Dampak aktivitas manusia terhadap kualitas air sungai

2.8 Dampak aktivitas manusia terhadap kualitas air sungai

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi danatau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya. Beberapa dampak pencemaran sungai akibat pertanian, industri dan pemukiman Klein 1972 antara lain: 1. Padatan tersuspensi akan mengendap di dasar sungai, sehingga menyebabkan pendangkalan serta merusak berbagai organisme akuatik demersal. Endapan bahan organik akan menghasilkan gas yang baunya tidak sedapmenyengat. 2. Bahan-bahan yang menimbulkan rasa dan bau, kesadahan yang terlalu tinggi, bahan-bahan beracun serta berbagai logam berat menyebabkan air sungai tidak dapat digunakan lagi sebagai air baku untuk minum maupun lainnya. 3. Ketidakseimbangan ekologi mengakibatkan melimpahnya beberapa genus tertentu, yang mengindikasikan kualitas perairan yang dimaksud mengalami penurunan kualitas lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi di daerah hulu sungai karena adanya praktik bercocok tanam pertanian yang tidak mengikuti kaidah konservasi di daerah hulu atau akibat pembuatan jalan yang tidak terencana dengan baik. Selain itu, dampak dari aktivitas manusia dapat mengakibatkan terjadinya erosi. Erosi merupakan pristiwa pengangkutan tanah pucuk atau tanah lapisan atas yang subur top soil dan memindahkannya ke tempat lain yang lebih rendah. Erosi tanah pucuk yang memasuki badan air dapat menimbulkan dampak positif, yakni peningkatan kandungan unsur hara di perairan. Namun dapat pula menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas air, antara lain penurunan nilai kecerahan serta peningkatkan nilai kekeruhan dan padatan tersuspensi Effendi 2003. Erosi sungai dapat terjadi karena bentuk aliran sungai yang berkelok dan akibat adanya campur tangan manusia secara langsung seperti pembukaan lahan pertanian dan pemukiman. Tanah yang terlarut akibat erosi kemudian terhanyut terbawa arus pada akhirnya akan mengalami sedimentasi pengendapan di bagian hilir badan air sehingga terjadi penyempitan aliran sungai Effendi 2003. Penggunaan lahan di bagian hulu Sungai Cisadane mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan fungsi secara tidak terkendali menjadi lahan pemukiman dan daerah industri mengakibatkan fungsi kawasan sebagai wilayah resapan air menjadi berkurang dan dapat menimbulkan ancaman banjir di daerah hilir. Kegiatan pertanian secara langsung ataupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kualitas perairan akibat penggunaan bermacam-macam pupuk buatan atau pestisida. Penggunaan pupuk buatan yang mengandung unsur N dan P dapat menyuburkan perairan dan mendorong pertumbuhan ganggang serta tumbuhan lain Odum 1971. Perubahan penggunaan lahan akan mengubah karakteristik aliran air, aliran permukaan, kualitas air, dan sifat hidrologi daerah yang bersangkutan. Aliran air akan dipengaruhi oleh curah hujan dan kemudian dapat mempengaruhi karakteristik DAS. Aliran permukaan akan dipengaruhi oleh perubahan penutupan lahan, seperti kemampuan infiltrasi tanah yang berkaitan dengan fungsi vegetasi sebagai penutup lahan dan sumber bahan organik seperti silika, serta perubahan penggunaan lahan, seperti sifat dan ciri vegetasi yang dapat meningkatkan atau menurunkan volume aliran sungai di suatu DAS.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan lokasi penelitian

Pengambilan contoh selama penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga November 2007 yang berlokasi di Hulu Sungai Cisadane, Desa Pasir Buncir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Gambar 3. Lokasi ini terletak antara 106 o 4930-106 o 5200 Bujur Barat dan 06 o 4500-06 o 4630 Lintang Selatan. Pada bagian utara dibatasi oleh Kecamatan Ciawi, bagian selatan dibatasi oleh Kecamatan Cicurug, bagian barat dibatasi oleh Kecamatan Cijeruk, dan bagian timur dibatasi oleh Gunung Pangrango. Lokasi dapat ditempuh melalui jalan Raya Sukabumi Ciawi-Sukabumi. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga stasiun dengan setiap stasiun tiga titik pengambilan contoh sebagai ulangan yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir aliran air tiap stasiun. Lokasi penelitian pada stasiun satu berjarak sekitar 5 km dari Jalan Raya Sukabumi. Lokasi stasiun dua dan tiga berjarak masing-masing sekitar 300 meter dan 1.000 meter dari stasiun satu ke arah hilir sungai. Pengambilan contoh air untuk analisis perifiton dan fitoplankton serta parameter fisika dan kimia perairan dilakukan sebanyak enam kali dalam enam bulan dengan selang waktu sebulan. Pengambilan contoh disesuaikan dengan waktu musim kemarau Juni-Agustus dan periode transisi musim September- November di Pulau Jawa Sitaniapessy 1984.

3.2 Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan contoh air di lokasi penelitian untuk analisis perifiton dan fitoplankton adalah kuas, plankton net dengan ukuran bukaan pori 30 mikron dan diameter tangkap air 30 cm, serta botol contoh. Bahan-bahan yang di gunakan adalah contoh air, larutan Lugol 1 , dan akuades. Untuk analisis di laboratorium digunakan mikroskop model CHS Olympus Optical. Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan secara in situ dan ex situ. Pengambilan sampel air dilakukan di waktu yang sama dengan pengambilan sampel biologi. Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengukuran parameter