Analisis Tarif Tinjauan Teoritis .1 Transmisi Harga dan

prakteknya cukup kecil. Ketika negara kecil memberlakukan tarif, share dari negara tersebut memang sudah kecil di pasar dunia, sehingga penurunan impor negara tersebut berdampak sangat kecil terhadap harga dunia ekpor asing. Sumber: Krugman dan Obstfeld 2003 Gambar 2.2 Tarif di Negara Kecil Pengaruh tarif dari negara kecil dimana negara tersebut tidak mampu memengaruhi harga ekspor dapat dilihat pada Gambar 2.2. pada kasus ini peningkatan tarif akan meningkatkan harga impor pada negara yang memberlakukan tarif, dengan peningkatan harga sebesar jumlah penuh dari tarif dari P w menjadi P w + t. Produk impor akan meningkat dari S 1 menjadi S 2 , sedangkan konsumsinya menurun D 1 menjadi D 2 . Hasil dari pemberlakuan tarif adalah penurunan impor pada negara yang memberlakukan Krugman dan Obstfeld 2003. 2.1.5 Vector Autoregression Vector Autoregression VAR adalah metode yang yang dikembangkan oleh Christoper Sims pada tahun 1980 yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari univariate autoregression. Univariate autoregression adalah sebuah persamaan tunggal dengan model linier variabel tunggal dimana nilai saat ini dari variabel dijelaskan oleh variabel dengan nilai lag-nya sendiri. VAR adalah metode untuk n-persamaan dengan n-variabel, sehingga dalam konteks ekonometrika modern, VAR termasuk ke dalam multivariate time series analysis Firdaus, 2011. Menurut Arsana dalam Firdaus 2011, alat analisis yang disediakan oleh VAR bagi deskripsi data, peramalan, inferensi struktural, dan analisis kebijakan dilakukan melalui empat macam penggunaannya, yakni Forecasting, Impulse Response Function IRF, Forecast Error Variance Decomposition FEVD, dan Granger Causality Test. Seperti halnya model ekonometrika lainnya, VAR juga meliputi serangkaian proses spesifikasi dan identifikasi model. Spesifikasi model VAR meliputi pemilihan variabel dan banyaknya selang yang digunakan dalam model. Identifikasi model adalah melakukan identifikasi persamaan sebelum melakukan estimasi model. Dalam proses identifikasi ditemukan beberapa kondisi, kondisi overidentified akan diperoleh jika jumlah informasi yang dimiliki melebihi jumlah parameter yang ingin diestimasi, kondisi exactly identified atau just identified tercapai jika jumlah informasi sama dengan jumlah parameter yang diestimasi, sementara jumlah informasi kurang dari jmlah parameter yang diestimasi akan menciptakan keadaan yang disebut dengan underidentified. Estimasi model VAR dapat dilakukan hanya dalam keadaan overidentified dan just identified . Bentuk paling sederhana dari model VAR standar reduced-form, berdasarkan Enders 2004 disusun dari bentuk sistem bivariate sederhana sebagaimana berikut: y t b b t y t t yt t b b y t y t t t 6 7 Kedua persamaan ini tidak dalam bentuk persamaan reduced-form. Persamaan bivariate diatas menunjukkan y t dan t memengaruhi satu sama lain secara serentak contemporaneous effect. Hal ini dapat terlihat b adalah contemporaneous effect dari perubahan t terhadap y t dan adalah contemporaneous effect dari perubahan t- terhadap y t . keberadaan contemporaneous effect t terhadap y t dan sebaliknya mengindikasikan bahwa persamaan bivariate sederhana ini bukan persamaaan reduced form sehingga bentuk ini dikritisi terhadap Sims pada awal penyusunan model VAR. Oleh karena itu, kemudian Sims kemudian menyusun bentuk persamaan umum dari VAR yang kemudian menjadi bentuk standar dari multivariate generalization dari proses autoregresi: t t t … p t p e t 8 Di mana: t i e t = = = = vektor berukuran n ∙1 berisi n variabel yang termasuk di dalam model VAR vektor intersep berukuran