55
dominansi terumbu karang yang mana nilai indeks tertinggi pada stasiun 1 0.197 dan terendah pada stasiun 4 0,070 Gambar 10, Lampiran 4.
Nilai indeks keanekaragaman selalu berbanding lurus dengan indeks kemerataan dan berbanding terbalik dengan indeks dominasi. Semakin tinggi nilai
indeks keanekaragaman dan keseragaman maka semakin rendah nilai indeks dominasi. Keanekaragaman dan keseragaman yang tinggi menandakan adanya
keseimbangan suatu ekosistem dan tidak adanya spesies yang mendominasi. Faktor ekologi utama yang mempengaruhi pemulihan terumbu karang terhadap
pemutihan adalah keseimbangan keanekaragaman secara biologi dan fungsional dalam terumbu karang. Ianya penting menjaga keseimbangan komunitas secara
ekologi dengan adanya interaksi spesies yang cukup bagi terumbu karang untuk pulih kembali dari gangguan, dan penerapan ini tidak hanya terhadap pemutihan
karang melainkan untuk gangguan serupa lainnya Nystrom Folke 2001. Terumbu karang belum tentu dikatakan sehat apabila hanya dinilai dari
persentase luas tutupan karang hidup yang tinggi melainkan harus didukung dan diimbangi dengan keanekaragaman karang yang juga tinggi. Berdasarkan nilai-
nilai indeks yang didapat dari masing- masing stasiun penelitian maka kesehatan terumbu karang tertinggi berada pada stasiun 4 dan terendah pada stasiun 1.
Secara ekologi dapat dikatakan kondisi kesehatan terumbu karang di Kecamatan Pulau Tiga meningkat dan diindikasikan ekosistem terumbu karang mengalami
proses pemulihan yang baik.
5.2.2 Pertumbuhan Karang Muda
Salah satu indikator yang menentukan kesehatan terumbu karang adalah kemampuan terumbu karang untuk melakukan pemulihan terhadap gangguan baik
secara alami maupun antropogenik. Pemulihan terumbu karang ditandai dengan peningkatan jumlah dan kenekaragaman terumbu karang melalui pertumbuhan
koloni karang baru. Pertumbuhan koloni karang muda akan menggantikan populasi yang hilang akibat gangguan dan kerusakan, dan bahkan menambah luas
areal penutupan karang hidup sehingga terjadi keseimbangan antara kematian dan kehadiran karang baru di dalam ekosistem terumbu karang.
Hasil pengamatan di lapang, dijumpai pertumbuhan beberapa koloni karang baru khususnya dari jenis yang lebih dominan seperti Acropora, Porites,
56
Pocillopora dan Seriatopora . Namun demikian pengamatan lebih difokuskan
pada koloni karang muda dari jenis Acropora. Karena selain mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap perubahan lingkungan perairan juga memiliki
tingkat pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan karang dari jenis lainnya. Menurut Burt et al. 2008, di Saih Al-Shaib, pertumbuhan Acropora
yang cepat muncul untuk mengimbangi tingkat perekrutan yang rendah dalam kumpulannya, memungkinkan tutupan karang untuk pulih dengan cepat.
Penutup an Acropora menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat di bagian Saih Al-Shaib, dan meski kehilangan beberapa spesies Acropora clathrata dan
Acropora downingi yang dulunya mendominasi, telah pulih. Pemulihan dari
kumpulan ini muncul, sebagian dikarenakan tingkat pertumbuhan yang cepat dari spesies-spesies tersebut. Loya et al. 2001; Arthur et al. 2005, 2006
menyatakan bahwa pemulihan serupa pada tutupan karang melalui pertumbuhan kembali yang cepat dari koloni karang baru Acropora telah diamati pada peristiwa
pemutihan karang di tempat lain, bahkan dalam kasus di mana perekrutan karang muda yang tertekan Tamelander 2002.
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengolahan data koloni karang muda diameter antara 1 – 30 cm di 4 stasiun, diperoleh panjang rata-rata diameter
koloni antara 16,00 – 17,26 cm dengan persentase tutupan antara 2,77 - 4,25 dan jumlah rata-rata koloni per transek per 100 m
2
antara 100 – 200 koloni Tabel 3, Gambar 11 dan 12.
Tabel 3 Jumlah dan persentase tutupan pertumbuhan koloni karang muda genus Acropora
di masing- masing stasiun penelitian.
Stasiun Jumlah Koloni
koloni100 m
2
Rata-rata Diameter Koloni cm
Tutupan Koloni
ST-1 100
17.26 2.77
ST-2 100
16.26 3.09
ST-3 200
17.09 4.22
ST-4 200
16.00 4.25
Koloni Acropora yang terbanyak ditemukan pada stasiun 1 dan 2 adalah dari spesies Acropora millepora. Jumlah koloni yang ditemukan pada stasiun 1
terdiri dari 9 sembilan jenis masing- masing adalah Acropora aspera, A.
57
digitifera, A. gemmifera, A. granulosa, A. humilis, A. hyacintus, A. millepora, A. samoensis dan A. tenuis
. Stasiun 2 juga ditemukan 8 delapan jenis meliputi A. aspera, A. intermedia, A. gemmifera, A. hunilis, A. hyacintus, A. millepora, A.
prostrata dan A. samoensis Lampiran 5 dan 6.
