3.5.6.2 Sistem saprobik
a. Koefisien saprobik perifiton secara kualitatif
Fjerdingstad 1964 in Welch 1980 menggambarkan respon suksesi dari komunitas  perifiton  terhadap  gradien  pengkayaan  limbah  organik  Tabel  7.
Respon  suksesi  ini  mengikuti  proses  self    purification  dan  mirip  dengan  sistem saprobik  yang dianjuran  oleh  Kolkwitz  dan  Marsson  1908  in  Nemerow 1991
dan Whipple 1927 in Ravera 1979 Gambar 2. Tabel  7.  Karakteristik  perairan  dan  hubungan  respon  dari  komunitas  perifiton
terhadap pencemaran bahan organik Welch 1980.
Zona Parameter Kimia
Parameter Biologi
Oligosaprobik air bersih BOD  3 mgl, O
2
tinggi, proses mineralisasi bahan organik lengkap
Diatom bervariasi, alga hijau ada, bakteri berfilamen jarang
Polisaprobik septikpembusuk H
2
S tinggi, O
2
rendah, NH
3
tinggi Alga ditemukan namun tidak
melimpah, protozoa tidak ada, bakteri melimpah, banyak
organisme fecal saprobik dan filamentous
α Mesosaprobik tercemar Asam amino tinggi, H
2
S rendah bahkan tidak ada, O
2
50 saturasi, BOD
5
50 mgl Alga didominasi oleh alga toleran,
bakteri berfilamen melimpah, protozoa berfilamen melimpah,
jumlah genus sedikit namun biomass melimpah
β Mesosaprobik pemulihan NO
3
NO
2
NH
3
, O
2
50 saturasi, BOD
5
10 mgl Diatom cukup beragam namun
biomas besar, protozoa bersilia ada, alga biru melimpah, alga hijau
berfilamen melimpah
Oligosaprobik air bersih kembali
Pemulihan sungai Komunitas alga kembali bervariasi
b. Koefisien saprobik
Tingkat  pencemaran  Sungai  Cisadane  dihitung  berdasarkan  perhitungan koefisien  saprobik  X.    Nilai  koefisien  saprobik  tersebut  didapat  melalui  studi
fitoplankton  dan  perifiton  dengan  persamaan  sebagai  berikut  modifikasi Dresscher dan Van der Mark 1976 in Soewignyo et al. 1986.
Keterangan : X
= Koefisien Saprobik, berkisar antara -3,0 sd 3,0 A
= Jumlah organisme dari kelompok Cyanophyta B
= Jumlah organisme dari kelompok Euglenophyta C
= Jumlah organisme dari kelompok Chryshophyta D
= Jumlah organisme dari kelompok Chlorophyta
Nilai koefisien saprobik yang menjelaskan hubungan tingkat pencemaran perairan  dengan  kisaran  nilai  koefisien  saprobik  yang  terdiri  dari  lima  tingkat
yang disajikan pada Tabel 8. Tabel  8.  Hubungan  antara  koefisien  saprobik  X,  tingkat  pencemaran,  fase
saprobik, dan bahan pencemar  Dresscher dan  Van der Mark  1976  in Soewignyo et al.  1986
Bahan Pencemar Tingkat Pencemar
Fase Saprobik Koefisien Saprobik
Bahan organik Sangat berat
Polisaprobik PoliMesosaprobik
-3,0--2,0 -2,0--1,5
Cukup berat α MesoPolyosaprobik
α Mesosaprobik -1,5--1,0
-1,0--0,5 Bahan organik dan
Anorganik Sedang
αβ Mesosaprobik βα Mesosaprobik
-0,5-0,0 0,0-0,5
Ringan β Mesosaprobik
β MesoOligosaprobik 0,5-1,0
1,0-1,5 Bahan organik dan
Anorganik Sangat ringan
Oligomesosaprobik Oligosaprobik
1,5 – 2,0 2,0 – 3,0
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik lokasi penelitian
Lokasi  penelitian  di  bagian  hulu  Sungai  Cisadane  memiliki  ketinggian
537-587 meter dari permukan laut,  dengan ciri sungai pegunungan yang berarus
deras.    Daerah  aliran  Sungai  Cisadane  wilayah  hulu  terletak  pada  kemiringan yang  cukup  tinggi  dan  mempunyai  ciri  sungai  pegunungan  yang  berarus  deras,
serta alur sungai yang berkelok-kelok, banyak tebing curam dengan dasar batuan, berkerikil, berpasir.
Lokasi  pengamatan  dari  ketiga  stasiun  secara  berurutan  memiliki ketinggian  yang berbeda dengan kemiringan lahan  yang berbeda pula Lampiran
1.  Stasiun  1  terletak  paling  hulu  dengan  ketinggian  587  mdpl,  memiliki kecepatan  arus  yang  relatif  sangat  cepat  dengan  jenis  substrat  berbatu  dan
berpasir. Warna perairan masih jernih dengan kisaran kedalaman 0,05-0,6 m dan di  sekitar  aliran  sungai  belum  terdapat  pemukiman,  namun  banyak  ditemukan
pohon dan sawah. Stasiun 2 terletak sebelah hilir dari Stasiun 1 dan terletak pada ketinggian
570 mdpl dengan kecepatan arus yang cukup cepat dan banyak batu besar dengan subtrat berbatu dan berpasir.  Di daerah  ini sudah terdapat pemukiman, aktivitas
manusia  seperti  MCK  dilakukan  di sungai,  dan kegiatan  pertanian  lebih  banyak. Stasiun 2 memiliki kedalaman yang relatif sama dengan kisaran 0,02-0,62 m dan
warna perairan sudah berubah menjadi kecoklatan. Stasiun  3  terletak  lebih  ke  arah  hilir  dari  stasiun  lain  dan  terletak  pada
ketinggian 537 mdpl.  Di daerah ini aktivitas manusia lebih kompleks, termasuk di dalamnya kegiatan MCK, pemukiman, persawahan, dan peternakan.  Pada Stasiun
3  terdapat  pembendungan  sebagian  aliran  air  sehingga  kecepatan  arus  lebih lambat  dibanding  stasiun  lain  dan  kedalaman  yang  relatif  lebih  dalam,  kisaran
kedalaman sungai berkisar 0,10-1,45 m dengan warna perairan yang lebih coklat. Berdasarkan klasifikasi iklim Oldman Ahsoni 2008, Sub DAS Cisadane
hulu  memiliki  distribusi  hujan  yang  merata.    Bulan  basah  bulan  dengan  jumlah hujan
≥ 200 mm terjadi selama 8 sampai 10 bulan yaitu dari bulan Agustus atau September hingga April atau Mei. Bulan kering bulan dengan curah hujan  100