40
Nilai-nilai lokal atau lebih dikenal dengan kearifan lokal yang terkandung dalam kehidupan sosial budaya sudah sejak lama diterapkan secara turun temurun
oleh nenek moyang mereka. Kearifan lokal yang diterapkan di daerah tersebut masih belum sampai pada tataran institusional seperti masyarakat tradisional di
Indonesia Timur, namun baru berada pada tataran kebiasaan folkways yang sangat dipegang teguh oleh pemuka masyarakat seperti tokoh agama, pemuka
nelayan dan aparat desa. BPP-PSPL UNRI 2005 yang bekerjasama dengan COREMAP II telah melakukan kajian terhadap kearifan lokal bagi pengelolaan
sumberdaya laut khususnya terumbu karang, telah memunculkan nilai- nilai kearifan lokal, yang meliputi:
a. Tidak boleh me nangkap atau membunuh penyu di laut. b. Tidak boleh mengkap ikan bawal.
c. Membuat sauh yang tidak merusak terumbu karang. d. Menangkap ikan dengan pancing, rawai dan tombaksenapan ikan.
e. Dilarang membuang sampah dan kotoran pada daerah-daerah tertentu yang terdapat terumbu karang.
f. Menjaga daerah dan perairan yang dipandang sebagai wilayah keramat. g. Menggunakan runpon sebagai alat bantu untuk mengkonsentrasikan ikan pada
suatu tempat. h. Upacara penghormatan terhadap laut.
i. Tidak membuang remahkotoran ke laut. Sumber yang paling besar pengaruhnya dalam rangka penyadaran untuk
berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan perairan laut adalah melalui pendekatan agama islam melalui dakwah dan penyampaian nasehat secara
perorangan. Namun demikian diakui oleh aparat desa setempat, bahwa kegiatan illegal fishing baik pengeboman dan pembiusan belum seratus persen
ditinggalkan, karena mereka tergiur oleh tawaran keuntungan yang besar dari tauke.
4.4 Gambaran Lokasi dan Stasiun Penelitian
Lokasi penelitian dibagi dalam dua kategori keterwakilan yang terdiri dari lokasi A stasiun 1 dan stasiun 2 sebagai lokasi dengan ekosistem yang relatif
41
terganggu relatively disturbed area dan lokasi B stasiun 3 dan stasiun 4 sebagai lokasi dengan ekosistem yang relatif tidak terganggu relatively
undisturbed area . Berdasarkan survey dan pengamatan langsung di lapang maka
didapat gambaran umum lokasi dan kondisi pada saat penelitian di masing- masing stasiun sebagai berikut:
Stasiun 1: Posisi stasiun berada pada koordinat 3
o
34’48’’ LU dan 108
o
04’46’’ BT tepatnya di bagian atas utara Pulau Genting Gambar 5a. Pengamatan dan pengukuran data insitu dilakukan pada kedalaman 4 meter pada
waktu pagi menjelang siang hari, dengan kondisi perairan bergelombang sedang menuju pasang. Arus dalam perairan cukup kuat dan tingkat sedimentasi tinggi
pasir. Area merupakan daerah reef slope dengan permukaan dasar perairan landai dimana karang masih dijumpai pada kedalaman 3 - 10 meter. Secara visual
kontur karang berbatu hard coral dengan ukuran yang relatif besar dan berbukit. Ekosistem karang lebih didominasi oleh jenis karang masif. Ekosistem mangrove
dijumpai di daratan pantai namun tidak terlalu rapat. Berdasarkan informasi dan wawancara langsung dari nelayan setempat
khususnya Kelompok Masyarakat Pengawas Pokmaswas COREMAP Pulau Tiga, daerah tersebut memiliki tingkat ganguan tinggi dari aktifitas bom blast
fishing dan bius potassium apalagi didukung oleh area yang jauh dari
pemukiman dan kontrol masyarakat setempat, bahkan hingga saat ini masih ada aktifitas perikanan merusak yang berlangsung di daerah tersebut oleh oknum
masyarakat.
Stasiun 2: Posisi stasiun berada pada koordinat 3
o
35’48’’ LU dan 108
o
05’10’’ BT tepatnya di bagian barat Pulau Genting Gambar 5b. Pengamatan dan pengukuran data insitu dilakukan pada kedalaman 7 meter pada waktu sore
hari dengan keadaan perairan relatif tenang atau tidak bergelombang. Kondisi arus permukaan dan kolom perairan lemah, dikarenakan perairan berada pada pasang
tinggi. Area merupakan daerah transisi antara reef crest dan reef slope dimana karang masih dijumpai pada kedalaman 3 - 10 meter, lebih dari 10 meter
merupakan daerah yang curam. Secara visual karang yang dijumpai di dominasi oleh karang dari jenis karang bercabang coral brancing. Mangrove di daratan
pantai masih dijumpai walaupun kerapatannya lebih kecil dari stasiun 1.
42
Informasi yang didapat, lokasi tersebut mendapat gangguan berupa pembiusan potassium walaupun intensitas gangguan tidak terlalu besar. Hal ini
dikarenakan daerah tersebut masih terjangkau oleh masyarakat pesisir khusus nya masyarakat Desa Serantas.
a b
c d
Gambar 5 Photo lokasi perairan masing- masing stasiun penelitian: a lokasi stasiun 1 ST-1; b lokasi stasiun 2 ST-2; c lokasi stasiun 3
ST-3; dan c lokasi stasiun 4 ST-4.
Stasiun 3: Posisi stasiun berada pada koordinat 3
o
40’19’’ LU dan 108
o
06’39’’ BT tepatnya di perairan Selat Lampa atau di bawah selatan Pulau Natuna Besar Gambar 5c. Pengamatan dan pengukuran data insitu dilakukan
pada kedalaman 5 meter pada waktu pagi hari dengan keadaan perairan relatif tenang atau tidak bergelombang. Perairan ditandai oleh arus yang tenang, dengan
kondisi perairan berada pada saat surut terendah. Area tersebut merupakan daerah reef slope
dengan permukaan dasar landai dimana karang masih dijumpai pada kedalaman 3 – 10 meter. Secara visual daerah tersebut lebih didominasi oleh
karang lunak soft coral dan pertumbuhan karang antara Acropora dan Non- Acropora
sebanding. Disekitar daratan pantai masih ditemukan mangrove walaupun kerapatannya kecil.
43
Daerah ini merupakan daerah yang terjangkau oleh masyarakat setempat karena berhadapan langsung dengan pemukiman walaupun jarak dari pemukiman
cukup jauh tepatnya di kawasan Selat Lampa, sehingga segala aktifitas yang terjadi di lokasi tersebut dapat diketahui oleh masyarakat.
Stasiun 4: Posisi stasiun berada pada koordinat 3
o
40’14’’ LU dan 108
o
06’52’’ BT tepatnya di perairan Selat Lampa atau di bawah selatan Pulau Natuna Besar Gambar 5d. Pengamatan dan pengukuran data insitu pada
kedalaman 7 meter pada waktu sore hari dengan keadaan perairan sedikit bergelombang. Perairan ditandai oleh arus yang tenang, dengan kondisi perairan
menuju pasang. Area tersebut daerah reef slope dimana karang masih dijumpai pada kedalaman 3 – 10 meter. Secara visual lokasi tersebut memiliki kemiripan
dengan kondisi pada stasiun 3, dikarenakan masih dalam satu kawasan.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Kesehatan Karang berdasarkan Kondisi Fisika-Kimia Perairan