n ∙1 matriks koefisienparameter berukuran n ∙n untuk setiap i , ,3,…,p vektor error berukuran n ∙1 Model VAR dalam bentuk umum di atas dapat ditulis ulang dalam persamaan bivariate pada model sederhana sebelumnya menjadi: y t y t a t e t t a a y t a t e t 9 10 Atau dalam entuk notasi matriks VAR adalah sebagai berikut: [ y t t ] [ a a ] [ a a a a ] [ y t t ] [ e t e t ] 11 Menurut Firdaus 2011, spesifikasi model VAR sesuai dengan kriteria Sims 1980 meliputi pemilihan variabel yang sesuai dengan teori ekonomi yang relevan dan sesuai dengan pemilihan lag yang digunakan dalam model. Dalam pemilihan selang optimal yang dipakai dapat memanfaatkan kriteria informasi seperti Akaike Information Criterion AIC, Schwartz Information Criterion SC maupun Hannah-Quinn Criterion HQ. Model VAR dikembangkan sebagai solusi atas kritikan model persamaan simultan Firdaus 2011, yaitu: 1. Spesifikasi dari sistem persamaan simultan terlalu berdasar pada agregasi dari model keseimbangan parsial, tanpa memerhatikan pada hasil hubungan yang hilang omitted interrelation. 2. Struktur dinamis pada model seringkali dispesifikasikan dengan tujuan untuk memberikan restriksi yang dibutuhkan dalam mendapatkan identifikasi dari bentuk struktural. Untuk mengatasi kritikan tersebut terutama untuk menentukan variabel endogen dan eksogen, pendekatan VAR berusaha membiarkan data tersebut berbicara let the data speak for themselves dengan membuat semua variabel berpotensi menjadi variabel endogen. Dalam kerangka VAR, setiap variabel baik dalam level maupun first difference, diperlakukan secara simetris dalam sistem persamaan yang mengandung regressor set yang sama. Keunggulan metode VAR dibandingkan dengan metode ekonometrika konvensional adalah: 1. Mengembangkan model secara bersamaan di dalam suatu sistem yang kompleks multivariate sehingga dapat menangkap hubungan keseluruhan variabel di dalam persamaan itu. 2. Uji VAR yang multivariate bisa menghindari parameter yang bias akibat tidak mencakup variabel yang relevan 3. Uji VAR dapat mendeteksi hubungan antar variabel di dalam sistem persamaan, dengan menjadikan seluruh variabel sebagai endogen. 4. Karena bekerja berdasarkan data, metode VAR terbebas dari berbagai batasan teori ekonomi yang sering muncul termasuk gejala perbedaan palsu spurious variable di dalam model ekonometrika konvensional terutama pada persamaan simultan, sehingga dapat menghindari penafsiran yang salah. Namun, model VAR juga memiliki beberapa kelemahan, menurut Gujarati 1978 dalam Firdaus 2011, kelemahan VAR antara lain: 1. Model VAR lebih bersifat ateori karena tidak memanfaatkan informasi dari teori-teori terdahulu. 2. Karena menitikberatkan pada peramalan forecasting, maka model VAR dianggap tidak sesuai untuk implikasi kebijakan 3. Tantangan terbesar VAR adalah pemilihan panjang lag yang tepat. 4. Semua variabel yang digunakan dalam model VAR harus stasioner 5. Koefisien dalam estimasi VAR sulit untuk diintepretasikan 2.1.5 Structural Vector Autoregression Menurut Enders 2004, pendekatan model VAR telah dikritik bahwa muatan ekonomi di dalamnya yang bisa dikatakan nihil devoid. Fungsi tunggal dari seorang ekonom hanyalah menentukan variabel yang tepat untuk dimasukkan ke dalam model VAR. Setelah itu, prosedur berikutnya bersifat mekanis, sedikit sekali proses input ekonomi di dalamnya sehingga hasilnya sangat minim muatan ekonominya. Maka dari itu, Sims 1986 dan Bernanke 1986 kemudian memperkenalkan model dengan inovasi menggunakan analisis ekonomi. Ide dasarnya adalah untuk mengestimasi hubungan dari structural shocks menggunakan model ekonomi. Untuk memahami prosedur tersebut, perlu diepalajari