67
Dilihat dari komposisi kelimpahan jenis ikan herbivora pada masing- masing stasiun, jumlah kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 3 59 individu
dan terendah pada stasiun 1 42 individu Lampiran 11.
Gambar 17 Persentase rata-rata kelimpahan suku ikan herbivora dari seluruh stasiun pengamatan di lokasi penelitian.
Kelimpahan ikan herbivora yang tertinggi di stasiun 3 seiring dengan tingginya persentase nilai tutupan karang hidup di stasiun tersebut 74,07 dan
terendah pada stasiun 1 dimana tutupan karang hidupnya juga terendah 40,48. Secara umum jumlah dan kelimpahan ikan herbivora meningkat searah dengan
meningkatnya tutupan karang hidup pada masing- masing stasiun penelitian. Hal ini sesuai dengan fungsinya terhadap ekosistem terumbu karang dimana perannya
sebagai pengontrol pertumbuhan alga sehingga sangat penting bagi pemulihan ekosistem terumbu karang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Grimsditch dan
Salm 2006 bahwa kelompok fungsional penting yang teristimewa bagi pemulihan terumbu karang adalah hewan yang merumput, antara lain terdiri dari
ikan herbivora dan bulu babi.
5.3.3 Frekuensi Relatif Kehadiran Jenis Ikan Herbivora
Dari hasil analisis perhitungan terhadap frekuensi relatif kehadiran maka diperoleh 8 delapan jenis ikan herbivora yang paling sering dijumpai dengan
frekuensi relatif kehadiran 100. Urutan selanjutnya diikuti oleh 5 jenis ikan herbivora lainnya dengan nilai frekuensi relatif kehadiran sebesar 75 Tabel 5,
Gambar 18.
10 20
30 40
50 60
70
Acant huridae Scaridae
Siganidae
D e
n si
ty
68
Tabel 5 Nilai frekuensi relatif kehadiran tertinggi jenis ikan herbivora dari seluruh stasiun pengamatan di lokasi penelitian.
No Jenis
Frekuensi Relatif Kehadiran
1 Acanthurus pyroferus
100 2
Ctenochaetus striatus 100
3 Chlorurus microrhinos
100 4
Scarus dimidiatus 100
5 Scarus frenatus
100 6
Scarus schlegeli 100
7 Scarus sordidus
100 8
Siganus punctatissimus 100
9 Naso thynnoides
75 10
Scarus hypselopterus 75
11 Scarus rivulatus
75 12
Siganus corallinus 75
13 Siganus doliatus
75
Kehadiran ikan herbivora yang tinggi dan hampir merata di masing- masing stasiun menunjukkan perannya yang besar terhadap keberadaan karang
dan frekuensi tersebut juga menunjukkan kehadirannya dalam memangsa alga sehingga pertumbuhan alga dapat terkendali. Keadaan ini juga akan mendukung
bagi tersedianya substrat yang bersih dari penutupan alga sehingga pertumbuhan koloni karang baru akan semakin tinggi.
Gambar 18 Beberapa jenis ikan herbivora dari suku Scaridae, Acanthuridae dan Siganidae yang memiliki frekuensi relatif kehadiran tertinggi di
lokasi penelitian.
69
5.3.4 Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi Ikan Herbivora
Untuk melihat perbedaan dan kestabilan komunitas ikan herbivora maka dilakukan analisis perhitungan nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan
dominasi terhadap komposisi jenis ikan di masing- masing stasiun. Nilai indeks keanekaragaman ikan herbivora di seluruh lokasi penelitian
berkisar antara 2,173 – 2,824, sedangkan nilai indeks keseragaman berkisar antara 0,847 – 0,959. Nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman yang tertinggi
keduanya berada pada stasiun 3 dan terendah pada stasiun 1. Sebaliknya nilai indeks dominasi yang berkisar antara 0,072 – 0,154 dengan nilai indeks tertinggi
pada stasiun 1 dan terendah pada stasiun 3 Gambar 19, Lampiran 11. Keanekaragaman jenis ikan herbivora di masing- masing stasiun merata
dan tidak ada yang mendominasi artinya keberadaan ikan herbivora relatif stabil. Keberadaan ikan herbivora yang relatif stabil tersebut dikarenakan ikan- ikan dari
jenis ini bukan merupakan target utama bagi nelayan setempat. Karena ikan karang target utama di daerah tersebut adalah dari jenis ikan seperti ikan kerapu,
napoleon dan krisi bali. Selain itu juga didukung oleh implementasi kawasan konservasi yang mana berdampak pada peningkatan jumlah ikan karang dan
khususnya ikan herbivora.
