Komposisi tangkapan ikan betok berdasarkan selang ukuran panjang

28 keragaman habitat yang juga meningkatkan jumlah nutrien di perairan sehingga semakin banyak biota air khususnya ikan yang beruaya untuk mencari makan, memijah, dan mengasuh anak-anaknya Sommer et al. 2004 in Simanjuntak 2007 . Pada Gambar 4 juga terlihat adanya perbedaan jumlah tangkapan ikan jantan dan betina di setiap stasiun penelitian. Hasil tangkapan ikan jantan cenderung lebih banyak dibandingkan dengan ikan betina. Secara keseluruhan hasil ini didukung oleh uji t Lampiran 8 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil tangkapan ikan betok jantan dan betina pada setiap stasiun penelitian ditiap bulannya. Perbedaan jumlah jantan dan betina yang tidak seimbang itu diduga karena ikan betina lebih banyak berada di tepi vegetasi air untuk memijah, sehingga pada saat penangkapan ikan betok betina lebih sedikit tertangkap dibandingkan ikan jantan. Vegetasi yang tergenangi akan meningkatkan kelimpahan ikan dengan menciptakan struktur habitat yang kompleks dan menyediakan lebih banyak makanan serta perlindungan bagi anak- anak ikan de Graaf 2003. Sumassetiyadi 2003 menyatakan bahwa perbedaan frekuensi hasil tangkapan dapat dipengaruhi oleh aktivitas ikan dalam perairan, kemampuan beradaptasi, dan faktor genetik ikan itu sendiri. Menurut Effendie 1997 perbandingan nisbah kelamin yang tidak seimbang tersebut dapat dipengaruhi oleh pola distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, serta keseimbangan rantai makanan. Keberadaan ikan juga mempengaruhi frekuensi penangkapan, dimana alat tangkap keblat perangkap yang digunakan pada stasiun rawa lebih efisien dalam menangkap ikan betok daripada tangkul dan jaring insang gillnet. Hal tersebut sesuai dengan tingkah laku ikan betok yang merupakan ikan demersal, suka bergerombol, dan hidup di bawah naungan pohon tumbang serta akar tumbuhan air Kuncoro 2009. Selain itu, ikan betok diduga berada pada tingkat kedalaman maksimum dari badan air untuk mencari makan atau berlindung.

