bersifat sementara. Namun SSM dapat diberlakukan oleh semua negara berkembang dan negara tersebut berhak melakukan dalam rangka proteksi
produsen lokal untuk semua produk pertanian tanpa harus membuktikan adanya injury.
Berdasarkan draft Modalities pada Juli 2008, SSM dibagi menjadi dua jenis yaitu Volume-based SSM dan Price-based SSM. trigger volume-based SSM
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Ketika volume impor bernilai 110 namun tidak melebihi 115
peningkatan volume 10 hingga 15 terhadap base imports 2. Ketika volume impor bernilai 115 namun tidak melebihi 135
peningkatan volume 15 hingga 35 terhadap base imports. 3. Ketika volume impor bernilai melebihi 135 terhadap base imports
Namun perlu diingat, volume-based SSM tidak dapat berlaku ketika volume impor bersifat negligible secara nyata terhadap produksi dan konsumsi domestik
berdasarkan draft Modelity revisi Desember 2008 pasal 131., namun berdasarkan G-33, tidak ada pembatasan sifat manifestly negligible dari produk
impor yang akan diberlakukan SSM.
Bedasarkan pasal 140 draft yang sama, Volume-based SSM dapat diterapkan dapat diterapkan selama maksimum 12 bulan dari awal permohonan
penerapan safeguard, kcuali jika produk bersifat musiman, maka SSM berlaku selama enam bulan atau selama periode musiman berlaku. Untuk penerapan SSM
berikutnya pada produk yang sama, maka rata-rata dari volume impor tiga tahun akan menggunakan base imports pada tahun yang baru tersebut, kecuali base
imports
tahun baru tersebut lebih kecil dari tahun penerapan sebelumnya. Setelah pemberlakuan dua periode SSM terhadap produk yang sama, maka produk
tersebut tidak boleh memberlakukan SSM selama dua periode ke depan. Price-based
SSM dimulai dari penentuan rata-rata tingkat harga impor selama tiga tahun sebelumnya sebagai starting point harga referensi. Trigger
price-based SSM adalah penurunan harga sebesar 15 atau lebih 85 atau
kurang dari harga referensi. Tarif yang diberlakukan tidak lebih dari 85 gap antara harga impor dan harga trigger.
2.1.4 Analisis Tarif
Tarif merupakan kebijakan perdagangan paling sederhana, berupa pungutan pajak ketika suatu barang diimpor. Specific tariff dipungut sebagai biaya tetap
untuk setiap unit barang yang diimpor misalkan 3 dollar per barrel minyak mentah. Ad valorem tariff merupakan tariff yang dipungut sebagai pecahan dari
nilai barang yang diimpor misalkan, di AS 25 tarif dari truk impor. Kedua skenario ini, pada dasarnya dampak dari tarif adalah menaikkan biaya expedisi
shipping cost barang ke suatu negara Krugman dan Obstfeld 2003.
Tarif merupakan bentuk tertua dari kebijakan perdagangan, dan sejak dahulu dijadikan sebagai sumber dari pemasukan pemerintah. Misalnya di
Amerika Serikat, sebelum ditetapkannya pajak pendapatan, pemerintah mendapatkan sumber pendapatan tertinggi dari tarif. Namun tujuan utamanya
tidak hanya untuk menghasilkan pendapatan pemerintah namun untuk melindung sektor domestik tertentu. Di awal abad sembilan belas, Inggris Raya
menggunakan tarif Corn Law untuk melindungi sektor pertanian dari kompetisi impor. Di akhir abad sembilan belas, Jerman dan Amerika Serikat melindungi
sektor industri baru mereka dengan memberlakukan tarif kepada impor barang manufaktur Krugman dan Obstfeld 2003.
Dari sudut pandang seseorang yang mengekspedisikan barang, tarif mirip dengan biaya transportasi. Jika negara asal memberlakukan pajak sebesar dua
dollar AS kepada setiap gantang gandum, maka pengekspedisi tidak akan memindahkan gandum tersebut kecuali selisih harga dari kedua pasar setidaknya
dua dollar AS.
