3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Data, Cakupan Komoditas, dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data time series bulanan dengan periode 2002- 2010. Pemilihan periode waktu ini didasari atas aktifnya Indonesia dalam
perdagangan internasional AFTA yang diprediksi juga memicu keterbukaan Indonesia lebih lanjut untuk impor. data yang akan digunakan mencakup data
harga dunia, harga impor, volume impor, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, harga konsumen, dan harga tingkat petani. Data tersebut kemudian dibentuk
dalam versi logaritma natural ln untuk menyederhanakan data dan konsistensi.
Data komoditas hortikultura yang akan diteliti dalam penelitian yang
mencakup komoditas bawang merah, kentang, dan jeruk. Penentuan komoditas yang digunakan didasari atas premis awal dimana Indonesia memiliki potensi
untuk memproduksi komoditas hortikultura ini dengan efisien untuk mencukupi kebutuhan domestik, namun pada kenyataannya masih dilakukan impor untuk
komoditas tersebut dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga diperkirakan barang impor komoditas tersebut berpotensi untuk berkompetisi dengan barang domestik
dan memengaruhi harga domestik.
Penelitian ini akan menggunakan data sekunder dari badan-badan instansi- instansi terkait, dimana data utama yang digunakan berasal dari BPS, World
Bank, dan USDA seperti yang dijabarkan pada tabel. Tabel 3.1 menjabarkan data utama yang akan digunakan dalam model penelitian, sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Utama Penelitian
No Variabel
Satuan Simbol
Sumber 1
Harga Dunia Rpkg
PW World Bank, USDA
2 Harga Impor
Rpkg PM
BPS 3
Volume Impor kg
QM BPS
4 Harga Konsumen
Rpkg PC
BPS 5
Harga Produsen Rpkg
PF BPS
Selain data pada tabel diatas, terdapat data-data sekunder pelengkap seperti data nilai tukar BI, data-data pertanian domestik Kementerian Pertanian, data-
data internasional FAO, dan badan-badan penyedia informasi terkait dalam rangka melengkapi informasi-informasi dalam gambaran umum maupun pada
analisis inti dari penelitian ini.
Pengolahan data untuk analisis penelitian ini menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2013, dan EViews 7.2. Analisis yang dilakukan akan
terbagi menjadi dua metode, yaitu analisis deskriptif dan analisis ekonometrika. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama,
sekaligus melengkapi tujuan penelitian ketiga. Analisis ekonometrika digunakan untuk menjawab tujuan penelitian kedua, dan melengkapi framework dari
rekomendasi kebijakan penelitian ini.
3.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan bagian awal gambaran umum mengenai mengenai kondisi keterbukaan Indonesia saat ini, kemudian
dengan menggunakan data tabel dan diagramgrafik akan dijelaskan juga mengenai posisi ketergantungan Indonesia terhadap perdagangan internasional.
Hal ini dilakukan untuk menjelaskan seberapa jauh Indonesia bergantung kepada ekspor-impor komoditi pangan, dan kemungkinan terjadinya banjir impor.
Analisis deskriptif juga digunakan dalam menjelaskan hasil olahan analisis ekonometrika, menjelaskan hubungan yang terjadi di dalamnya, dan mencari
penjelasan teoritis mengenai fenomena yang terjadi sehingga akan didapatkan kesimpulan yang relevan dengan kejadian di dunia nyata. Kemudian pada
akhirnya, analisis ini diharapkan mampu menjelaskan rekomendasi kebijakan yang baik diterapkan dengan posisi perdagangan internasional dan kondisi
domestik harga pangan seperti saat ini.
