ada sama sekali, serta merupakan zona yang mengalami proses reduksi komunitas komunitas biota mengalami penurunan. Pada kondisi ini
fitoplankton didominasi oleh Euglenophyceae. 2.
Mesosaprobik, merupakan zona perairan tercemar sedang, komponen bahan organik lebih sederhana, kandungan oksigen lebih tinggi dibandingkan pada
zona polisaprobik. Di zona ini terjadi proses mineralisasi oleh bakteri konversi bahan organik menjadi bahan anorganik yang hasilnya akan
dimanfaatkan bagi pertumbuhan alga dan hewan yang toleran pada zona ini. 3.
Oligosaprobik, merupakan zona pemulihan, hanya terjadi pencemaran ringan dengan kandungan oksigen normal dan proses mineralisasi berlangsung
dengan baik. Tumbuhan dan hewan dapat hidup baik di zona ini. Klasifikasi oligosaprobik mencerminkan kualitas air bersih berkaitan
dengan perairan yang tidak tercemar yang menggambarkan proses mineralisasi berlangsung dengan baik dan kandungan oksigen normal serta fitoplankton
didominasi oleh Desmidiaceae dan Chlorophyceae. Perairan β-mesosaprobik merupakan perairan tercemar ringan; fitoplankton didominasi oleh Chlorophyceae
dan diatom, serta Euglenophyceae mulai jarangmenghilang, dengan kandungan oksigen terlarut mulai meni
ngkat. Perairan α-mesosaprobik merupakan perairan yang tercemar sedang; fitoplankton didominasi oleh Euglenophyceae, alga biru,
dan diatom. Perairan polisaprobik mencerminkan perairan terpolusi berat; fitoplankton didominasi oleh Euglenophyceae serta kandungan oksigen terlarut
yang rendah Nemerow 1991.
2.7 Parameter fisika dan kimia
2.7.1 Suhu
Suhu berperan sebagai pengatur proses metabolisme dan fungsi fisiologis organisme. Suhu bukan merupakan faktor pembatas pada alga alami selama
banyak genus mampu tumbuh pada kondisi lingkungan lain yang sesuai. Namun suhu sangat berpengaruh terhadap percepatan atau perlambatan pertumbuhan dan
reproduksi alga. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi
badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem
perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang baik bagi pertumbuhannya. Alga dari filum Chlorophyta dan diatom akan tumbuh baik
pada kisaran suhu berturut-turut 30
o
C-35
o
C dan 20
o
C-30
o
C, dan filum Cyanophyta dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi di atas
30
o
C dibandingkan kisaran suhu pada filum Chlorophyta dan diatom Welch 1980; Halsem 1995 in Effendi 2003.
2.7.2 Arus
Kecepatan arus dipengaruhi oleh perbedaan gradien atau ketinggian antara hulu dengan hilir sungai. Apabila perbedaan ketinggiannya cukup besar,
maka arus air akan semakin deras. Mason 1981 mengklasifikasi sungai berdasarkan kecepatan arusnya ke dalam lima kategori yaitu arus yang sangat
cepat 100 cmdetik, cepat 50-100 cmdetik, sedang 25-50 cmdetik, lambat 10-25 cmdetik, dan sangat lambat 10 cmdetik. Kecepatan arus akan
mempengaruhi jenis dan sifat organisme yang hidup di perairan tersebut Klein 1972. Menurut Whitton 1975 in Whitton 1975, kecepatan arus adalah faktor
penting di perairan mengalir. Kecepatan arus yang besar 5 mdetik mengurangi jenis flora yang dapat tinggal sehingga hanya jenis-jenis yang
melekat saja yang tahan terhadap arus dan tidak mengalami kerusakan fisik. Welch 1980 menambahkan, sungai dangkal dengan kecepatan arus
cepat, biasanya didominasi oleh diatom perifitik. Alga bentik yang mendominasi perairan yang berarus kuat dikarakteristikkan oleh adanya diatom golongan
pennales Tabel 1. Tabel 1. Distribusi alga dalam kaitannya dengan arus Round 1964 in Whitton
1975
Arus mdetik Tipe komunitas
Jenis yang mendominasi
0,2 – 1 Alga bentik
Alga epipelik dan epifitik: seperti Nitzschia, Navicula, Caloneis, Eunotia, Tabellaria,
Synedra, Oscillatoria,
Oedogonium, Bulbochaete.
1 Alga bentik
Alga epilitik: seperti Achnantes, Meridion, Diatoma, Ceratoneis.
0,5 – 1 1
Fitoplankton Fitoplankton
Diatom kecil bersel tunggal, alga biru. Volvocales, Chrysomonads.
2.7.3 Kekeruhan