Hubungan Komunitas Ikan Herbivora, Terumbu Karang dan Alga

24

2.4 Hubungan Komunitas Ikan Herbivora, Terumbu Karang dan Alga

Keterkaitan ikan karang dengan karang dalam suatu ekologi yang sama pada suatu area adalah kompleks, sebagai contoh keterkaitan khusus yang terjadi pada spesies pemakan bentik sessil dan invertebrata kecil. Hal ini menghasilkan banyak perbedaan yang harus diidentifikasi. Kerumitan substrat sebagai tempat perlindungan lebih mencirikan karakteristik ekologi dari populasi ikan karang dibandingkan substrat sebagai sumber pakan Choat Bellwood 1991. Diversitas dan densitas ikan karang yang tinggi disebabkan oleh banyaknya variasi habitat yang terdapat di terumbu karang. Ikan- ikan tersebut memiliki relung ekologi yang lebih sempit sehingga lebih banyak spesies yang hanya dapat bergerak dalam area tertentu. Sebagai akibat dari keadaan ini, ikan- ikan terbatas pada terlokalisasi di area tertentu pada terumbu karang. Selain itu juga diantara ikan-ikan tersebut yang dapat berimigrasi dan bahkan beberapa spesies melindungi wilayahnya Nybakken 1997. Asosiasi habitat dapat digunakan untuk menjelaskan pola distribusi ikan karang dan banyak spesies yang mempunyai distribusi geografis yang luas. Kelompok ikan yang selalu berasosiasi dengan karang akan mencapai kelimpahan yang sangat tinggi dalam habitat yang mempunyai kisaran geografis besar. Asosiasi ini kemungkinan dapat dijadikan sebagai penjelasan tentang biogeografi Choat Bellwood 1991. Menurut White 1987, dasar perairan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pola distribusi dan kelimpahan ikan karang. Hutomo 1986 menyatakan bahwa perbedaan habitat terumbu karang dapat mendukung adanya perbedaan kelompok ikan. Oleh karena itu, interaksi intra dan inter spesies berperan penting dalam penentuan penguasaan ruang spacing sehingga banyak ikan- ikan yang menempati ruang tertentu. Tiap kelompok ikan masing- masing mempunyai habitat yang berbeda, tetapi banyak spesies mempunyai habitat yang lebih dari satu. Pada umumnya setiap spesies mempunyai kesukaan dan referensi terhadap habitat tertentu. Kelimpahan dan keanekaragaman jenis ikan di wilayah terumbu karang memperlihatkan hubungan yang positif dengan penutupan karang hidup Bell et al. 1985. Satmanatran 1992, menemukan kekayaan jenis ikan berkolerasi tidak 25 nyata dengan berbagai komponen-komponen penutupan karang Acropora, non- Acropora , total karang hidup dan total karang mati, sedangkan kelimpahan individu berkolerasi sangat nyata dengan komponen non-Acropora dan total karang hidup. Kehadiran ikan karang mengkin menjadi instrument dalam pembentukan terumbu karang modern dan invasi yang berhasil pada perairan tropis oligotropik. Walaupun element-elemen pembangun dominan dari terumbu karang skleraktin dan alga koralin modern telah ada di sekitarnya sejak Triassic, evolusi dan perkembangan karang modern mungkin tergantung dari kehadiran kelompok ikan modern, khususnya herbivora Sale 2002. Sulit untuk dipahami bahwa pertumbuhan karang dengan sendirinya membutuhkan ikan, tetapi kemungkinan besar pertumbuhan karang alami dan komposisi komunitas bentik dibentuk oleh ikan, hasilnya menjadi sistem yang didominasi alga yang tahan terhadap aktifitas herbivori, mengarahkan komunitas bentik modern yang dipengaruhi kuat oleh dan mungkin ketergantungan pada pemangsaan dan herbivori yang intensif Sale 2002. Interaksi ikan karang yang terjadi dalam ekosistem terumbu karang salah satunya adalah grazing: dilakukan oleh ikan- ikan famili Siganidae, Pamocentridae, Achanthuridae dan Scaridae ya ng merupakan herbivora grazer pemakan alga sehingga pertumbuhan alga yang bersaing ruang hidup dengan karang dapat terkendali Nybakken 1997. Terumbu karang dunia dalam kondisi menurun, yang ditunjukkan dengan perubahan fase dari karang menjadi dominasi makroalga. Perubahan ini sering dihubungkan dengan hilangnya habitat dan pemanenan lebih ikan herbivora, khususnya ikan dari jenis Parrotfish dan Surgeonfish Bellwood et al. 2006. Peranan komunitas ikan herbivora terhadap terumbu karang masih jarang dilakukan khususnya di Indonesia. Kawasan Asia tenggara merupakan kawasan yang kosong dari penelitian herbivori terumbu karang McCook et al. 2001. Namun dari beberapa penelitian di luar kawasan Indonesia dan Asia Tenggara peran herbivori sangat penting untuk mempertahankan komunitas karang dalam berkompetisi dengan makroalga. 