hubungan antara forecast error dan structural innovation dari sebuah VAR dengan n-variabel. Sebagaimana hubungan ini invarian terhadap panjang lag, maka first order model dengan n variabel adalah sebagai berikut: [ b b 3 b b 3 b n b n b n b n b n3 ] [ t t nt ] [ b b b n ] [ 3 3 n n n n n3 nn ] [ t t t n ] [ t t n ] 12 Atau dalam bentuk persamaan: t t t 13 Dari persamaan diatas kemudian disusun persamaan bentuk umum VAR t t- t- … p t-p e t yang sudah disebutkan sebelumnya dengan mengalikan persamaan dengan B -1 sehingga menjadi: t t t 14 Sehingga - ; - ; dan e t - t berdasarkan bentuk umum VAR. permasalahan berikutnya adalah mengetahui nilai dari e t dan merestriksi sistem sehingga t e t . kemudian permasalahan berikutnya adalah pemilihan dari b ij tidak dapat dilakukan tanpa pertimbangan. Untuk menyelesaikan permasalahan identifikasi dengan cara menghitung equations dan unknowns. Dengan metode OLS, kemudian didapatkan varian dan kovarian dari matriks ∑: [ n n n n n ] 15 Dengan elemen dibatasi dengan penjumlahan: ij ∑ e it e jt t 16 adalah simetris yang hanya berisikan n n elemen yang terpisah. Terdapat n elemen sepanjang principal diagonal, n-1 sepanjang first-off diagonal , n-2 sepanjang next of diagonal dan seterusnya hingga pada pojok elemen terdapat n n elemen bebas. Solusi untuk permasalahan identifikasi ini adalah untuk mengidentifikasi n 2 unknown dari elemen independen sejumlah n n yang telah diketahui known, perlu ditanamkan restriksi sebanyak n - [ n n ] n - n ke dalam sistem. Untuk memberikan sejumlah restriksi dalam bentuk Cholesky Decomposition di dalam sistem matriks di atas, maka dipelukan Cholesky Decomposition untuk seluruh elemen diatas principal diagonal sama dengan nol, atau dalam bentuk lain sebagai berikut: b b 3 b … b n b 3 b … b n b 3 … b 3n b n n 17 Maka dapat dihasilkan generalisasi dari model dengan p lag: untuk mengidentifikasi bentuk model struktural dari VAR yang diestimasi, perlu ditanamkan restriksi sebanyak n - n ke dalam model struktural tersebut Enders 2004. 2.1.6 Vector Error Correction Model Vector Error Correction Model adalah VAR terestriksi yang digunakan untuk variabel yang nonstasioner tetapi memiliki potensi untuk terkointegrasi. Restriksi tambahan ini harus diberikan karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner pada level tetapi terkointegrasi. VECM kemudian memanfaatkan informasi restriksi kointegrasi tersebut ke dalam spesifikasinya. Oleh karena itu, VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series non stasioner yang memiliki hubungan kointegrasi. Dengan demikian, dalam VECM terdapat speed of adjustment dari jangka panjang ke jangka pendek Firdaus 2011. Spesifikasi VECM merestriksi hubungan jangka panjang variabel-variabel endogen agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasinya, namun tetap membiarkan keadaan dinamisasi jangka pendek. Istilah kointegrasi dikenal juga sebagai error, karena deviasi terhadap keseimbangan jangka panjang dikoreksi secara bertahap melalui series parsial penyesuaian jangka pendek. Spesifikasi VECM secara umum adalah sebagai berikut: y t t y t ∑ k y t k i t 18 y t = vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian = vektor intercept = vektor koefisien regresi t = time trend = x , dimana mengandung persamaan kointegrasi jangka panjang y t- = variabel in-level k = matriks koefisien regresi k-1 = ordo VECM dari VAR t = error term 2.2 Tinjauan Empiris 2.2.1 Penelitian Transmisi Harga dan External Shock Penelitian univariate untuk menganalisa transmisi harga berawal dari teori Law of One Price LOP. Teori ini terkait dengan pengaruh shock terhadap pasar domestik, dimana