Gambar 19 Nilai indeks keanekaragaman H’, keseragaman E dan dominansi C keseluruhan ikan herbivora pada masing- masing stasiun
pengamatan di lokasi penelitian.
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
3,00
ST-1 ST-2
ST-3 ST-4
Dom inance index C Evenness index E
Diversit y index H
70
5.4 Hubungan antara Struktur Dasar dan Struktur Komunitas Ikan 5.4.1 Struktur Dasar Ekosistem Terumbu Karang
Hasil dari analisis pengelompokan cluster analysis berdasarkan dissimilaritas Euclidian menjelaskan adanya pembagian karakteristik substrat
dasar pada masing- masing transek-stasiun menjadi 3 tiga kelompok. Ketiga kelompok tersebut terpusat pada 3 tiga titik transek, yaitu transek 1-stasiun 2
T1-ST2 sebagai kelompok pertama, transek 2-stasiun 1 T2-ST1 sebagai kelompok kedua dan transek 2-stasiun 2 T2-ST2 sebagai kelompok ketiga. Jika
berdasarkan kemiripan struktur substrat dasar yang terbentuk, maka karakteristik kelompok pertama lebih mirip dengan kelompok ketiga dibandingkan dengan
kelompok kedua Gambar 20.
Gambar 20 Dendrogram analisa pengelompokan karakteristik biota dan substrat di lokasi penelitian. T=transek, ST=Stasiun.
Pembentukan banyaknya kelompok cluster dapat dilihat dari karakteristik susunan biota dan substrat, dan tutupan karang hidup di masing-
masing transek. Jika dilihat dari anggota kelompok dalam setiap kelompok yang terbentuk, maka pada kelompok pertama terdapat 7 tujuh transek-stasiun lainnya
dengan karakteristik yang lebih mirip transek 1, 2, 3 pada stasiun 3; transek 1, 2, 3 pada stasiun 4; dan transek 1 pada stasiun 1. Sedangkan kelompok kedua
terdapat 1 satu transek-stasiun yang lebih mirip yaitu transek 3 pada stasiun 1,
T2 -ST1
T3 -ST1
T2 -ST2
T3 -ST2
T3 -ST3
T3 -ST4
T1 -ST1
T2 -ST4
T1 -ST4
T1 -ST2
T1 -ST3
T2 -ST3
5 10
15 20
25 30
35
Dissimilarity Dendrogram
71
kemudian kelompok ketiga juga terdapat 1 satu transek-stasiun yang lebih mirip yaitu transek 3 pada stasiun 2.
Untuk mendukung hasil dari pengelompokan di atas maka dilakukan analisis skala multidimensi MDS berdasarkan matrik kedekatan proximity
matrix dari hasil analisis pengelompokan. Pada nilai Kruskal’s stress=0,190 didapat gambaran pengelompokan dalam skala 2 dimensi Gambar 21.
Gambar 21 MDS untuk karakteristik biota dan substrat di lokasi penelitian. T=transek, ST=stasiun, C1=kelompok 1, C2=kelompok 2,
C3=kelompok 3.
Dari gambar tampak dengan jelas pengelompokan yang terbentuk pada masing- masing transek-stasiun yang dibagi menjadi 3 tiga kelompok besar
dalam skala dua dimensi. Namun kedua analisis tersebut di atas belum bisa menjelaskan lebih detil ciri karakteristik biota dan substrat yang dikandung oleh
masing- masing transek-stasiun. Untuk menjelaskannya perlu diketahui
komponen-komponen penyusun utama pada masing- masing stasiun melalui analisis komponen utama.
