Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

sederhana seperti yang dilakukan oleh Mundlak dan Larson pada tahun 1992 Mundlak dan Larson dalam Abbot et al. 2011 sebagai berikut: it jt t 1 Dimana it merupakan harga untuk pasar domestik i dan jt adalah harga pasar dunia j pada periode t, dan merupakan parameter yang diestimasi dan t adalah error term. Hipotesis nol dari regresi ini adalah harga untuk kedua pasar terintegrasi dan tertransmisikan dengan sempurna dan 2 Model ini tidak dapat mendeteksi dinamika jangka pendek secara eksplisit. Untuk merefleksikan kekakuan harga, maka diberikan lag terhadap model awal sehingga, model dengan lag satu periode adalah it jt it t 3 Sehingga terbentuklah pendekatan deret waktu yang kemudian menjadi lumrah untuk analisa model yang lebih baik dalam proses-proses dinamis Baffes dan Gardner dalam Abbot et al. 2011. Error Correction Model ECM kemudian dikembangkan untuk menjelaskan dinamika jangka pendek dan ekuilibrium jangka panjang secara simultan dalam satu model. Dimana Error Correction Term didefinisikan dengan t it jt 4 kemudian terbentuklah ECM yang dinotasikan sebagai berikut: it t jt u t 5 menggambarkan koefisien kointegrasi yang mengukur hubungan jangka panjang antara harga pada Pasar Domestik i dan Pasar Dunia j. menggambarkan speed of adjustment dari koefisien, mengindikasikan seberapa besar deviasi dari ekuilibrium jangka panjang yang dapat dieliminasi dari setiap periode. menggambarkan dampak kontemporer, mengukur seberapa besar perubahan harga pada Pasar Dunia yang ditransmiskan kedalam Pasar Domestik pada periode waktu tertentu. adalah parameter jangka panjang dan dan merupakan parameter jangka pendek. Ketika secara signifikan tidak sama dengan nol, maka terjadi proses dinamis yang akan membuat harga memusat converge pada jangka panjang, sehingga LOP akan bertahan pada jangka panjang, bukan pada jangka pendek. Pendekatan ECM diatas disebut Level I Methods dalam analisis transmisi harga Barret dalam Abbot et al. 2011 dimana yang digunakan adalah hanya data harga. Level II Methods mengkombinasikan data harga dan data biaya transaksi, Parity Bounds Model PBM digunakan untuk mengestimasi studi Level II Baulch dalam Abbot et al. 2011 yang mendeteksi adanya kemungkinan non- linear sebagai perubahan rezim perdagangan untuk kegiatan ekspor dan impor. Balke dan Fomby dalam Abbot, Wu, dan Tarp, 2011, secara implisit menyatakan bahwa biaya transaksi berhubungan dengan penetapan threshold sebagai diferensiasi harga. Keterandalan hasil pendekatan Level II sangat bergantung kepada kualitas data biaya transaksi dalam PBM, yang sangatlah sulit untuk diukur. Kesulitan kuantifikasi biaya transaksi kemudian mengembangkan analisis Level III. Menurut Barret dalam Abbot et al. 2011, jika arus antar pasar dapat diketahui terjadinya, maka transfer margin akan sama dengan perbedaan harga yang terjadi, sehingga data biaya transaksi dapat dihilangkan dalam analisis Level III, yang menggunakan data harga dan arus perdagangan. Karena kesulitan data biaya transfer dan data arus perdagangan secara agregat, maka analisis Level II dan III tidak secara luas diadopsi di dalam studi empiris, namun baik digunakan dalam pembuatan kerangka teoritis.

2.1.2 Definisi Banjir Impor

Import Surges Definisi umum atau konvensional terhadap banjir impor import surge dapat dikatakan tidak ada. Berdasarkan definisi kamus tentang kata surge dalam bahasa Inggris digunakan untuk menggambarkan peningkatan yang mendadak, tajam, dan tidak diduga dalam variabel yang dipertanyakan. Persetujuan WTO dalam general trade remedy measures mendefinisikan banjir impor lebih umum dibandingkan dengan istilah kamus, sebagaimana pada Pasal 2 dalam Agreement of Safeguards ASG yang mendefinisikan komoditas tertentu dalam fenomena banjir impor dalam artian penerapan safeguards terhadap komoditas yang dapat memicu: “When a product is imported into a country in such increased quantities, absolute or relative to domestic production, and under such conditions as to cause or threaten to cause serious injury to domestic industry that produce like or direc tly competitive products”. WTO 2013 4 Sehingga definisi banjir impor dalam penelitian ini adalah fenomena yang terjadi ketika peningkatan volume atau harga dari impor yang melebihi tingkat normal pada suatu periode waktu berdasarkan kriteria tertentu. Walaupun tidak terdapat kriteria tertentu yang pasti, namun biasanya kriteria yang dimaksud adalah durasi dari surge tersebut, sebagaimana jumlah impor dibandingkan dengan tingkat normalnya. Secara umum, WTO tidak menyebutkan istilah banjir impor, namun persyaratan dalam safeguard sering didefinisikan sebagai fenomena tersebut FAO 2011. Berdasarkan studi FAO tahun 2011 De Nigris 2005; Mosoti dan Sharma 2005; dan Sharma 2005 dibangun kesimpulan bahwa banjir impor adalah peningkatan impor yang mendadak dan pada umumnya jangka pendek, namun dapat dengan mudah berdampak negatif terhadap peningkatan tren pada jangka panjang ataupun berkorelasi dengan faktor-faktor lain di dalam indikator pasar. 2.1.3 Special Safeguard Pembentukan proteksi petani lokal terhadap banjir impor berbentuk SSM telah dirintis sejak tahun 1994. Pada prosesnya terdapat tiga jenis safeguard yang telah dibentuk dalam proses yang pada akhirnya menjadi SSM, yaitu GATT 1994 article XIX, SSG, sampai kepada SSM.

2.1.3.1 GATT 1994 Article XIX

GATT 1994 Article XIX memiliki 3 pasal yang pada umumnya membicarakan mengenai aksi ―darurat‖ yang perlu dilakukan terhadap impor produk tertentu. Perlakuan khusus dilakukan apabila terjadi suatu kasus impor produk tertentu dimana peningkatan volume impor yang dapat disertai dengan penurunan harga tersebut dapat menimbulkan dampak buruk bagi produsen domestik dengan produksi produk yang sama, produk impor tersebut kemudian diposisikan sebagai produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung. Article XIX tidak membicarakan secara spesifik mengenai produk apa yang perlu 4 Interpretation and Application of Article XIX pasal 798.