menjadi basis penelitian yang dilakukan oleh Minot 2011, Conforti 2004, dan Abbot et al. 2011 yang meneliti mengenai transmisi harga dunia ke harga domestik. Penelitian shock dalam bentuk perubahan harga ini kemudian berkembang dengan metode ECM untuk penelitian transmisi harga. Rajmal dan Misra 2009 meneliti mengenai transmisi harga internasional menuju harga domestik untuk kasus negara India yang menemukan bahwa pada kasus India terdapat pass-through yang terbatas karena harga domestik lebih ditentukan oleh faktor domestik. Penelitian perubahan nilai tukar exchange rate terhadap perubahan harga, baik itu harga impor, harga ekspor, maupun tingkat harga di pasar domestik yang terukur dengan CPIIHK dengan ekonometrika modern, dipopulerkan oleh McCarthy 2000 dengan menggunakan model VAR yang direstriksi SVAR. Model ini banyak dijadikan referensi dalam penyusunan model dampak pass-through terhadap perekonomian domestik negara tertentu, seperti penelitian Tandrayeen-Ragoobur dan Chicooree 2013 untuk negara Mauritus, untuk Romania oleh Cozmanca dan Manea 2002, dan Hartati 2004 untuk Indonesia. Khan dan Ahmed 2012 meneliti dampak dari shock harga pangan dunia dan harga minyak dunia yang ditransmisikan kepada variabel-variabel makroekonomi, seperti tingkat inflasi, output, money balances, tingkat sukubunga, dan tingkat nilai tukar negara Pakistan. Penelitian yang dilakukan menggunakan SVAR untuk data bulanan periode penelitian Januari 2000 sampai Juli 2011. Hasilnya, shock harga minyak dunia berdampak negatif terhadap produksi industri, mengapresiasi nilai tukar REER, dan berdampak positif terhadap tingkat inlasi dan tingkat suku bunga. Sedangkan shock harga pangan dunia meningkatkan output industri, tingkat suku bunga, dan tingkat inflasi, namun terdapat variasi dalam tingkat suku bunga, dimana peningkatan lebih besar terjadi saat shock harga pangan dibandingkan shock harga minyak. Generalized Impulse Response Function menunjukkan bahwa REER adalah sumber utama dari distorsi perekonomian selain kedua shock dan Generalized Forecast Error Variance Decomposition memperkuat hal tersebut. Hasilnya secara jelas menujukkan bahwa shock harga pangan dan harga minyak dunia memengaruhi output, tingkat suku bunga jangka pendek, tingkat inflasi dan Real Effective Exchange Rate secara signifikan.

2.2.2 Penelitian Safeguard dan Banjir Impor

Penelitian mengenai Safeguard dan Banjir Impor, dalam artian deviasi shock harga dan volume impor yang kemudian masuk ke negara tertentu dan menyebabkan perubahan dalam pasar domestik, menurut FAO 2011 tidak memiliki pendekatan unik karena heterogeneity di dalam sektor dan negara. Salah satu penelitian mengenai banjir impor import surges adalah Pingpoh dan Senahoun 2008 meneliti banjir impor komoditas daging unggas di Kamerun menemukan bahwa terjadi banjir impor secara kualitatif maupun kuantitatif dimana terjadi peningkatan impor hingga 286.7 pada komoditas tersebut yang memengaruhi produksi dan keuntungan domestik. Grant dan Meilke 2008 melalukan penelitian mengenai special safeguard SSM untuk negara berkembang dengan dua skenario, yaitu negara berpendapatan rendah dapat melanjutkan tarif diatas bound tariff pre-Doha atau tidak dengan menggunakan global, stokastik, dan partial equilibrium model untuk pasar gandum dunia. Penelitian ini berkesimpulan bahwa proposal SSM 2008 tidak terlalu mendistorsi perdagangan akibat dari penerapan peningkatan tarif. Terlebih lagi penelitian ini menyarankan agar negara berkembang untuk diperbolehkan untuk menerapkan SSM. Hertel et al. 2010 menganalisis potensi SSM dengan menggunakan stochastic simulation model dari harga gandung dunia