Hubungan Panjang Berat Faktor Kondisi

6 moluska, udang, tumbuhan air, dan anak ikan atau ikan lain yang berukuran lebih kecil Kuncoro 2009. Biasanya setelah hujan lebat, ikan ini terlihat bergerak di daratan menuju kawasan perairan lain. Migrasi umumnya terjadi pada malam hari dan setelah hujan. Saat berpindah tempat mereka menggunakan ekor dan tutup insangnya yang berduri. Tujuan migrasi yang paling utama adalah karena faktor kelaparan starvation, selain untuk memijah. Ikan ini menyukai daerah lakustrin dengan suhu perairan antara 15 - 31 C Dinas Perikanan Daerah Tingkat I Jambi 1995.

2.3. Hubungan Panjang Berat

Pertumbuhan pada tingkat individu didefinisikan sebagai pertumbuhan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan pada tingkat populasi merupakan peningkatan biomass suatu populasi yang dihasilkan oleh akumulasi bahan-bahan dari dalam lingkungannya Aziz 1989. Pola pertumbuhan ikan dapat diketahui dengan melakukan analisis hubungan panjang berat ikan tersebut. Berat dapat dianggap sebagai fungsi dari panjang. Hubungan ini juga dapat menerangkan pertumbuhan ikan, kemontokan ikan, dan perubahan lingkungan Effendie 1979. Menurut Effendie 1979, pola pertumbuhan ikan terdiri atas pertumbuhan isometrik b = 3, yaitu perubahan terus - menerus yang bersifat seimbang di dalam tubuh ikan dimana pertumbuhan panjang sama dengan pertumbuhan beratnya dan pertumbuhan allometrik b ≠ 3, yaitu perubahan yang tidak seimbang di dalam tubuh ikan dan dapat bersifat sementara. Pada pola pertumbuhan allometrik, pertumbuhan panjang dapat lebih dominan daripada pertumbuhan berat ataupun sebaliknya. Jika pertumbuhan panjang lebih dominan dari pertumbuhan berat disebut pertumbuhan allometrik negatif b 3 dan jika pertumbuhan berat yang lebih dominan dari pertumbuhan panjang disebut pertumbuhan allometrik positif b 3. Ikan betok jantan memiki berat yang lebih besar daripada ikan betina pada panjang tubuh yang sama Lingga Heru 1991 in Andrijana 1995.

2.4. Faktor Kondisi

Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dilihat dari kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan bereproduksi Effendie 1979. Faktor kondisi bergantung kepada kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad, makanan, jenis kelamin, dan umur. Faktor kondisi dapat digunakan untuk menduga kecocokan suatu 7 spesies ikan terhadap lingkungannya dengan memperhatikan tempat hidupnya Lagler 1972. Ikan dapat mengalami peningkatan atau penurunan faktor kondisi dalam daur hidupnya. Keadaan ini mengindikasikan adanya musim pemijahan bagi ikan betina. Menurut Effendie 1997, peningkatan faktor kondisi diakibatkan oleh perkembangan gonad yang akan mencapai puncaknya sebelum pemijahan. Ikan yang cenderung menggunakan cadangan lemaknya sebagai sumber tenaga selama proses pemijahan, pada umumnya akan mengalami penurunan faktor kondisi Effendie 1979.

2.5. Biologi Reproduksi

Dokumen yang terkait

Kajian kebiasaan makanan dan kaitannya dengan aspek reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada habitat yang berbeda di lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur

0 30 250

Karakterisik Fenotip Morfometrik dan Genotip RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Ikan Betok Anabas testudineus (Bloch, 1792)

0 6 33

Keanekaragaman genetik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada tiga tipe ekosistem perairan rawa di Provinsi Kalimantan Selatan

0 3 105

Evaluasi Waktu Pemberian Pakan Buatan Pada Larva Ikan Betok (Anabas Testudineus Bloch)

0 7 31

Studi perkembangan dan pematangan akhir gonad ikan betok (Anabas testudineus Bloch) dengan rangsangan hormon

0 4 98

PEMIJAHAN IKAN BETOK (Anabas Testudineus Bloch) YANG DIRANGSANG EKSTRAK HIPOFISA IKAN BETOK DENGAN RASIO BERAT IKAN DONOR DAN RESIPIEN BERBEDA

0 1 12

PEMIJAHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) YANG DIINDUKSI DENGAN EKSTRAK HIPOFISA AYAM BROILER

0 14 13

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch, 1792) DI WADUK SEMPOR, KEBUMEN BIOLOGICAL ASPECT OF REPRODUCTION OF CLIMBING GOURAMY (Anabas testudineus Bloch, 1792) IN SEMPOR RESERVOIR, KEBUMEN

0 0 15

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch, 1792) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR [Reproductive biology of climbing perch (Anabas testudineus Bloch, 1792) in floodplain of Mahakam River, East Kalimantan]

0 1 15

Masyarakat Iktiologi Indonesia Morfologi, fisiologi, preservasi sel sperma ikan betok, Anabas testudineus Bloch 1792 dan ketahanannya terhadap kejut listrik

0 0 13