Hasil dari analisis komponen utama menunjukkan perbandingan sumbu F1 dan F2 yang dapat menjelaskan sebesar 65,32. Kontribusi sumbu 1 F1
menjelaskan 40,54 dari ragam total nilai ragam 3,24 sedangkan sumbu 2 F2 menjelaskan 24,77 dari ragam total nilai ragam 1,98. Distribusi yang terjadi
dari kategori biota dan substrat, dan tutupan karang hidup membentuk 4 kelompok
T1-ST1 T2-ST1
T3-ST1
T1-ST2 T2-ST2
T3-ST2 T1-ST3
T2-ST3 T3-ST3
T1-ST4 T2-ST4
T3-ST4 -4
-3 -2
-1 1
2 3
4 5
-6 -5
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
5 6
Dim2
Dim1 Configuration Kruskals stress 1 = 0.190
C2
C1 C3
72
dalam 4 kuadran. Kelompok pertama terdiri dari transek 1-stasiun 2 dan transek 2- stasiun 3, sedangkan kelompok kedua terdiri dari transek 2 dan 3 pada stasiun 2.
Kemudian kelompok ketiga terdiri dari transek 1, 2, 3 pada stasiun 4, transek 1, 3 pada stasiun 3, dan transek 1 pada stasiun 1. Selanjutnya kelompok keempat
terdiri dari transek 2, 3 pada stasiun 1 Gambar 22.
Gambar 22 PCA-plot kategori biota dan substrat di lokasi penelitian. T=transek, ST=stasiun.
Kelompok pertama dan ketiga dicirikan oleh karakteristik persentase tutupan karang hidup LC dan pertumbuhan karang Acropora muda tinggi,
sedangkan kandungan biota dan substrat dasar lainnya yang rendah. Ciri tersebut sesuai dan memperkuat alasan dimana kedua kelompok tersebut transek pada
stasiun 3 dan 4 termasuk dalam lokasi yang relatif tidak teganggu, kecuali transek 1-stasiun 2 dan transek 1-stasiun 1.
Sementara itu, kelompok kedua khususnya stasiun 2 dicirikan oleh kandungan substrat karang mati DC, pasir S dan biota lain OT yang tinggi.
Sedangkan pada kelompok keempat khususnya stasiun 1 dicirikan oleh kandungan DCA, karang lunak SC dan pecahan karang R yang tinggi namun
persentase tutupan karang rendah. Perbedaan yang terjadi antara stasiun 1 dan 2 dimana sama-sama berada pada lokasi yang relatif terganggu adalah karena
kondisi terumbu karang pada stasiun 2 lebih baik daripada stasiun 1.
T1-ST1 T2-ST1
T3-ST1 T1-ST2
T2-ST2 T3-ST2
T1-ST3 T2-ST3
T3-ST3 T1-ST4
T2-ST4 T3-ST4
-2 -1
1 2
3 4
-5 -4
-3 -2
-1 1
2 3
4
F2 24.77
F1 40.54 Observations axes F1 and F2: 65.32
73
5.4.2 Struktur Komunitas Ikan Ikan Karang Non-Herbivora dan Herbivora Struktur ikan herbivora Acanthuridae, Scaridae dan Siganidae dan
keseluruhan ikan karang non- herbivora
Caesionidae, Caetodonthidae, Haemulidae, Labridae, Lutjanidae, Monacanthidae, Mullidae, Nemipteridae,
Pomacanthidae, Pomacentridae, Serranidae dan Zanclidae berdasarkan jumlah individu suku ikan terhadap stasiun penelitian ditampilkan melalui analisis
pengelompokan cluster analysis, analisis skala multidimensi MDS dan analisis kelompok utama PCA.