3.3 Analisis Ekonometrika
Metode analisis yang digunakan penelitian dalam rangka menganalisis dampak banjir impor dan menentukan respon kebijakan adalah metode analisis
multivariate time series model . Namun sebelum masuk dalam permodelan
diperlukan proses verifikasi dan persiapan data. 3.3.1 Data Generating Process GDP
Proses persiapan data disebut Data Generating Process GDP dengan tahapan sebagai berikut. Hal ini penting dilakukan dalam analisis model time
series untuk menjamin estimasi yang dilakukan tidak semu spurious regression. Salah satu metode yang sering digunakan dalam menguji keberadaan unit
root uji stasioneritas dan yang paling meyakinkan adalah Dicky Fuller test. Pada dasarnya, DF test merupakan prosedur uji yang menggunakan prosedur regresi
dari model-model berikut:
t t-
u
t
tanpa tren dan intersep
t t-
c u
t
tanpa tren dan dengan intersep
t t-
c d
u
t
dengan tren dan intersep 19
20 21
Dalam pengembangannya, Dickey-Fuller memasukkan variabel AR yang lebih tinggi dalam modelnya atau menambahkan variabel lag dari Y
t
dengan orde yang lebih tinggi. Metode ini kemudian dikenal sebagai Augmented Dickey-Fuller
ADF. Model untuk prosedur uji ADF dituliskan sebagai:
t t-
c
t-
c
t-
… c
p t-p
u
t t
t-
c
t-
c
t-
… c
p t-p
c u
t t
t
c
t
c
t
… c
p t p
c d
u
t
22 23
24
di mana Y adalah variabel yang diamati, T adalah tren, p adalah jumlah lag optimal dengan menggunakan tolak ukur kriteria SIC Schwarz Information
Criteria , dan u adalah error term. Nilai t-statistik dari koefisien
dikenal sebagai
tau test dari ADF-test. Nilai ini dibandingkan dengan nilai absolut tabel ADF yang sudah dikembangkan oleh McKinnon 1996, jika nilai p-value
dari nilai t-statistik kurang dari dari taraf nyata konvensional maka dapat disimpulkan data deret tidak mengandung unit root stasioner. Sebaliknya, jika
nilai p-value dari nilai t-statistik lebih dari taraf nyata konvensional maka dapat disimpulkan data deret mengandung unit root tidak stasioner.
3.3.2 Penentuan Lag Optimal
Tahap kedua dalam GDP adalah dengan menentukan panjang lag yang optimal. Pengujian panjang lag yang optimal dapat memanfaatkan beberapa
informasi yaitu dengan menggunakan Akaike Information Criterion AIC, Schwatz Criterion
SC dan Hannan-Quinn Criterion HQ Firdaus 2011
3.3.3 Uji Kointegrasi Johannsen Cointegration Test
Uji kointegrasi bertujuan untuk menentukan apakah variabel-variabel yang tidak stasioner terkointegrasi atau tidak. Konsep kointegrasi dikemukakan oleh
Engel dan Granger 1987 sebagai kombinasi linear dari dua atau lebih variabel yang tidak stasioner akan menghasilkan variabel yang stasioner. Kombinasi linear
ini dikenal dengan istilah persamaan kointegrasi dan dapat diinterpretasikan sebagai hubungan keseimbangan jangka panjang di antara variabel Firdaus
2011.
Jika trace statistic lebih dari critical value, persamaan tersebut terkointegrasi. Dengan demikian H
o
: non-kointegrasi dengan hipotesis alternatifnya H
1
: terkointegrasi. Jika trace statistic lebih dari critical value, maka tolak H
o
atau tidak terima H
1
yang artinya telah terjadi kointegrasi.
3.3.4 Penyusunan Model Penelitian
Konstruksi awal model yang akan dibentuk menjadi model SVAR penelitian ini mengadaptasi penelitian dari Setiyanto 2011 yang mengadaptasi dari
McCarthy 2000 dengan penyesuaian. Penelitian ini berangkat dari dugaan bahwa produksi yang melebihi permintaan komoditas pada negara-negara
eksportir pangan dunia menyebabkan harga dunia menjadi lebih murah dibandingkan dengan harga domestik. Posisi Indonesia sebagai negara importir
pangan dengan volume yang cukup besar secara langsung maupun tidak langsung memberikan akses transmisi harga dunia tersebut dalam memengaruhi harga
konsumen dan harga produsen domestik Indonesia Setiyanto 2011.
Perubahan volume impor dan harga impor menyebabkan kondisi banjir impor di Indonesia, yang memicu perubahan permintaan dan penawaran domestik
yang kemudian menyebabkan perubahan harga yang diterima oleh produsen domestik. Penurunan harga impor akan diteruskan kepada harga komoditas pasar
domestik, dimana harga produsen dan harga konsumen domestik juga akan terpicu untuk turun Setiyanto 2011. Berangkat dari adaptasi pemikiran inilah
kemudian penelitian ini akan melihat fenomena banjir impor yang terjadi pass- through effect
dari kondisi tersebut yang kemudian dimodelkan dalam analisis SVAR.
3.3.4.1 Kerangka Model Dasar
Berdasarkan Setiyanto 2011, Konstruksi model untuk menganalisis banjir impor dibangun dengan tiga tahapan. Pertama, supply dan demand shock dari
pasar dunia dapat menyebabkan banjir impor dapat diidentifikasikan dengan perubahan harga komoditas dunia. Kedua, adanya shock tersebut akan mengubah
harga dan volume impor, kemudian tertransmisikan ke dalam pasar domestik dengan perubahan harga konsumen pasar domestik. Ketiga, perubahan harga
konsumen di pasar domestik kemudian memicu perubahan permintaan dan penawaran pasar domestik antara produksi dan konsumsi sehingga kemudian
terjadi perubahan harga produsen.