Jalan permanen dirancang untuk beban kendaraan dengan ban rangkap sebesar 4 ton. Kondisi fisik jalan permanen masih baik, tetapi pada beberapa
tikungan masih kurang lebar sehingga apabila ada kendaraan truk pengangkut sampah berpaspasan, laju kendaraan menjadi sedikit lambat, kemacetan sering
terjadi disebabkan oleh banyak mobil yang sedang beroperasi parkir di pinggir jalan. Sementara ini jalan masuk dan keluar yang menghubungkan lokasi TPA
dengan jaringan jalan kota Jalan Utama hanya 1 satu jalan yaitu dari Pengkalan 5 Jalan Raya Narogong.
c. Jalan Kerja
Jalan kerja adalah jalan operasional yang berada di dalam lokasi TPA dan berfungsi sebagai lintasan kendaraan angkutan truk sampah untuk dapat sedekat
mungkin dengan sel timbunan sampah. Lebar bada jalan kerja adalah 6 m dan lebar bahu jalan masing-masing 1,5 m.
Pada tempat-tempat tertentu tiap jarak minimum 50 m bahu jalan diperlebar menjadi 6 m untuk dimanfaatkan sebagai lokasi kerja penurunan
sampah tipping ramp. Pada umumnya kondisi jalan kerja, yang dikonstruksi dengan Mac-Adam dan dilapisi Asphalt, sebagai besar masih dalam keadaan baik
jalan kerja yang rusak terdapat I lahan Zone III B dan Zone I.
1. Drainase
Saluran drainase di TPA Bantargebang dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Drainase Jalan
Berada di sisi sepanjang jalan penghubung yang berfungsi untuk mengalirkan limpasan air dari badan jalan. Drainase jalan hanya terdapat di zone
III dengan kondisi masih baik.
b. Drainase Lahan
Saluran Drainase ini berfungsi untuk mengalirkan limpasan air permukaan dari lahan TPA agar mengalir ke bangunan pengolahan Leachate BPL sehingga
dapat diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke badan air penerima. Drainase lahan merupakan saluran permanen dari konstruksi beton dan dibuat mengelilingi
lahan. Dinding saluran dibuat kedap sehingga tidak terjadi infiltrasi ke arah samping. Drainase lahan baru dibanguan di zone I dengan kondisi masih baik
tetapi dibeberapa tempat tersumbat oleh sampah sehingga aliran sedikit terganggu.
Drainase lahan di zone I tidak dialirkan ke BPL terdekat tapi langsung di alirkan ke badan air penerima terdekat yaitu S. Ciketing.
2. Pipa Ventilasi Gas
Dekomposisi sampah dalam hal ini senyawa organik dalam kondisi anaerobik dapat menimbulkan gas terutama gas methan, CH4, CO2, dan
karbondioksida. Dalam usaha pengendalian gas tersebut maka disetiap zone di TPA Bantargebang dilengkapi dengan pipa ventilasi. Pipa ventilasi terbuat dari
bahan PVC diameter 10 cm yang dilubangi dan dipasang pada dinding-dinding bukit lapisan tanah penutup. Sedangkan setelah mencapai bukit akhir pipa
dipasang vertikal 2 m diatas bukit akhir. Pipa ventilasi gas pada beberapa tempat ada yang hilang sedangkan yang masih ada berfungsi dengan baik.
3. Bangunan pengolahan
leachate
Lahan pembuangan akhir sampah Bantargebang mempunyai empat bangunan pengolahan Leachate BPL yaitu di zone I, II, III, IV dan zone V.
Permasalahan pada BPL di ketiga zone itu adalah hasil akhir effluent proses tidak mencapai suatu hasil seperti distandarkan pada perencanaan. Dalam hal ini
ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dari proses pengolahan leachate yaitu :
a.
Perencanaan.
b.
Pelaksanaan.
c.
Pengoperasian.
4. Bangunan Penunjang
Bangunan Penunjang yang ada di TPA Bantargebang – Bekasi terdiri dari empat bagian yaitu:
1. Jembatan Timbang
Jembatan timbang yang dipergunakan adalah secara digital berfungsi untuk menimbang volume atau berat sampah ke TPA per truk, sehingga dapat diketahui
jumlah volume atau berat sampah perhari yang dilayani TPA Bantargebang – bekasi. Kondisi Jembatan Timbang ini saat ini masih dapat dioperasikan dengan
baik.