4.2.2. Komposisi tangkapan ikan betok berdasarkan selang ukuran panjang

Panjang total ikan yang tertangkap berkisar antara 71 - 195 mm 71 - 183 mm di rawa, 92 - 195 mm di sungai, dan 72 - 192 mm di danau. Hasil perhitungan sebaran frekuensi panjang total ikan betok diperoleh 10 selang ukuran panjang dengan selang kelas ukuran terkecil 71 - 83 mm dan selang kelas ukuran terbesar 188 - 200 mm Gambar 5 dan Lampiran 9. Ikan betok paling banyak tertangkap 29 pada kisaran panjang 123 - 135 mm yaitu sebesar 134 ekor dengan perbandingan 77 ekor jantan dan 57 ekor betina Lampiran 9. Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat bahwa frekuensi tangkapan ikan betok mengalami kenaikan pada selang ukuran kecil, mencapai puncak pada selang ukuran sedang, kemudian menurun kembali pada selang ukuran besar. Selain itu, terlihat adanya dominasi ikan betok pada selang ukuran sedang, sehingga dapat diduga bahwa ikan betok yang tertangkap sedang dalam periode pertumbuhan. Pada umumnya ikan betok jantan lebih mendominasi pada selang ukuran kecil sampai sedang. Sedangkan ikan betok betina lebih mendominasi pada selang ukuran sedang sampai besar, kecuali pada stasiun sungai yang masih terdapat dominasi ikan jantan pada selang ukuran yang lebih besar. Adanya dominasi ikan jantan pada ukuran yang lebih kecil sampai pada ukuran sedang diduga sebagai hasil pemijahan sebelumnya yang dapat beradaptasi ketika terjadi banjir. Selain itu, dominasi ikan betina pada selang ukuran yang lebih besar diduga merupakan ikan dewasa yang telah siap memijah atau yang telah mengalami beberapa kali pemijahan dan cenderung hidup bergerombol di bawah naungan tumbuhan air sehingga rentan untuk tertangkap. Perbedaan alat tangkap dan ketersediaan makanan disetiap stasiun diduga menjadi salah satu penyebab berfluktuasinya frekuensi dan ukuran ikan betok hasil tangkapan. Perangkap keblat dan jaring insang gillnet yang dioperasikan pada stasiun rawa dan danau memungkinkan ikan betok yang tertangkap berada pada selang ukuran kecil sampai sedang Gambar 5. Hal ini disebabkan oleh tingkah laku ikan betok dewasa berukuran besar yang cenderung akan melakukan proses pemijahan dan lebih memilih bergerombol dibawah naungan tumbuhan air yang banyak menyimpan makanan bagi ikan itu sendiri dan bagi anak-anak ikannya kelak sehingga sulit untuk tertangkap. Sedangkan ikan betok yang berukuran kecil sampai sedang cenderung lebih agresif sehingga lebih mudah untuk tertangkap. Tangkul yang dioperasikan pada stasiun sungai cenderung bisa menangkap ikan betok dengan ukuran yang lebih bervariasi Gambar 5. Hal ini diduga disebabkan karena adanya arus yang menyebabkan ketersediaan makanan di sungai cenderung lebih cepat berubah karena terbawa arus sehingga membuat ikan betok naik kepermukaan untuk mencari makan dan lebih rentan untuk tertangkap. 30 Gambar 5. Komposisi tangkapan ikan betok jantan dan betina berdasarkan selang ukuran panjang mm pada setiap stasiun penelitian 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 7 1 -8 3 8 4 -9 6 9 7 -1 9 1 1 -1 2 2 1 2 3 -1 3 5 1 3 6 -1 4 8 1 4 9 -1 6 1 1 6 2 -1 7 4 1 7 5 -1 8 7 1 8 8 -2 Ja n ta n B e tin a 10 20 30 40 50 7 1 -8 3 8 4 -9 6 9 7 -1 9 1 1 -1 2 2 1 2 3 -1 3 5 1 3 6 -1 4 8 1 4 9 -1 6 1 1 6 2 -1 7 4 1 7 5 -1 8 7 1 8 8 -2 10 20 30 40 50 7 1 -8 3 8 4 -9 6 9 7 -1 9 1 1 -1 2 2 1 2 3 -1 3 5 1 3 6 -1 4 8 1 4 9 -1 6 1 1 6 2 -1 7 4 1 7 5 -1 8 7 1 8 8 -2 F reku en si eko r Rawa Sungai Danau Selang Ukuran Panjang mm n = 209 n = 71 n = 120 31 Panjang maksimum ikan betok yang tertangkap di lokasi penelitian adalah 195 mm, lebih kecil ukurannya dari panjang maksimum ikan betok yang pernah dilaporkan pernah tertangkap di Indonesia yaitu 200 mm Dinas Perikanan Provinsi Daerah Tingkat I Jambi 1995, 250 mm www.fishbase.org, dan 350 mm Kuncoro 2009. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan lokasi penangkapan, keterwakilan contoh yang diambil, kondisi lingkungan, dan faktor genetis ikan itu sendiri. Selain itu, tingginya kerusakan perairan yang dialami Sungai Mahakam membawa dampak buruk bagi kondisi lingkungan disekitarnya, terutama bagi ikan - ikan yang hidup di dalamnya termasuk ikan betok Media Indonesia 2003. Kondisi tersebut membuat ikan betok harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru, salah satunya dengan matang gonad pada ukuran yang lebih kecil. Hal tersebut mencerminkan bahwa perairan rawa banjiran Sungai Mahakam kurang menyediakan kondisi lingkungan yang baik untuk pertumbuhan ikan betok.

4.3. Hubungan Panjang Berat Ikan Betok

Dokumen yang terkait

Kajian kebiasaan makanan dan kaitannya dengan aspek reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada habitat yang berbeda di lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur

0 30 250

Karakterisik Fenotip Morfometrik dan Genotip RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Ikan Betok Anabas testudineus (Bloch, 1792)

0 6 33

Keanekaragaman genetik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada tiga tipe ekosistem perairan rawa di Provinsi Kalimantan Selatan

0 3 105

Evaluasi Waktu Pemberian Pakan Buatan Pada Larva Ikan Betok (Anabas Testudineus Bloch)

0 7 31

Studi perkembangan dan pematangan akhir gonad ikan betok (Anabas testudineus Bloch) dengan rangsangan hormon

0 4 98

PEMIJAHAN IKAN BETOK (Anabas Testudineus Bloch) YANG DIRANGSANG EKSTRAK HIPOFISA IKAN BETOK DENGAN RASIO BERAT IKAN DONOR DAN RESIPIEN BERBEDA

0 1 12

PEMIJAHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) YANG DIINDUKSI DENGAN EKSTRAK HIPOFISA AYAM BROILER

0 14 13

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch, 1792) DI WADUK SEMPOR, KEBUMEN BIOLOGICAL ASPECT OF REPRODUCTION OF CLIMBING GOURAMY (Anabas testudineus Bloch, 1792) IN SEMPOR RESERVOIR, KEBUMEN

0 0 15

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch, 1792) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR [Reproductive biology of climbing perch (Anabas testudineus Bloch, 1792) in floodplain of Mahakam River, East Kalimantan]

0 1 15

Masyarakat Iktiologi Indonesia Morfologi, fisiologi, preservasi sel sperma ikan betok, Anabas testudineus Bloch 1792 dan ketahanannya terhadap kejut listrik

0 0 13