Dari hasil analisis pengelompokan cluster analysis dissimilaritas Euclidian yang ditampilkan dalam bentuk dendrogram, antara suku-suku ikan
tersebut dan stasiun penelitian, terbentuk 4 struktur kelompok. Keempat kelompok tersebut terpusat pada 4 empat transek-stasiun, yaitu transek 1-stasiun 1 T1-ST1
sebagai kelompok pertama, transek 1-stasiun 3 T1-ST3 sebaga i kelompok kedua, transek 2-stasiun 3 T2-ST3 sebagai kelompok ketiga dan transek 3-stasiun 3
T3-ST3 sebagai kelompok keempat. Berdasarkan kemiripan struktur komunitas ikan yang terbentuk, maka karakteristik kelompok pertama lebih mirip dengan
kelompok keempat dibandingkan dengan kelompok kedua dan ketiga. Jika dilihat dari anggota kelompok dalam setiap kelompok yang terbentuk,
maka pada kelompok pertama terdapat 7 tujuh transek-stasiun lainnya dengan karakteristik yang lebih mirip transek 2, 3 pada stasiun 1; transek 1, 2, 3 pada
stasiun 2; dan transek 2, 3 pada stasiun 4. Kemudian kelompok kedua terdapat 1 satu transek-stasiun yang lebih mirip yaitu transek 1-stasiun 4. Sedangkan
kelompok ketiga dan keempat membentuk kelompok masing- masing Gambar 23. Sebaran dari komposisi jenis suku ikan yang homogen hanya antara
stasiun 1, 2 dan 4 dimana sebagian besar dari ketiga stasiun tersebut memiliki karakteristik jumlah kehadiran dan jenis ikan yang lebih mirip. Sementara itu pada
stasiun 3 membentuk kelompok-kelompok yang berbeda dengan komposisi jenis suku ikan yang berbeda pula dimana memiliki karakteristik jumlah kehadiran dan
jenis ikan yang tertinggi. Hasil analisis skala multidimensi MDS pada nilai Kruskal’s stress=0.238
didapat gambaran pengelompokan dalam skala 2 dimensi, memberikan pola pengelompokan yang sama dengan analisis kelompok cluster analysis antara
74
masing- masing stasiun Gambar 24. Secara visual terlihat jelas keempat pengelompokan yang dibentuk pada masing- masing transek-stasiun serta
perbedaan jarak antara masing- masing kelompok.
Gambar 23 Dendogram analisis pengelompokan cluster analysis berdasarkan jumlah individu suku ikan karang non-herbivora dan herbivora di
lokasi penelitian. T=transek, ST=stasiun.
Gambar 24 MDS untuk distribusi ikan berdasarkan jumlah individu suku ikan karang non- herbivora dan herbivora di lokasi penelitian. T=transek,
ST=stasiun, C1=kelompok 1, C2=kelompok 2, C3=kelompok 3, C4=kelompok 4.
T2 -ST3
T1 -ST3
T1 -ST4
T3 -ST3
T1 -ST1
T1 -ST2
T3 -ST2
T2 -ST4
T2 -ST1
T3 -ST4
T3 -ST1
T2 -ST2
5 10
15 20
25 30
35 40
Dissimilarity Dendrogram
T1-ST1 T2-ST1
T3-ST1 T1-ST2
T2-ST2
T3-ST2 T1-ST3
T2-ST3
T3-ST3 T1-ST4
T2-ST4 T3-ST4
-5 -4
-3 -2
-1 1
2 3
4
-6 -5
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
5 6
Dim2
Dim1 Configuration Kruskals stress 1 = 0.238
C1 C2
C3
C4
75
Untuk dapat menjelaskan lebih detil terhadap ciri karakteristik struktur komunitas ikan yang pada masing- masing transek-stasiun, perlu diketahui
komponen-komponen penyusun utama melalui analisis komponen utama PCA Gambar 25.
Gambar 25 PCA-plot distribusi ikan berdasarkan jumlah individu suku ikan karang non-herbivora dan herbivora di lokasi penelitian. T=transek,
ST=stasiun.
