55
4.6. Alternatif Pengelolaan Ikan Betok A. testudineus
Betok merupakan ikan lokal air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan digemari oleh masyarakat di Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Papua
tetapi belum banyak dibudidayakan. Usaha pembenihan budidaya merupakan salah satu cara dalam upaya pelestarian plasma nutfah khususnya ikan betok agar
dapat mengurangi ketergantungan terhadap benih ikan di alam. Selain budidaya, pengelolaan yang tepat diperlukan dalam menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan
ini di alam. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengaturan waktu penangkapan, tempat penangkapan, jenis dan jumlah alat
tangkap, serta ukuran ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap. Berdasarkan hasil penelitian maka waktu yang tepat untuk menangkap ikan
betok adalah sebelum dan sesudah bulan - bulan penelitian November - Januari karena pada bulan - bulan tersebut ikan betok sedang dalam proses pemijahan.
Penggunaan alat tangkap yang selektif juga dapat membantu memperbaiki populasi ikan betok di alam disamping waktu penangkapan yang tepat yakni
sebelum atau setelah musim pemijahan. Jenis alat tangkap yang cara
pengoperasiannya memotong sungai dan menghadang ruaya ikan seperti jaring insang gillnet
terbukti membahayakan kelestarian sumberdaya perikanan terutama untuk jenis ikan yang beruaya seperti ikan betok Utomo Samuel 2005.
Ikan betok banyak terdapat pada perairan yang banyak tumbuhan airnya karena tingkah laku ikan ini yang suka bergerombol dan hidup dibawah naungan
tumbuhan air apalagi saat akan memijah Kuncoro 2009. Oleh karena itu, penangkapan ikan betok pada daerah ini hendaknya dibatasi dan hanya dilakukan
diluar musim penghujan karena pada waktu tersebut ikan betok sedang dalam proses pemijahan.
Berdasarkan penelitian, ikan betok paling banyak tertangkap pada selang ukuran 123 - 135 mm. Pada selang tersebut banyak ditemukan ikan betok yang
telah matang gonad TKG III dan IV. Dari informasi ini dapat disimpulkan bahwa ikan betok yang boleh ditangkap adalah ikan - ikan yang ukuran panjangnya diatas
123 - 135 mm. Hal ini dimaksudkan agar ikan - ikan yang telah matang gonad diberi kesempatan untuk memijah terlebih dahulu sehingga stok ikan di alam tetap
stabil. Untuk menghindari tertangkapnya ikan - ikan yang berukuran dibawah 135 mm maka mata jaring yang digunakan harus diperbesar ukurannya.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Ikan betok memijah sepanjang musim penghujan dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Desember saat curah hujan tertinggi.
2. Ikan betok yang ditemukan selama penelitian sudah banyak yang telah matang gonad dengan hasil tangkapan tertinggi terdapat pada stasiun rawa.
3. Ikan betok pertama kali matang gonad terdapat pada selang ukuran 84 - 109 mm.
4. Berdasarkan sebaran diameter telur, pola pemijahan ikan betok dalam jangka waktu 3 bulan penelitian November - Januari adalah pola
pemijahan secara serentak total spawning. 5. Ikan betok memiliki potensi reproduksi yang tinggi dengan fekunditas
berkisar antara 964 - 30 208 butir 7496 ± 5176 butir.
5.2. Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan rentang waktu satu tahun yang mewakili musim kemarau dan penghujan guna diperoleh data dan hasil
analisis yang lebih akurat agar lebih menggambarkan waktu pemijahan ikan betok di alam, khususnya di rawa banjiran DAS Mahakam.
2. Pada penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan analisis struktur histologis gonad mulai dari TKG I - V agar diperoleh informasi reproduksi ikan betok
yang lebih akurat. 3. Perlu adanya pembatasan jumlah tangkapan ikan betok pada bulan
November - Januari agar proses peremajaannya rekruitmen tidak terganggu.