Indeks Kualitas Air mengalami penurunan pada setiap waktu pengamatan namun dalam kisaran nilai yang kecil. Kisaran tersebut menunjukkan kualitas air
di hulu Sungai Cisadane tergolong baik.Nilai tersebut merupakan monitoring kualitas air secara fisika dan kimia di perairan hulu Sungai Cisadane. Nilai
Indeks Kualitas Air-NSF yang didapat tidak menunjukkan kondisi lingkungan yang sudah mengalami pencemaran pada lokasi penelitian di setiap waktu
pengamatan. Seperti yang telah dikemukakan Price 1979 in Suradi 1993 in Supartiwi 2000, monitoring kualitas air secara fisika dan kimia mempunyai
beberapa keterbatasan, yaitu kurang sensitif untuk mengukur konsentrasi pencemaran yang rendah, penentuan kandungan parameter kimia Tabel 7 dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan lain seperti suhu, pH, dan kehadiran bahan- bahan lain. Selain itu, pengukuran parameter kimia dengan metode “snap
pengamatan” dapat menyesatkan karena perairan terutama sungai umumnya sangat fluktuatif. Dari keterbatasan tersebut, maka dilakukan pengukuran lanjut
untuk mengetahui kualitas perairan dengan menggunakan parameter biologi dengan melakukan perhitungan sistem saprobik.
4.6.2 Sistem saprobik
Indeks saprobik merupakan indeks biologi yang digunakan untuk menduga tingkat pencemaran suatu perairan. Organisme-organisme tertentu dapat
memperlihatkan hubungan atau respon terhadap kualitas air yang bersih hingga yang sudah tercemar. Sistem saprobik ini digunakan dalam menyusun konsep
“indikator biologi” terhadap tingkat pencemaran perairan Kolkwitz dan Marrson 1902 in Basmi 1999. Kehadiran biota indikator ini dapat membantu penggunaan
perairan dalam mendayagunakan perairan secara optimal.
4.6.2.1 Sistem saprobik perifiton secara kualitatif
Jenis-jenis dan komposisi alga perifiton parameter biologi yang mendominasi di hulu Sungai Cisadane dijadikan sebagai indikator biologi
terhadap pencemaran bahan organik dengan membandingkan batasan yang dikemukakan oleh Fjerdingstad 1964 in Welch 1980 Tabel 7. Klasifikasi
tersebut dapat dilihat dari kondisi parameter biologi dan parameter fisika-kimia di hulu Sungai Cisadane tersebut.
Berdasarkan klasifikasi melalui kondisi parameter fisika-kimia, hulu Sungai Cisadane memiliki nilai kandungan nitrat rata-rata sebesar 1,36 mgl dan
dengan nilai kandungan amonia rata-rata sebesar 0,24 mgl. Nilai tersebut menunjukkan kandungan nitrat di perairan lebih besar dari pada ammonia
Lampiran 4. Nilai BOD
5
rata-rata yang didapat sebesar 2,06 mgl atau berada dibawah 10 mgl. Selain itu, nilai DO rata-rata yang didapat sebesar 7,74 mgl
dengan suhu rata-rata sebesar 23,59
o
C, dan nilai oksigen saturasi lebih dari 90 . Berdasarkan klasifikasi melalui parameter biologi, didapat komposisi
perifiton dengan kelimpahan yang cukup besar pada tiap kelasnya Lampiran 6 dan Lampiran 10, jenis tersebut antara lain Achnantes sp., Cymbella sp.,
Nitzschia sp., Navicula sp., Microspora sp., dan Oscilatoria sp., namun memiliki keanekaragaman yang tidak besar Lampiran 11, sedangkan Protozoa bercilia ada
namun jarang ditemukan. Kriteria yang dikemukakan Kolkwitz dan Marrson in Nemerow 1991
dan jenis-jenis dan komposisi alga sebagai bioindikator kualitas perairan, maka kondisi perairan hulu Sung
ai Cisadane dapat diklasifikasikan sebagai perairan β- mesosaprobik, di mana terjadi pencemaran perairan ringan, perifiton dan
fitoplankton didominasi oleh diatom, sedangkan Euglenophyceae dalam jumlah kecil atau jarangtidak ada, dengan kandungan oksigen terlarut yang
tinggimeningkat. Namun demikian menurut Rao et al. 1992 in Nemerow 1991, keseluruhan sistem saprobik tersebut perlu didukung oleh kondisi kimia
air, komunitas bentik, tipe, dan kualitas lingkungan lokasi yang diamati. Parameter-parameter yang telah dijabarkan tersebut menjadi pendugaan dalam
penentuan kondisi perairan melalui hubungan respon dari komunitas perifiton terhadap pencemaran bahan organik.
4.6.2.2 Koefisien saprobik