Hasil analisis komponen utama PCA memberikan tampilan yang lebih jelas berdasarkan ciri dan karakteristik yang lebih terperinci. Dari hasil
perhitungan akar ciri menunjukkan perbandingan sumbu F1 dan F2 yang menjelaskan sebesar 43,58. Masing- masing sumbu 1 F1 memberikan
kontribusi penjelasan sebesar 27,09 dari ragam total dengan nilai ragam sebesar 4,06, sumbu 2 F2 menjelaskan 16,49 dari ragam total dengan nilai ragam
sebesar 2,47, sedangkan sumbu F3 menjelaskan 14,61 dan F4 menjelaskan 12,34 dari ragam total. Distribusi yang terjadi berdasarkan jumlah individu yang
dijumpai di masing- masing stasiun penelitian membentuk 4 kelompok yang terbagi dalam 4 empat kuadran. Kelompok pertama terdiri dari transek 3-stasiun
3 T3-ST3; kelompok kedua terdiri dari transek 2, 3 stasiun 2 T2-ST2, T3-ST2, transek 2, 3 stasiun 4 T2-ST4, T3-ST4; kelompok ketiga terdiri dari transek 1, 2
stasiun 3 T1-ST3, T2-ST3 dan transek 1-stasiun 4 T1-ST4; dan kelompok
T1-ST1 T2-ST1
T3-ST1 T1-ST2
T2-ST2 T3-ST2
T1-ST3 T2-ST3
T3-ST3
T1-ST4 T2-ST4
T3-ST4
-3 -2
-1 1
2 3
4
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
5 6
F2 16.49
F1 27.09 Observations axes F1 and F2: 43.58
76
keempat terdiri dari transek 1, 2, 3 stasiun 1 T1-ST1, T2-ST1, T3-ST1 dan transek 1 stasiun 2 T1-ST2.
Hasil yang diberikan dari analisis komponen utama yang ditampilkan dalam bentuk PCA-plot memberikan perbedaan dengan hasil dari analisis
pengelompokan cluster analysis dan analisis skala multidimensi MDS. Pengelompokan dari distribusi jenis ikan berdasarkan jumlah individu suku ikan
lebih jelas, didapatkan kelompok pertama oleh jumlah jenis dan kehadiran individu dari suku Pomacanthidae dan Scaridae lebih mendominasi. Pada
kelompok kedua lebih didominasi oleh suku ikan Nemipteridae, Serranidae dan Acanthuridae dan Scaridae. Kelompok ketiga didominasi oleh suku ikan
Pomacentridae, Caesionidae, Caetodonthidae, Mullidae, Zanclidae dan Siganidae yang tinggi, serta dicirikan oleh suku ikan Lutjanidae dan Haemulidae. Sedangkan
kelompok keempat dicirikan oleh dominasi suku ikan Labridae dan Monacanthidae yang tinggi dan sebaran suku ikan Acanthuridae dan Scaridae.
Ikan herbivora dari jenis Scaridae bersifat me nyebar merata di seluruh stasiun, hal ini membuktikan bahwa ikan tersebut memiliki fungsi yang lebih
besar dalam mengontrol keberadaan alga dibandingkan dengan ikan dari suku Acanthuridae dan Siganidae yang lebih memilih ekosistem yang lebih sesuai
dalam aktifitas memakannya. Jika ditinjau berdasarkan tipe habitatnya Gambar 22 dan struktur
komunitas ikan Gambar 25 ternyata terdapat hubungan antara keduanya, struktur komunitas ikan mengelompok berdasarkan struktur substrat dasar ekosistem
terumbu karang dan tutupan karang hidup di daerah tersebut. Aktani 2003 yang melakukan penelitian di Kepulauan Seribu menyatakan ada hubungan antara
struktur komunitas ikan dan kategori bentuk pertumbuhan karang. Komunitas ikan terbagi menurut komposisi kelompok dasar dan kategori bentuk pertumbuhan
karang. Sedangkan menurut Wagiyo dan Prahoro 1994; Gabrie 1998; Hodijah dan Bengen 1999; dan Suharti et al. 1999 menyatakan ada hubungan positif
antara keberadaan karang hidup, penutupan karang hidup, serta bentuk pertumbuhan karang terhadap jenis dan kelimpahan ikan karang.
77
5.5 Hubungan antara Kelimpahan Ikan Herbivora, Terumbu Karang dan Tutupan Alga DCA