2.7.8 Kebutuhan oksigen kimiawi COD
COD merupakan gambaran jumlah oksigen total yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara
biologis biodegradable maupun yang sukar didegradasi secara biologis non biodegradable, menjadi CO
2
dan H
2
O Boyd 1988. Keberadaan bahan organik tersebut dapat berasal dari alam ataupun aktivitas manusia melalui rumah tangga
dan industri. Nilai COD pada perairan tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mgl, sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200 mgl
UNESCOWHOUNEP 1992 in Effendi 2003. Nilai BOD dan COD ini secara tidak langsung merupakan gambaran
kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi sel baru mikroba, karbondioksida, air
dan bahan anorganik Davis dan Cornwell 1991 in Effendi 2003. Kemudian hasil oksidasi atau pun dekomposisi mikroba berupa bahan anorganik inilah yang
dapat dimanfaatkan oleh perifiton dan fitoplankton untuk pertumbuhannya atau sebagai makanannya Basmi 1992. Nilai BOD di perairan dapat dipengaruhi oleh
suhu, kepadatan plankton, dan keberadaan mikroba Boyd 1988.
2.7.9 Unsur hara
Unsur hara yang penting di perairan adalah nitrogen dan fosfor. Nitrogen di perairan berada dalam bentuk nitrogen bebas, nitrat, nitrit, ammonia, dan
amonium. Unsur fosfor dapat ditemukan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut ortofosfat dan polifosfat dan senyawa organik yang berupa partikulat
Effendi 2003. Sumber nitrogen yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
tumbuhan adalah nitrat dan amonia yang merupakan sumber utama nitrogen di perairan. Kadar nitrat di perairan tidak tercemar biasanya lebih tinggi daripada
kadar amonia. Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen
sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil, sedangkan nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan karena bersifat tidak
stabil terhadap keberadaan oksigen. Senyawa nitrat dapat dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan Effendi 2003. Nitrat juga merupakan zat hara penting bagi organisme ototrof dan diketahui sebagai faktor
pembatas pertumbuhan Eaton et al. 1995. Kadar nitrat di perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mgliter.
Kadar nitrat yang lebih dari 5 mgliter menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia. Pada perairan yang menerima
limpasan dari daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, kadar nitrat dapat mencapai 1.000 mgliter Davis dan Cornwell 1991 in Effendi 2003. Kadar
nitrit di perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Amonia di perairan bersumber dari pemecahan nitrogen organik protein
dan urea dan nitrogen anorganik tumbuhan dan biota perairan yang telah mati oleh mikroba jamur proses amonifikasi. Amonia jarang ditemukan pada
perairan yang mendapat cukup pasokan oksigen. Kadar amonia di perairan alami biasanya tidak lebih dari 0,1 mgliter McNeely et al. 1979 in Effendi 2003.
Amonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia, serta industri bubur kertas. Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi
adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpahan pupuk run off pupuk pertanian Effendi 2003.
Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik. Sumber fosfor lebih sedikit dibandingkan
dengan sumber nitrogen di perairan dan keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif sedikit dengan konsentrasi yang relatif kecil dibandingkan
nitrogen. Sumber antropogenik fosfor di perairan adalah limbah industri dan domestik, yaitu fosfor yang berasal dari deterjen. Limpasan dari daerah pertanian
yang menggunakan pupuk juga memberikan konstribusi yang cukup besar bagi keberadaan fosfor Effendi 2003. Umumnya kandungan fosfor total di perairan
alami tidak lebih dari 0,1 mgliter kecuali pada perairan penerima limbah rumah tangga dan dari daerah pertanian yang mengalami pemupukan fosfor Eaton et al.
1995.
2.8 Dampak aktivitas manusia terhadap kualitas air sungai