Nisbah kelamin Tingkat kematangan gonad TKG

9 kenaikan massa air yang menyebabkan banjir. Penggenangan daerah banjiran menyediakan habitat yang luas sebagai daerah pemijahan dan pengasuhan dengan kekayaan jaring - jaring makanannya Sommer et al. 2004 in Simanjuntak 2007. Ikan betok dewasa juga ditemukan di perairan umum seperti sungai, danau, saluran air, parit, rawa, sawah, waduk, dan kolam - kolam pada saat musim kemarau Andrijana 1995; www.fishbase.org. Periode tua senescent merupakan periode umur tua. Pada beberapa jenis ikan, periode ini terjadi pada saat pertumbuhan ikan berhenti, gonad beregenerasi, dan tidak bisa lagi menghasilkan gamet. Jhingran 1975 menyatakan bahwa ikan betok di India mempunyai jenis makanan yang berbeda di setiap periode hidupnya. Pada periode larva, makanan ikan betok adalah protozoa dan kutu air. Pada periode juvenil, makanannya adalah larva serangga, jentik-jentik nyamuk, dan kutu air. Pada periode dewasa, makanan ikan ini adalah serangga, kutu air, fragmen tumbuhan yang jatuh ke air, serta ikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Samuel et al. 2002 di Danau Arang-arang Jambi juga tidak berbeda nyata dan menyatakan bahwa makanan ikan betok dewasa adalah ikan, cacing, dan detritus. Menurut Sarnita 2001, ikan betok yang tertangkap di Danau Betutu, Kalimantan Timur merupakan pemakan plankton.

2.5.1. Nisbah kelamin

Nisbah kelamin diduga mempunyai keterkaitan dengan habitat suatu spesies ikan. Nikolsky 1969 menyatakan bahwa perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama musim pemijahan. Ikan jantan lebih banyak mengalami perubahan nisbah kelamin secara teratur dalam ruaya pemijahannya. Pada awalnya jumlah ikan jantan lebih banyak dibandingkan dengan ikan betina, kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1:1 diikuti dengan dominasi ikan betina. Perbandingan nisbah kelamin 1:1 merupakan kondisi yang ideal. Namun pada kenyataannya di alam, perbandingan nisbah kelamin tidaklah mutlak. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh pola distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, serta keseimbangan rantai makanan Effendie 1997. Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya pola tingkah laku ikan, perbedaan laju mortalitas, dan pertumbuhan Turkmen et al. 2002 in Simanjuntak 2007. 10

2.5.2. Tingkat kematangan gonad TKG

Tingkat kematangan gonad TKG merupakan tahap perkembangan gonad sejak sebelum hingga setelah ikan memijah. Saat mulai berkembang, gonad betina telur sudah mulai terlihat dan akan memenuhi rongga tubuh saat memasuki tahap matang, sedangkan gonad jantan testis akan berwarna pucat saat mulai matang Effendie 1997. Menurut Effendie 1997, penentuan TKG dapat dilakukan secara morfologi dan histologi. Penentuan secara morfologi dapat dilihat dari bentuk, panjang dan warna, serta perkembangan isi gonad, sedangkan penentuan TKG secara histologi dapat dilihat dari anatomi perkembangan gonadnya. Pada sebagian besar ikan teleostei bertulang sejati, testes pada ikan jantan dan ovarium pada ikan betina merupakan organ kembar yang memanjang dan menempel pada dinding tubuh bagian atas Sjafei et al. 1992. Dalam proses reproduksi, awalnya gonad berukuran kecil, kemudian membesar dan mencapai maksimal pada waktu akan memijah, kemudian menurun kembali selama pemijahan berlangsung sampai selesai pemijahan Effendie 1979. Tingkat kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan - ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak melakukan reproduksi sehingga diperoleh informasi waktu ikan itu memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah Effendie 1997. Lagler et al. 1977 menyatakan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali matang gonad yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi antara lain makanan, suhu, arus, serta adanya individu lain yang mempunyai tempat memijah yang sama. Sedangkan faktor dalamnya adalah perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat - sifat fisiologi dari ikan itu sendiri seperti kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Ukuran ikan pada waktu pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya Affandi Tang 2002 . Setiap spesies ikan pada waktu pertama kali matang gonad memiliki ukuran yang tidak sama walaupun ikan tersebut satu spesies. Hal tersebut diakibatkan karena adanya perbedaan kondisi ekologis perairan Blay Egeson 1980 in Makmur Prasetyo 2006. Pulungan dan Amin 1993 in Andrijana 1995 melaporkan bahwa ikan betok jantan mulai mengalami matang gonad pertama kali pada ukuran 72 mm sedangkan betinanya pada ukuran 68 mm dengan fekunditas 712 - 8 224 butir telur. Pada saat matang gonad, ikan jantan berwarna kehitaman dan memiliki sirip 11 anal yang lebih panjang daripada betina. Setelah pertama kali matang gonad pada umumnya ikan akan terus menerus memijah, tergantung dari daur pemijahannya. Faktor - faktor yang mempengaruhi dan menentukan daur reproduksi ikan antara lain suhu, oksigen terlarut, dan faktor - faktor lingkungan lainnya serta hormon - hormon yang berperan dalam proses reproduksi Effendie 1997.

2.5.3. Indeks kematangan gonad IKG

Dokumen yang terkait

Kajian kebiasaan makanan dan kaitannya dengan aspek reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada habitat yang berbeda di lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur

0 30 250

Karakterisik Fenotip Morfometrik dan Genotip RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Ikan Betok Anabas testudineus (Bloch, 1792)

0 6 33

Keanekaragaman genetik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada tiga tipe ekosistem perairan rawa di Provinsi Kalimantan Selatan

0 3 105

Evaluasi Waktu Pemberian Pakan Buatan Pada Larva Ikan Betok (Anabas Testudineus Bloch)

0 7 31

Studi perkembangan dan pematangan akhir gonad ikan betok (Anabas testudineus Bloch) dengan rangsangan hormon

0 4 98

PEMIJAHAN IKAN BETOK (Anabas Testudineus Bloch) YANG DIRANGSANG EKSTRAK HIPOFISA IKAN BETOK DENGAN RASIO BERAT IKAN DONOR DAN RESIPIEN BERBEDA

0 1 12

PEMIJAHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) YANG DIINDUKSI DENGAN EKSTRAK HIPOFISA AYAM BROILER

0 14 13

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch, 1792) DI WADUK SEMPOR, KEBUMEN BIOLOGICAL ASPECT OF REPRODUCTION OF CLIMBING GOURAMY (Anabas testudineus Bloch, 1792) IN SEMPOR RESERVOIR, KEBUMEN

0 0 15

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch, 1792) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR [Reproductive biology of climbing perch (Anabas testudineus Bloch, 1792) in floodplain of Mahakam River, East Kalimantan]

0 1 15

Masyarakat Iktiologi Indonesia Morfologi, fisiologi, preservasi sel sperma ikan betok, Anabas testudineus Bloch 1792 dan ketahanannya terhadap kejut listrik

0 0 13