Aspek Kelembagaan Aspek Manajemen Persampahan

4. Aspek sosial yang berupa peran serta masyarakat, pemulung dan swasta, merupakan faktor yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pelaksanaan manajemen persampahan kota.

2.5.1. Aspek Kelembagaan

Institusikelembagaan dalam sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah memegang peranan yang sangat penting, meliputi status, struktur organisasi, fungsi, tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi dari badan pengelola. Menurut Ditjen Cipta Karya 1991 sesuai dengan status kota, untuk kota metropolitan dan kota besar, bentuk badan pengelola sebaiknya suku dinas tersendiri dan selanjutnya dikembangkan menjadi bentuk perusahaan Daerah. Kota dan Kabupaten sebaiknya merupakan Dinas tersendiri, sedangkan kota Administratif sebaiknya merupakan Suku Dinas Kebersihan atau unit pelayanan teknis daerah UPTD dibawah Dinas Kebersihan atau Dinas Pekerjaan Umum Kota. Jumlah personil unit pengelola persampahan harus cukup memadai baik kualitas maupun kuantitasnya sesuai dengan tugasnya. Dalam pengelolaan persampahan masalah kemampuan manajemen dan teknik sangat diperlukan. Tatalaksana institusi pengelolaan persampahan secara umum perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar manajemen yang dapat menciptakan interaksi positif antara unsur-unsur organisasi, sehingga dapat menghasilkan kinerja pengelolaan menjadi lebih optimal baik dari administratif maupun teknis operasional di lapangan. Pengelolaan persampahan dalam kegiatannya sangat ditentukan oleh peraturan yang mendukungnya. Peraturan tersebut melibatkan wewenang dan tanggung jawab pengelolaan kebersihan dan pembayaran retribusi. Menurut Ditjen Cipta Karya 1991 kriteria Peraturan Daerahperaturan yang baik adalah sebagai berikut : a. Sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku dan yang berderajat lebih tinggi. b. Harus sesuai dengan sistem pengelolaan yang akan ditetapkan. c. Peraturan tersebut harus sesuai dengan karateristik yang diterapkan. d. Jelas, tidak banyak mengandung artiterukur. e. Fleksibel, sehingga dapat memberikan pedoman yang luwes. f. Mempunyai masa berlaku yang terbatas. Memperhatikan permasalahan persampahan diperkotaan disini jelasnya bahwa yang menangani persampahan perkotaan adalah Pemerintah Daerah setempat, maka perlu diteliti bagaimana mekanisme kelembagaan dan dinas pengelola dapat melaksanakan pelayanan dalam kondisi sarana dan prasarana maupun dana yang ada. Adapun pelaksanaan pelayanan dari kelembagan pemerintah dalam menangnani persampahan kota adalah memberi pelayanan penyapuan jalan, pengumpulan dan pengangkutan, daur ulang pembuangan akhir. Menurut Ditjen Cipta Karya 1991 jumlah kebutuhan tenaga operasional memperhatikan : a. Pengendalian. b. Jumlah peralatan. c. Rancangan operasional. d. Keperluan tenaga penunjang. e. Beban Penugasan. Sementara menurut Haryoto 1998 jumlah personil institusi pengolahan sampah perlu memperhatikan : a. Rancangan operasional dan beban tugas. b. Jumlah dan jenis peralatansarana pengumpulan Untuk memudahkan perhitungan personil dapat dilakukan dengan pendekatan setiap 1.000 jiwa penduduk dibutuhkan 2 orang petugas. Bila kita melihat penanganan sampah di negara lain, maka akan terlihat bahwa masalah sampah merupakan suatu hal yang harus ditangani secara serius dan melibatkan banyak pihak lintas sektoral. Di negara Jepang, manajemen persampahan melibatkan 16 kementrian dan di Singapura melibatkan 14 departemen

2.5.2. Aspek Teknis