26 Herbivori secara langsung mengurangi biomassa fleshy alga, yang secara tidak langsung melalui pembebasan kompetisi menyokong pada perluasan karang pembentuk terumbu dan alga coralin yang tahan terhadap grazer Littler et al . 2005. Kelimpahan ikan herbivora yang tinggi pada paparan tengah merupakan faktor pembatas dari distribusi makroalga, namun demikian peranan ikan herbivora mungkin bukan satu-satunya faktor pembatas dari kelimpahan makroalga. Di GBR, makroalga Sargassum siliquosum yang ditransplantasi dari terumbu di paparan dalam ke paparan tengah dapat tumbuh dengan baik jika dikurung dari hewan herbivora McCook 1996. Sedangkan di kawasan Karibia, Williams et al. 2001 menemukan bahwa makroalga sangat banyak di terumbu paparan tengah walaupun penangkapan ikan sangat sedikit. Percobaan dengan menggunakan ’karang palsu’ menunjukkan bahwa tingginya tutupan makroalga dipicu oleh rendahnya tutupan karang. Pertumbuhan makroalga yang cepat terlalu banyak untuk dikonsumsi oleh herbivora yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran ikan herbivora dapat menjadi penyelamat karang tertentu dari serangan makroalga tersebut. Jika herbivori dihilangkan dari kawasan tersebut, larva karang sulit mendapatkan substrat keras untuk menempel dan tumbuh. Larva planula karang sangat membutuhkan kehadiran hewan herbivora untuk membuka ruang yang penuh makroalga sehingga dapat menjadi tempat penempelan. Kehadiran hewan herbivora juga dibutuhkan anakan karang agar makroalga tidak menghalanginya dari sinar matahari. Laju kelulushidupan koloni karang dilaporkan rendah dengan adanya makroalga yang tumbuh didekatnya Lirman 2001. Ikan herbivora juga dapat bervariasi antar habitat karena ikan tersebut menunjukkan perbedaan antar habitat di dalam terumbu karang. Berdasarkan pengamatan pada lima habitat rataan terumbu, gudus, goba, tubir dan back-reef di enam terumbu karang di Central GBR, Russ 1984b menyatakan bahwa ikan Acanthuridae dan Scaridae umumnya lebih tinggi di gudus dan goba daripada di tubir dan rataan terumbu, sedangkan ikan Siganidae lebih banyak di goba dan back-reef daripada di tiga habitat lainnya. Fox dan Bellwood 2008 juga melaporkan bahwa di Orpheous Island, Central GBR, makroalga Sargassum dan 27 Padina lebih banyak dimakan ikan herbivora di gudus reef crest daripada di tubir reef slope. Hughes et al. 2007 pada percobaan yang dilakukan di GBR, dalam kawasan pemeliharaan yang bebas dari penangkapan di mana kelimpahan dan keragaman karang telah menurun tajam akibat pemutihan. Di daerah kontrol, di mana ikan yang berlimpah, kelimpahan alga tetap rendah, sedangkan tutupan karang hampir dua kali lipat 20 selama jangka waktu 3 tahun, terutama karena perekrutan spesies yang telah terbasmi secara lokal oleh pemutihan bleaching. Sebaliknya, penipisan ikan herbivora menyebabkan ledakan dramatis makroalga, yang menekan fekunditas, peremajaan dan kelangsungan hidup karang. Konsekuensinya, pengelolaan stok ikan merupakan komponen kunci dalam mencegah fase pergeseran dan mengelola pemulihan karang. Terutama pengelola setempat terhadap upaya penangkapan, yang merupakan tujuan bersama untuk memelihara karang, dan aksi lokal ini juga dapat memberikan beberapa jaminan dalam melawan gangguan dalam skala yang lebih besar seperti pemutihan masal, yang mana tidak dapat dikelola secara langsung. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian