari uji ADF, dimana critical value 1 level adalah -3.481623, 5 level adalah -2.883930, dan 10 level adalah -2.578788 Data penelitian kemudian diuji akar unitnya pada tingkat first difference. Berdasarkan Tabel 5.1, semua variabel yang digunakan pada penelitian sudah stasioner, artinya tidak terdapat akar unit di dalam data penelitian tersebut. Penggunaaan data first difference pada penelitian memiliki kekurangan karena informasi jangka panjang pada penelitian menjadi hilang, namun terdapat resiko lain seperti yang sudah disebutkan sebelumnya jika menggunakan data level yang tidak stasioner. Maka berdasarkan uji stasioneritas pada data yang digunakan, VAR pada level tidak dapat digunakan karena sebagian besar data tidak stasioner pada level, kemungkinan penelitian dapat dilakukan dengan dua metode yaitu VAR first difference atau VECM.

5.1.2 Penentuan Selang Optimal

Penentuan selang optimal dalam mengestimasi model VAR penting dilakukan guna menghindari masalah autokorelasi. Terdapat beberapa indikator untuk menggambarkan lag optimal yang dapat menjadi acuan, diantaranya Likelihood Ratio LR, Final Prediction Error FPE, Akaika Information Criterion AIC, Schawrz Information Criterion SC, ataupun Hannan-Quinn Criterion HQ. Pada penelitian ini digunakan SC sebagai penguji lag optimal. Tabel 5.2 Hasil Pengujian Selang Lag Optimal Schwarz Information Criterion SC a Lag Kentang Jeruk Bawang Merah -0.279251 0.795389 4.010138 1 -7.645999 -9.233473 -3.998328 2 -7.225419 -8.599654 -3.472559 3 -6.669992 -7.846942 -3.039338 4 -5.997455 -7.320262 -2.604211 5 -5.430943 -7.023152 -1.878778 6 -4.724518 -6.456188 -1.398622 7 -3.982587 -5.684032 -0.637638 8 -3.372294 -5.211868 -0.120096 Sumber: Lampiran 7 hingga 9; a tanda bintang menandakan berdasarkan SC, model optimal pada lag 1 Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa berdasarkan Schwarz Information Criterion , untuk model kentang, jeruk, dan bawang merah yang akan dianalisis, semua model optimal pada lag pertama. Secara umum, variabel-variabel yang diteliti saling memengaruhi tidak hanya pada periode saat ini, namun terkait pula pada periode sebelumnya.

5.1.3 Pengujian Stabilitas VAR

Tahap selanjutnya setelah didapatkan lag optimal, dilakukan pengujian stabilitas model VAR. Uji stabilitas VAR dilakukan untuk menjamin validitas dari analisis innovation accounting, yaitu Impulse Response Function IRF dan Forecast Error Variance Decomposition FEVD. Analisis IRF dan FEVD dalam model VAR menjadi tidak valid ketika model tersebut tidak stabil pada tingkat lag tertentu. Pengujian stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi polinomial atau disebut juga roots of characterstics polinomial. Stabilitas model dilihat dari modulus yang bernilai kurang dari satu pada seluruh akar roots pada sistem VAR tersebut. Tabel 5.3 Hasil Pengujian Stabilitas Vector Auto Regression Modulus Kentang Jeruk Bawang Merah 0.997464 0.999619 0.989334 0.86867 0.950701 0.958703 0.86867 0.843109 0.76792 0.317719 0.73959 0.76792 0.281571 0.73959 0.453043 Sumber: Lampiran 10 hingga 12 Tabel 5.3 menunjukkan bahwa ketiga model yang akan disusun sudah stabil pada lag optimalnya yaitu lag pertama. Pada model VAR komoditas kentang, kisaran modulus ada diantara 0.2816 – 0.9975, komoditas jeruk berkisar antara 0,7396 – 0.9996, dan komoditas bawang merah berkisar antara 0.4530 – 0.9893.