untuk menyelidiki dampak dari penerapan kebijakan berdasarkan framework SSM. Implementasi quantity- triggered measure ditemukan menurunkan impor, meningkatkan harga domestik, dan meningkatkan rataan produksi domestik pada region SSM, namun dampak lainnya akan meningkatkan volatilitas harga terutama pada negara berkembang akibat dari restriksi impor. Penelitian ini memerkirakan quantity-triggered measure akan menurunkan rata-rata impor gandum hingga mendekati 50 di beberapa wilayah, dengan penurunan perdagangan gandum hanya sebesar 4.7 . Price measure akan mendiskriminasi eksportir harga murah yang kebanyakan berasal dari negara berkembang sehingga cenderung meningkatkan ketidakstabilan harga produsen. Penelitian di Indonesia mengenai banjir impor dengan menggunakan metode SVAR telah dilakukan oleh Setiyanto 2011 untuk komoditas beras, jagung, dan kedelai. Penelitian ini menemukan bahwa frekuensi banjir impor beras lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain dan Indonesia memiliki hak untuk memberlakukan SSM untuk beras, jagung, dan kedelai. Remedial tariff berdasarkan price trigger lebih baik dan lebh tinggi dibandingkan penurunan harga produsen dengan pemberlakuan SSM selama empat tahun. Skema SSM untuk negosiasi mendatang hendaknya disusun ulang termasuk kebijakan perdagangan internasional, pasar domestik, dan perkembangan produksi. Selain mendukung SSM dengan perlindungan terhadap perekonomian domestik, banyak penelitian yang kemudian berkesimpulan bahwa SSM pada akhirnya akan menghambat liberalisasi perdagangan, misalnya Hallaert 2005 meneliti bahwa selama ini SSG diberlakukan sebagai alat protektif yang kontinu sehingga mengganggu libralisasi sehingga dianggap beresiko dan harus dihilangkan. Harris 2008 yang merekomendasikan segala bentuk safeguard berpola untuk dihapuskan agar tidak menjadi bentuk baru dari trade barrier. Bahkan pada penelitian Somwaru dan Skully 2005 menggambarkan dengan inter-temporal general equilibrium model untuk menstimulasi efek statis dan dinamis dari SSG menyimpulkan bahwa pada negara berkembang terjadi penurunan kesejahteraan agregat jika SSG untuk pangan utama diberlakukan walaupun peningkatan dan penurunan tersebut tidak seragam.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dimulai dengan gambaran umum posisi impor hortikultura Indonesia terutama komoditas terpilih dengan keterbukaan perdagangan internasional, terutama AFTA dengan rintisan AEC yang mengikis tarif impor sebagai sarana proteksi pasar domestik. Posisi impor tersebut juga dibandingkan dengan kemampuan Indonesia untuk memproduksi komoditas tersebut. Kemudian analisis dilanjutkan dengan fenomena terjadinya shock berupa perubahan harga dunia untuk komoditas yang diteliti. Shock harga ini kemudian ditransmisikan menjadi perubahan harga impor yang diikuti dengan perubahan volume impor. Perubahan harga dan volume impor ini berpotensi banjir impor kemudian ditransmisikan ke dalam pasar domestik, dimana terjadi perubahan harga konsumen akibat perubahan harga dan volume. Perubahan pola konsumsi dengan masuknya barang impor untuk berkompetisi dengan harganya yang berubah kemudian menekan harga produsen dimana produsen domestik terpaksa bersaing. Hasil output SVAR berbentuk IRF dan FEVD ditambah dengan derajat pass-through digunakan untuk melihat dampak yang dihasilkan dari banjir impor yang ditransmisikan dari pasar dunia ke pasar domestik. Kemudian analisis frekuensi banjir impor dilakukan dengan metode HPF dalam rangka melihat intensitas dan frekuensi serangan banjir impor untuk komoditas hortikultura. Berdasarkan hasil analisis-analisis inilah akhirnya dibentuk rekomendasi respon