2. Kantor Pengelola TPA
Kantor Pengelola ini memantau segala kegiatan yang terjadi di TPA dikantor ini dicatat:
a.
Jumlah kendaraan yang masuk perhari
b.
Volume sampah yang masuk perhari
c.
Jumlah kendaraan pengangkut sampah yang beroperasi
d.
Jumlah alat berat yang beroperasi
3. Garasi
Garasi ini berfungsi untuk parkir alat berat agar terlindung dari panas dan hujan, saat ini garasi berfungsi pula sebagai bengkel alat berat yang rusak.
Kapasitas garasi adalah untuk 4 kendaraan
4. Sarana cuci mobilkendaraan alat berat
Kapasitas sarana cuci mobil adalah untuk 2 kendaraan. Sarana ini dilengkapi dengan pompa air sumur dangkal.
4.2.3 Pelaksanaan Operasional Penimbunan Sampah
Sistem pemusnahan sampah yang dilaksanakan di lokasi pemusnahan Akhir Sampah TPA Bantargebang Bekasi adalah controled landfill. Kegiatan penutup
tanah harian tidak dilakukan setiap hari bahkan mungkin tidak dilakukan sama sekali. Kendala yang ada adalah :
a Ketersediaannya tanah penutup yang kurang karena kesulitan memperoleh
sumber tanah penutup b
Kurangnya peralatan untuk pekerjaan tanah penutup. Kondisi alat berat yang ada sekarang ini hanya cukup untuk membantu pembuanganpemindahan
sampah dari truk pengangkut ke lahan, itupun dengan kondisi mesin yang meragukan.
4.3 Kondisi Saat Ini Pengelolaan Sampah di DKI Jakarta
Pada tahun 1988 dengan jumlah penduduk 5 juta jiwa diperkirakan produksi sampah per hari di Jakarta sebesar 600 ton sampah per hari atau rata-rata 2,67 liter
per orang perhari, delapan tahun kemudian, pada tahun 1996 dengan penduduk 7,9 juta jiwa diperkirakan produksi sampah itu meningkat menjadi 25.800 m3
perhari atau rata-rata 2,92 liter perhari dinas kebersihan 1988, 1997. Pada tahun 1988 sampah yang dapat di angkut rata-rata per hari 16.452 m3 atau 83 dari
jumlah yang produksi, ini berarti selama kurun waktu sepuluh tahun upaya yang telah dilakukan hanya dapat meningkatkan daya angkut sampah sebanyak 3 dan
ini terjadi terutama karena proses urbanisasi dan industrialisasi yang amat pesat yang terjadi di Jakarta yang disertai dengan peningkatan pendapatan penduduk
Jakarta. Dengan jumlah penduduk DKI Jakarta 8,4 juta Jiwa Tahun 2001. Produksi
sampah Kota Jakarta mencapai 25.600 m3hari dengan laju timbulan sampah 2,67 literoranghari. Kompisisi sampah di DKI Jakarta terdiri 65 sampah organik
dan 35 sampah non organik, dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Prosentase Komposisi Sampah di Propinsi DKI Jakarta.
NO. JENIS SAMPAH
PROSENTASE
1. Sampah organic
65.05 2.
Sampah non organik -
Kertas 10.11
- Kayu
3.12 -
Kaintekstil 2,45
- Karetkulit tiruan 0,55
- Plastik
11,08 -
Logammetal 1,90
- Kacagelas
1,63 -
Baterai 0,28
- Tulang kulit telur 1,09
- Lain-lain
2,74
Total 100,00
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
Dengan kandungan organik sebesar 65, metode pengomposan merupakan salah satu alternatif yang cocok diterapkan pada pengolahan akhir
sampah DKI Jakarta, karena kandungan organiknya yang tinggi. Pada sampah non organik sampah plastik dan kertas adalah bagian terbesar, hal ini merupakan
potensi besar untuk melakukan usaha daur ulang, baik berupa bahan-bahan yang dapat digunakan langsung, dikembalikan kepada produsen atau bahan yang
diproses terlebih dahulu sebelum dapat digunakan.
4.4 Cara Pengelolaan Sampah