penilaian berdasarkan standar ILO. Ada maupun tidak ada perbedaan yang signifikan, kedua hasil uji Kruskal-Wallis tersebut ditinjau kembali rata-rata nilai
dari penilaian berdasarkan standar ILO dengan menggunakan Skala Likert bernilai antara “1” sampai dengan “5”. Sehingga dapat diketahui tingkat kompetensi yang
dimiliki responden berdasarkan standar ILO. Apabila telah diketahui perbedaan, maka dari perbedaan tersebut ditinjau selisihnya dengan cara penilaian, yaitu
dengan menghitung selisih antara penilaian bardasarkan standar ILO dikurangi nilai dari persepsi responden sehingga dapat diketahui bernilai positif atau negatif.
Sedangkan korelasi Spearman Rank digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikan atau tidak di antara aspek kompetensi knowledge
dengan skill, knowledge dengan attitude dan skill dengan attitude. Sehingga dengan mengetahui hubungan antar aspek tersebut akan dapat digunakan sebagai
strategi dalam meningkatkan suatu kompetensi, yaitu dengan cara meningkatkan kompetensi lain yang mempengaruhi.
Pembahasan berdasarkan hasil uji yang dilakukan terhadap masing-masing responden adalah sebagai berikut:
5.2.1. Persepsi Perusahaan terhadap K3 dan Hubungan antar Aspek kompetensinya
Kerangka pemikiran yang digunakan dalam pembahasan mengenai persepsi perusahaan terhadap K3 dan hubungan antar aspek kompetensinya disajikan pada
Gambar 10. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Pekerja Bidang Penebangan.
Perusahaan KPH Nganjuk merupakan salah satu perusahaan di provinsi jawa timur yang belum menerapkan peraturan K3. Padahal K3 merupakan hal yang
sangat penting untuk diperhatikan demi kelancaran sistem kerja di perusahaan. Untuk itu dilakukan pengujian dengan menggunakan metode Kruskal-Wallis
terhadap knowledge perusahaan pada taraf nyata 0,01 diperoleh hasil α = 0,01
Asyimp.Sig = 0,511. Maka H diterima, dengan kata lain pada tingkat
kepercayaan 99 pada pengujian knowledge perusahaan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara persepsi perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO
Perusahaan KPH Nganjuk
Uji korelasi Spearman Rank Skill
Nilai = 3.60
Attitude
Nilai = 3.49
Persepsi Perusahaan terhadap K3
Penilaian Berdasarkan Standar ILO
Knowledge
Nilai =3.06
Skill
Nilai = 3.15
Attitude
Nilai = 2.00 Tidak Berbeda Nyata
Tidak Berbeda Nyata
Berbeda Nyata Negatif
α = 0,01 Asyimp.Sig = 0,511
α = 0,01 Asyimp.Sig = 0,020
α = 0,01 Asyimp.Sig = 0,000
Knowledge Skill
Attitude
Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kompetensi
Terdapat Hubungan signifikan pada SK
95 Terdapat Hubungan
signifikan pada SK 95
Terdapat Hubungan signifikan pada SK
95
Input =
= Proses
= Output
Uji Kruskal- Wallis
Knowledge
Nilai =3.77
Gambar 10.
Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Perusahaan KPH Nganjuk
= Perbandingan
Keterangan :
terhadap pelaksanaan K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilainya pada knowledge perusahaan = 3,06. Sehingga bila dilihat berdasarkan Skala Likert, maka
knowledge perusahaan berada pada tingkat cukup mengetahui. Hal ini dapat
diketahui walaupun pihak perusahaan Perhutani KPH Nganjuk berpendidikan tinggi dan ditunjang dengan buku-buku petunjuk pelaksanaan kerja, tetapi masih
belum mengetahui pembuatan peraturan-peraturan mengenai K3 dan menetapkannya bagi pekerja. Selain itu pada waktu memberikan tanggapan pada
kuiasioner yang telah diberikan, ternyata pihak perusahaan masih kurang dalam memberikan penjelasan terhadap tanggapan yang disampaikan.
Pengujian skill perusahaan dengan metode Kruskal-Wallis pada taraf nyata 0,01 diperoleh hasil
α = 0,01 Asyimp.Sig = 0,020. Maka H diterima, dengan kata
lain pada tingkat kepercayaan 99 pada pengujian skill perusahaan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara persepsi perusahaan dengan penilaian berdasarkan
standar ILO terhadap pelaksanaan K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilainya pada skill
perusahaan = 3,15. Sehingga bila dilihat berdasarkan Skala Likert, maka skill
perusahaan barada pada tingkat cukup mampu. Hal ini dapat diketahui walaupun pihak perusahaan di KPH Nganjuk berpendidikan tinggi dan ditunjang dengan
buku-buku petunjuk pelaksanaan kerja, tetapi masih belum mampu membuat peraturan-peraturan mengenai K3 dan menetapkannya bagi pekerja.