Gambar 2.1 menggambarkan dampak dari tarif spesifik t per unit gandum ditunjukkan dengan t pada gambar tersebut. Tanpa tarif, harga gandum
keseimbangan berada pada P
w
, baik untuk pasar asal maupun pasar asing sebagaimana garis pada poin 1 di tengah yang menggambarkan pasar dunia. Jika
diberlakukan tarif, maka pengekspedisi tidak akan memindahkan gandum dari negara Asing ke Asal, kecuali harga di Negara Asal melebihi Harga Asing
setidaknya sebesar t. Namun jika tidak ada gandum yang dipindahkan, akan terjadi excess demand pada negara Asal dan excess supply di negara Asing, maka
akan berlaku peningkatan harga di Asal dan penurunan di Asing hingga selisih harga berada pada t.
Sumber: Krugman dan Obstfeld 2003
Gambar 2.1 Dampak Tarif Tarif menghubungkan harga dari kedua pasar. Tarif akan meningkatkan
harga di Asal menjadi P
t
dan menurunkan harga di Asing menjadi P
t
=P
t
– t. Di negara Asal, produsen barang impor menawarkan lebih banyak karena harganya
meningkat namun konsumen meminta lebih sedikit sehingga lebih sedikit impor yang diminta pergerakan dari poin 1 ke 2 sepanjang kurva MD. Pada negara
Asing, harga lebih rendah membuat penawaran menurun dan permintaan meningkat sehingga penawaran ekspor mengecil pergerakan dari poin 1 ke 3
sepanjang kurva XS. Kondisi ini membuat volume gandum yang ditransaksikan menurun dari volume ketika free trade Q
w
menjadi volume ketika tarif berlaku Q
t
. Permintaan impor akan sama dengan penawaran ekspor ketika P
t
– P
t
= t. Peningkatan harga pada negara asal dari Pw menjadi Pt, lebih kecil dari
jumlah tarif karena sebagian dari tarif direfleksikan sebagai penurunan harga ekspor asing namun tidak diteruskan kepada konsumen Asal. Simulasi ini
merupakan hasil normal dari tarif atau kebijakan apapun yang berkaitan dengan pembatasan impor. Namun besarnya dampak terhadap harga eksportir pada
prakteknya cukup kecil. Ketika negara kecil memberlakukan tarif, share dari negara tersebut memang sudah kecil di pasar dunia, sehingga penurunan impor
negara tersebut berdampak sangat kecil terhadap harga dunia ekpor asing.
Sumber: Krugman dan Obstfeld 2003
Gambar 2.2 Tarif di Negara Kecil Pengaruh tarif dari negara kecil dimana negara tersebut tidak mampu
memengaruhi harga ekspor dapat dilihat pada Gambar 2.2. pada kasus ini peningkatan tarif akan meningkatkan harga impor pada negara yang
memberlakukan tarif, dengan peningkatan harga sebesar jumlah penuh dari tarif dari P
w
menjadi P
w
+ t. Produk impor akan meningkat dari S
1
menjadi S
2
, sedangkan konsumsinya menurun D
1
menjadi D
2
. Hasil dari pemberlakuan tarif adalah penurunan impor pada negara yang memberlakukan Krugman dan
Obstfeld 2003. 2.1.5
Vector Autoregression
Vector Autoregression VAR adalah metode yang yang dikembangkan oleh
Christoper Sims pada tahun 1980 yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari univariate autoregression. Univariate autoregression adalah sebuah
persamaan tunggal dengan model linier variabel tunggal dimana nilai saat ini dari variabel dijelaskan oleh variabel dengan nilai lag-nya sendiri. VAR adalah
metode untuk n-persamaan dengan n-variabel, sehingga dalam konteks ekonometrika modern, VAR termasuk ke dalam multivariate time series analysis
Firdaus, 2011.
Menurut Arsana dalam Firdaus 2011, alat analisis yang disediakan oleh VAR bagi deskripsi data, peramalan, inferensi struktural, dan analisis kebijakan
dilakukan melalui empat macam penggunaannya, yakni Forecasting, Impulse Response Function
IRF, Forecast Error Variance Decomposition FEVD, dan Granger Causality Test.
Seperti halnya model ekonometrika lainnya, VAR juga