19
4.2. Demografi
Kota Jakarta juga dikenal sebagai suatu kota yang memiliki tingkat keragaman sosial ekonomi penduduk yang tinggi. Jumlah penduduk DKI Jakarta
pada tahun 2007 sekitar 7.563.080 jiwa, namun pada siang hari, angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi,
Tangerang, Bogor, dan Depok. Jumlah penduduk wilayah DKI Jakarta cenderung meningkat setiap tahun yaitu terjadi peningkatan jumlah penduduk 2 pertahun.
Posisi DKI Jakarta sebagai pusat perekonomian negara, telah mendorong banyak orang dari luar Jakarta berbondong-bondong mencari rezeki di Ibu Kota
Indonesia ini. Para pendatang tersebut, banyak yang tidak dibekali dengan keahlian atau keterampilan khusus, sehingga kehadiran mereka menimbulkan
beberapa dampak sosial yang sangat sulit tertangani, seperti masalah pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007
Wilayah Jumlah Penduduk
Luas Ha Kepadatan
JiwaHa Jiwa
Persentase
Jakarta Pusat 875.275
11,6 4.815
182 Jakarta Utara
1.184.799 15,7
13.739 86
Jakarta Barat 1.571.957
20,8 12.525
126 Jakarta Selatan
1.744.633 23,1
14.573 120
Jakarta Timur 2.166.390
28,6 19.306
112 Kepulauan Seribu
20.026 0,3
870 23
Total 7.563.080 100
65.828 115
Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya
4.3. Pola Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan eksisting di wilayah DKI Jakarta didominasi oleh penggunaan untuk perumahan yaitu sebesar 62,42 dari luas wilayah. Dari
Tabel 6. dapat dilihat bahwa permukiman masih merupakan penggunaan lahan yang tertinggi. Setiap tahun, kebutuhan akan permukiman terus meningkat,
sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Peningkatan kebutuhan itu makin terasa di kawasan perkotaan akibat migrasi dan urbanisasi.
20
Tabel 6. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan Per Wilayah Kotamadya 2004 No.
Wilayah Kota
Jenis dan Luas Penggunaan Ha Perumahan Industri
Kantor Gudang
RTH Taman
Lainnya Luas
Tanah 1.
Jakarta Selatan
10.428,43 71,6
236,08 1,6
1.757,50 12,1
190,91 1,3
1.960,07 13,4
14.573 2.
Jakarta Timur
13.542,84 72,1
1.130,13 6,0
1.798,45 9,6
217,77 1,2
2.083,80 11,1
18.773 3.
Jakarta Pusat
2.968,84 62,0
92,93 1,9
1.068,65 22,3
170,04 3,6
489,54 10,2
4.790 4.
Jakarta Barat
9.023,34 71,5
512,17 4,1
1.253,93 9,9
209,41 1,7
1.607,15 12,8
12.615 5.
Jakarta Utara
7.495,36 52,7
2.171,39 15,3
1.474,61 10,3
126,56 0,9
2.952,07 20,8
14.220 Jumlah 43.467,81
4.142,7 7.353,14
914,69 9.548,40
64.971
Sumber : DKI Jakarta Dalam Angka, tahun 2004
4.4. Ruang Terbuka Hijau Kota
RTH merupakan bagian dari kota yang tidak didirikan bangunan atau sedikit mungkin unsur bangunan, terdiri dari unsur alam antara lain vegetasi dan
air dan unsur binaan antara lain produksi budi daya, pertanian kota, taman kota, jalur hijau kota, dan berbagai upaya pelestarian lingkungan yang berfungsi
meningkatkan kualitas lingkungan. Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural dan nilai
estetika yang dimilikinya obyek dan lingkungan tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan
perkotaan, tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan
maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya.
Berdasarkan Undang-undang RI No. 26 tahun 2007, luas RTH kota adalah minimal 30 dari luas kota tersebut. Rencana Induk Djakarta 1965-1985
mengalokasikan ruang terbuka hijau RTH seluas 37,2. Namun, akibat pergantian Gubernur terjadi pula perubahan kebijakan dimana telah memangkas
kebutuhan ruang terbuka hijau RTH di Jakarta. Mengacu Perda No. 51984,
21
RUTRK Rencana Umum Tata Ruang Kota Jakarta 1985-2005, alokasi RTH menyusut menjadi 25,85. Sesuai Perda No. 61999, Rencana Tata Ruang
Wilayah Jakarta 2000-2010 mempunyai target RTH seluas 13,94. Namun sampai saat ini, Jakarta hanya memiliki ruang terbuka hijau RTH sejumlah
5.059 Ha 9 dari luas DKI Jakarta sebesar 65.828 Ha dengan kondisi fungsi relatif cukup baik. Standar dan kebutuhan akan RTH kota DKI Jakarta mencakup
luasan RTHtaman di lingkungan permukiman untuk bermain dan berolahraga adalah 1,5 m
2
jiwa Dirjen Penataan Ruang Departemen PU, 2006. RTH kota terdapat dalam berbagai bentuk, alami maupun non-alami,
antara lain cagar alam, hutan lindung, hutan kota, taman kota, jalur hijau, jalur pengaman fasilitas umum, lahan pertanian dan pemakaman, serta RTH pada
area rekreasi dan permukiman real estate. Berbagai bentuk RTH dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta ini memiliki keragaman dalam fungsi dan kepentingan, dan
juga dalam ukuran serta kondisi dan kualitas penataannya. Namun, ada kecenderungan terjadinya penurunan luas dan konversi lahan RTH karena
digunakan untuk pembangunan berbagai fasilitas sosial ekonomi yang terus meningkat. Walaupun demikian, terlihat juga kecenderungan perbaikan fungsi
RTH pada berbagai bagian kota walau tidak merata.
4.5. Jumlah dan Sebaran Rumah Susun