Pada stasiun 3 ditemukan koloni yang terbanyak dari jenis A. humilis, yang terdiri dari 12 dua belas jenis masing- masing adalah A. aspera, A.
brueggemanni, A. formosa, A. millepora, A. pulchra, A. samoensis, A. gemmifera,
A. humilis, A. divaricata, A. granulosa, A. loripes dan A. palifera. Stasiun 4
ditemukan koloni terbanyak dari jenis A. humilis dan A. granulosa, yang terdiri dari 12 dua belas jenis A. gomezi, A. multiacuta, A. robusta, A. digitifera, A.
gemmifera, A. humilis, A. divaricata, A. granulosa, A. loripes, A. pulchra, A. samoensis,
dan A. sarmentosa Lampiran 7 dan 8.
Gambar 11 Rata-rata persentase tutupan pertumbuhan koloni karang muda dari genus Acropora pada masing- masing stasiun di lokasi penelitian.
Ukuran diameter rata-rata dan jumlah koloni yang dijumpai menunjukkan pertumbuhan karang yang baik karena faktor ekologi dan spasial yang sangat
mendukung. Kemudian indikasi terhadap laju pertumbuhan dan kemampuannya untuk segera memulihkan diri secara alami di daerah tersebut cukup tinggi, jika
dibandingkan dengan lokasi yang berada di daerah pesisir utara Jamaica karang Discovery Bay menurut Precht 2006 dimana daerah tersebut mengalami
1 2
3 4
5
ST-1 ST-2
ST-3 ST-4
Relat ively dist urbed area Relat ively undist urbed area
P e
rc e
n t
C o
v e
ra g
e
Sam pling Point
58
penurunan tutupan karang yang drastis khususnya dari jenis Acropora dari 21 menjadi hampir 0 akibat badai topan tahun 1980 dan 1988, pertumbuhan
alaminya A. palmata yang lebih dari 20 tahun hanya mencapai diameter 2 sampai 10 cm pada kedalaman 3 - 5 meter dan 6 - 14 meter pada tahun 2004,
sedangkan jumlah koloni hanya sebesar 0,01 koloni per m
2
1 koloni per 100 m
2
dengan tutupan karang hidup hanya 0,3. Hal ini terjadi karena karang di daerah tersebut dipadati oleh tutupan alga.
Gambar 12 Beberapa bentuk pertumbuhan koloni karang muda dari genus Acropora
diameter koloni 1- 30 cm di lokasi penelitian. Hall dan Hughes 1996 mengemukakan bahwa saat ini, ada beberapa
koloni Acropora besar yang muncul dapat bertahan dari peristiwa pemutihan tahun 2002, serta sejumlah koloni muda dengan diameter 30-40 cm yang
kemungkinan direkrut selama bertahun-tahun. Meskipun Acropora muda saat ini merupakan komponen kecil dari sekumpulan perekrutan, diperkirakan bahwa
perekrutan Acropora akan meningkat dala m beberapa tahun sebagai koloni muda menjadi reproduk tif, yang umumnya terjadi pada kira-kira 50 cm. Tingkat
pertumbuhan yang cepat dan peningkatkan kesuburan yang sesuai ukuran harus turut berperan dalam pemulihan cepat dari Acropora dalam kumpulannya, asalkan
tidak ada gangguan lebih lanjut Burt et al. 2008. Bila dibandingkan antara dua karakteristik kondisi perairan yang berbeda,
dimana lokasi yang relatif tidak terganggu memiliki persentase tutupan karang muda yang tertinggi dan masing- masing antara stasiun 3 dan stasiun 4 memiliki
rata-rata persentase tutupan yang hampir sama. Hal ini terjadi dikarenakan lokasi
59
tersebut diindikasikan memiliki tingkat kesehatan karang yang lebih baik dibandingkan dengan lokasi yang relatif terganggu. Dengan demikian kemampuan
pemulihan juga relatif meningkat apalagi didukung oleh kondisi ekologi lainnya, seperti faktor oseanografi. Faktor oseanografi yang sangat berpengaruh tersebut
khususnya adalah arus perairan yang mendukung sebagai media transportasi bagi penyebaran larva planula dalam mencari tempat atau substrat yang sesuai untuk
penempelan hingga tumbuh berkembang menjadi karang dewasa. Faktor-faktor lainnya seperti suhu, salinitas, kecerahan dan derajat keasaman pH seperti yang
telah dibahas sebelumnya juga sangat mendukung pertumbuhan koloni karang muda. Sesua i denga n pernyataan Chia et al. 1984 bahwa larva karang
merupakan perenang yang lemah dan perlu diangkut oleh arus air untuk menempel di batu karang, tetapi mereka dapat menempuh jarak ribuan kilometer
dengan cara tersebut, artinya terumbu karang yang jauh pun dapat saling berhubungan.
Jenis-jenis koloni karang Acropora muda yang dijumpai di lokasi penelitian juga menggambarkan spesies yang cukup beragam dan menunjukkan
adanya keseimbangan di dalam ekosistem tersebut. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat kehadiran koloni-koloni karang muda ini juga
menunjukkan bahwasanya terumbu karang tersebut masih mampu untuk melakukan reproduksi dalam rangka mempertahankan keberadaannya walaupun
mengalami berbagai tekanan dan gangguan dari berbagai faktor. Karena kematian dalam skala besar dalam terumbu karang menurunkan kapasitasnya memproduksi
benih, sehingga ianya penting bagi karang yang sehat untuk menghasilkan larva yang kuat dan berlimpah untuk menjangkau karang yang mengalami penurunan
dan kemudian menempel dan tumbuh Nystrom et al. 2000.
5.2.3 Persentase Tutupan Alga DCA