2.7.3 Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut misalnya lumpur dan pasir halus, maupun bahan
organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain Eaton et al. 1995. Nilai kekeruhan di perairan alami merupakan salah satu faktor
terpenting untuk mengontrol produktivitasnya. Kekeruhan yang tinggi akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari oleh karenanya dapat membatasi proses
fotosintesis sehingga produktivitas primer perairan cenderung akan berkurang Wardoyo 1975 in Supartiwi 2000. Kekeruhan di suatu sungai tidak sama
sepanjang tahun. Air akan sangat keruh pada musim penghujan karena aliran air maksimum dan adanya erosi dari daratan.
2.7.4 Padatan total
Padatan total residu adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu Eaton et al. 1995.
Padatan total terdiri dari padatan tersuspensi TSS dan padatan terlarut TDS yang dapat bersifat organik dan anorganik. Padatan tersuspensi adalah padatan
yang menyebabkan kekeruhan, tidak larut, dan tidak mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukurannya 1 sampai 0,001
µm. Bahan-bahan tersuspensi terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa
ke badan air Effendi 2003. Adanya padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya ke air
sehingga mempengaruhi
regenerasi oksigen
melalui fotosintesis
dan menyebabkan air menjadi keruh. Padatan terlarut TDS adalah padatan ukuran
yang lebih kecil dari pada padatan tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral, dan garam Fardiaz 1992.
2.7.5 Derajat keasaman pH