Ruang Terbuka Hijau TINJAUAN PUSTAKA

7 8 Transportasi Vertikal • Rumah susun bertingkat rendah dengan jumlah lantai maksimum 6 lantai, menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal; • Rumah susun bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 6 lantai, menggunakan lift sebagai transportasi vertikal.

2.5. Ruang Terbuka Hijau

Permendagri No. 1 Tahun 2007, ruang terbuka dinyatakan sebagai ruang- ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk areakawasan maupun dalam bentuk area memanjangjalur, dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang Terbuka Hijau RTH adalah bagian dari ruang terbuka yang pemanfaatannya sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam budidaya tanaman, seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya UU RI No. 26 Tahun 2007. RTH merupakan lahan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, daratan kotalingkungan, pengaman jaringan prasarana, dan budidaya pertanian Perda No. 6 Tahun 1999. Standar luas ruang terbuka untuk umum Tabel 1. menurut Simonds 2003 secara hirarki mempertimbangkan kebutuhan dalam suatu wilayah adalah sebagai berikut : Tabel 1. Luas Minimum Ruang Terbuka menurut Simonds 2003 Unit Sosial Luas Minimum Ruang Terbuka Keluarga rata-rata 3-6 jiwa Untuk setiap keluarga, duplex atau row house minimum 27 m 2 ruang bebas, tertutup atau setengah tertutup, tidak termasuk tempat parkir. Untuk bangunan bertingkat 9 m 2 . Cluster 3 sampai 10 keluarga,11-43 jiwa 18 m 2 per unit rumah tinggal yang dapat diperluas, dilengkapi tempat duduk, pohon, patung, air mancur, semak-semak, bunga, rumput ataupun perlengkapan bermain. Ketetanggaan 1.200 keluarga, 4.320 jiwa Minimum 12.000 m 2 per 1000 penduduk disediakan untuk lapangan bermain sekolah, rekreasi atau taman. Daerah ini tidak termasuk 8 daerah untuk parkir kendaraan. Komuniti 10.000 keluarga, 36.000 jiwa Minimum 20.000 m 2 ruang untuk publik per 1000 penduduk untuk lapangan bermain sekolah, lapangan atletik dan taman. Dalam luas ini termasuk ruang publik ketetanggaan tetapi tidak termasuk jalan dan tempat-tempat parkir. Kota Minimum 10 luas keseluruhan sebagai ruang terbuka, taman atau tempat bermain. Dalam luas ini termasuk ruang publik komuniti tetapi tidak termasuk jalan-jalan dan tempat parkir. Diambil pendekatan 40.000 m 2 per 1000 penduduk. Wilayah Minimum 80.000 m 2 per 1000 penduduk sebagai tempat-tempat terbuka, taman, tempat bermain atau rekreasi seperti berburu, memancing atau perlindungan alam. Luas ini termasuk ruang publik komuniti, kota serta tempat-tempat parkir yang berbentuk pelebaran jalan berdasarkan keadaan topografi dan lanskap dimana jalan tersebut dilewati. Tujuan pengadaan dan penataan RTH di wilayah perkotaan menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007, yaitu : 1 menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan, 2 mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan bagi kepentingan masyarakat, 3 meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman. Proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 dari luas wilayah kota UU RI No. 26 Tahun 2007. Proporsi 30 merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai estetika kota. Fungsi RTH di wilayah perkotaan, antara lain : 1 pengaman keberadaan kawasan lindung perkotaan, 2 pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara, 3 tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati, 4 pengendali tata air, dan 5 sarana estetika kota Permendagri No. 1 Tahun 2007. Selain mempunyai fungsi, RTH juga mempunyai manfaat yang 9 dijabarkan dalam Permendagri No. 1 Tahun 2007, antara lain : 1 sarana untuk mencerminkan identitas daerah, 2 sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan, 3 sebagai sarana rekreasi dan aktivitas sosial, 4 meningkatkan nilai ekonomi lahan, 5 memperbaiki iklim mikro, dan 6 meningkatkan cadangan oksigen. Menurut Nurisyah 1997, manfaat RTH dapat diberikan melalui fungsionalisasi dan penataan dari massa tanaman yaitu meningkatkan kualitas visual dan estetika alami, perbaikan iklim mikro, memantau dan menjaga kualitas udara, penyaring dan peredam kebisingan, konservasi tanah dan air, habitat kehidupan liar, perlindungan plasma nutfah, bernilai ekonomi dan sosial. Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007, lokasi RTH terbagi menjadi enam kawasan peruntukan ruang kota, yaitu : 1 kawasan pusat perdagangan meliputi taman lingkungan sekitar pusat perdagangan, 2 kawasan perdagangan meliputi taman lingkungan kantor, dan jalur hijau jalan, 3 kawasan pendidikan sekolahkampus meliputi jalan lingkungan kampus, pusat lingkungan dan taman, 4 kawasan industri dan fasilitasnya meliputi jalur hijau jalan, taman lingkungan pabrik, 5 kawasan permukiman meliputi halaman rumah, taman lingkungan, fasilitas perumahan, bantaran sungai, daerah rawan erosi, jalur hijau jalan raya dan jalan lingkungan. 6 kawasan pertanian dan perkebunan meliputi ladang, kebun, sawah, hutan, cagar alam, daerah rawan erosi, bantaran sungai dan konservasi pesisir pantai. Jenis RTH kawasan perkotaan Permendagri No. 1 Tahun 2007 yaitu : 1 pertamanan meliputi taman kota, taman wisata, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran, taman hutan raya, 2 hutan kota, hutan lindung, dan cagar alam sebagai tempat rekreasi dan konservasi, 3 kebun raya dan kebun binatang, 4 lapangan olah raga seperti golf, sepak bola dan sebagainya, 5 pemakaman umum, 6 lahan pertanian, 7 jalur hijau meliputi koridor utilitas, blueway meliputi bantaran sungai dan kanaldanau, water front meliputi pantai, 8 daerah penyangga buffer zone, dan 9 taman atap roof garden.

2.6. Ruang Terbuka Hijau Permukiman