Pengujian attitude perusahaan dengan metode Kruskal-Wallis pada taraf nyata 0,01 diperoleh hasil
α = 0,01 Asyimp.Sig = 0,000. Maka H ditolak,
dengan kata lain pada tingkat kepercayaan 99 pada pengujian attitude perusahaan terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi perusahaan dengan
penilaian berdasarkan standar ILO terhadap pelaksanaan K3. Jika dilihat selisih nilai dari perbedaan tersebut adalah bernilai negatif yaitu -1,49, sedangkan jika
ditinjau dari rata-rata nilainya pada attitude perusahaan = 2,00. Sehingga bila dilihat berdasarkan Skala Likert, maka attitude perusahaan barada pada tingkat
tidak mau masih rendah. Hal ini disebabkan karena pada kenyataannya pihak perusahaan di KPH Nganjuk masih belum menetapkan peraturan K3 bagi pekerja,
belum mengadakan pelatihan-pelatihan K3 secara rutin dan juga belum menyediakan peralatan K3 bagi pekerja.
Upaya untuk meningkatkan kompetensi perusahaan perlu dilakukan dengan cara mengetahui hubungan antar aspek kompetensi yaitu dengan menggunakan
metode uji korelasi Spearman Rank. Hasil analisis menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada selang kepercayaan 95 antara knowledge dengan
skill yang dimiliki pihak perusahaan KPH Nganjuk dengan nilai korelasi
Spearman Rank = 0,50 dan nilai Sig.2-tailed = 0,041
α = 0,05 yang berarti H ditolak. Berdasarkan batas-batas nilai koefisien korelasi Nugroho, 2005, maka
nilai korelasi 0,50 menunjukkan adanya hubungan yang kuat. Disebutkan juga bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada selang kepercayaan 95 antara
knowledge dengan attitude yang dimiliki pihak perusahaan KPH Nganjuk dengan
nilai korelasi Spearman Rank = 0,677 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan nilai Sig.2-tailed = 0,003
α = 0,05 yang berarti H ditolak. Selain itu
juga disebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada selang kepercayaan 95 antara skill dengan attitude yang dimiliki pihak perusahaan
KPH Nganjuk dengan nilai korelasi Spearman Rank = 0,584 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan nilai Sig.2-tailed = 0,014
α = 0,05 yang berarti H
ditolak. Kompetensi pihak perusahaan yang perlu ditingkatkan terlebih dahulu
adalah attitude karena berdasarkan penilaian dengan standar ILO nilainya paling rendah dibandingkan nilai knowledge dan skill. Berdasarkan penilaian dengan
standar ILO terhadap attitude pekerja bidang penebangan, hal-hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan attitude adalah:
1. Pihak perusahaan seharusnya menyusun pedoman kebijakan K3,
2. Pihak perusahaan seharusnya melakukan pemberian tugas-tugas terhadap
pekerja sesuai dengan umur, bentuk badan, status kesehatan dan keterampilan mereka.
3. Pihak perusahaan seharusnya menyediakan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan pekerja, cara kerja, organisasi kerja serta pemeliharaan tingkat keterampilan yang tinggi.
4. Pihak perusahaan seharusnya menerapkan hukum, peraturan dan kode praktek
yang berhubungan dengan K3, mengetahui pemeliharaan prosedur untuk menjamin dan meningkatkan kompetensi para pekerja,
5. Pihak perusahaan seharusnya malakukan pemeriksaan kesehatan terhadap
para pekerja. Selain itu juga perlu meningkatkan knowledge dan skill pihak perusahaan
yang berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan attitude
karena berdasarkan hasil analisis dengan uji korelasi Spearman Rank, attitude
mempunyai hubungan yang signifikan dengan knowledge dan skill. Sehingga knowledge dan skill yang ditingkatkan akan mempengaruhi attitude
untuk meningkat. Pasal 14 bab 10 pada UU no 1 tahun 1970 tentang ketenagakerjaan
dinyatakan bahwa.pengurus perusahaan diwajibkan secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja; memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja; dan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja.
5.2.2. Persepsi Pekerja Bidang Penebangan terhadap K3 dan Hubungan