1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting baik dari aspek ekologis maupun
ekonomis. Secara ekologis ekosistem terumbu karang merupakan tempat berbagai organisme yang berasosiasi dengannya untuk berlindung, mencari makan dan
berkembang biak. Sedangkan secara ekonomi, ekosistem terumbu karang
merupakan daerah penangkapan fishing ground yang potensial terutama bagi
nelayan tradisional. Pada umumnya terumbu karang sangat peka terhadap dampak lingkungan
yang berkaitan dengan aktivitas manusia di kawasan pesisir dan laut. Dampak manusia baik secara langsung maupun tidak langsung telah diakui sebagai
ancaman yang lebih tinggi daripada gangguan alami. Penyebab utama penurunan terumbu karang di Indonesia adalah pengeboman ikan, limbah cair, polusi industri
dan penangkapan ikan dengan racun cyanida Suharsono 1998. Pulau Tiga sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Natuna merupakan
kawasan yang didominasi oleh wilayah laut dengan sumberdaya laut yang sangat potensial, khususnya terumbu karang. Di sekitar kawasan terumbu karang,
kegiatan penangkapan ikan telah dilakukan secara intensif oleh nelayan lokal dan nelayan luar dengan menggunakan bahan peledak bom dan beracun biuspotas.
Penggunaan bom sudah cukup lama sejak tahun 1970-an, namun sudah hampir tidak ada lagi sejak tahun 2007. Sedangkan penggunaan biuspotas mulai
berkembang awal tahun 1990-an. Tetapi seperti bom, penggunaan bius sudah jauh berkurang sejak tahun 2007 dikarenakan adanya pelarangan dari Program
Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang COREMAP di daerah tersebut CRITC COREMAP II - LIPI 2007. Konsekuensinya, ekosistem perairan yang
telah dieksplo itasi di daerah tersebut, membutuhkan waktu untuk melakukan pemulihan secara alami agar dapat mempertahankan dan mengembalikan kualitas
dan kua ntitas sumberdaya yang tersedia. Salah satu indikasi kesehatan ekosistem yang bagus adalah tingkat
pemulihan ekosistem terumbu karang yaitu kemampuan suatu ekosistem untuk
2
pulih dari kondisi rusak menjadi ke lebih baik Salm 2002. Tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang merupakan salah satu indikasi penting bagi pengelola
dalam melakukan pengelolaan ekosistem terumbu karang yang baik dan benar. Informasi ini biasanya diperlukan dalam menilai tingkat kerentanan terumbu
karang terhadap gangguan dan memperkirakan lamanya proses restorasi dan rehabilitasi suatu ekosisitem terumbu karang dan sebagainya Grimsditch Salm
2006. Khusus untuk ekosistem terumbu karang, salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat pemulihannya adalah tersedianya substrat keras di suatu dasar perairan sebagai tempat penempelan larva hewan karang Grimsditch
Salm 2006; Salm 2002. Biota herbivora mempunyai pengaruh besar dalam menentukan laju
penempelan larva hewan karang pada suatu substrat karena dapat mencegah terjadinya penutupan makroalga yang berlebihan terhadap substrat keras.
Penutupan yang berlebihan ini dapat menghambat penempelan larva hewan karang pada substratnya yang selanjutnya akan mengurangi kemampuan terumbu
karang untuk segera pulih. Ikan herbivora akan selalu memakan berbagai jenis makroalga sehingga substrat akan selalu dalam kondisi bersih Marshal
Schuttenberg 2006. Empat kelompok ikan herbivora paling utama yang hidup di terumbu
karang Indonesia adalah dari family atau suku Pomacentridae damselfish, Siganidae rabbitfish, Acanthuridae surgeonfish dan Scaridae parrotfish. Di
banyak daerah tropis, suku ikan ini sendiri terdapat 15-25 dari biomassa dan keragaman spesies karang Tomascik 1997.
Di antara berbagai biota herbivora laut, jenis-jenis ikan herbivora yang dijadikan indikasi kesehatan ekosistem laut umumnya berasal dari tiga suku yaitu
suku Siganidae, Scaridae, dan suku Acanthuridae Russ 1984a. Pada ikan- ikan ini menunjukkan 35-90 komposisi dietnya berupa Alga Ferreira Goncalves
2006. Di Lizard Island, Great Barrier Reef, dan sekitarnya, kelimpahan ketiga ikan herbivora utama masing- masing adalah Achanthuridae 54, Scaridae
31 dan Siganidae 14 Meekan Choat 1997. Contoh ikan yang termasuk suku Siganidae adalah ikan baronang Siganus spp., yang termasuk suku Scaridae
3
adalah ikan kakak tua Scarus spp., dan yang termasuk suku Acanthuridae adalah ikan duri-duri Achanturus spp.. Diantara jenis ikan-ikan tersebut, ikan-ikan dari
suku Siganidae mempunyai nilai ekonomis relatif tinggi. Untuk mengetahui kesehatan terumbu karang maka diperlukan suatu
kajian dengan melihat kondisi kelimpahan dan komposisi golongan jenis-jenis ikan herbivora. Kondisi tersebut secara tidak langsung dapat menjadi bioindikator
kesehatan ekosistem terumbu karang bila ditinjau dari tingkat pemulihannya di perairan Kecamatan Pulau Tiga.
1.2 Perumusan Masalah