Aspek Sosial Aspek Manajemen Persampahan

Menurut Davey 1988, retribusi adalah pungutan yang dibayar langsung oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan dan biasanya dimaksud untuk menutup seluruh atau sebagai dari biaya pelayanan. Sementara menurut Soedargo dan Wartini 2001, retribusi adalah suatu pungutan sebagai pembayaran untuk jasa yang oleh negara secara langsung diberikan kepada yang berkepentingan. Sedangkan menurut Munawir dan Wartini 2001, retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjukan. Salah satu cara untuk mengukur kinerja suatu organisasi adalah melihat efisiensi dan efektivitas. Menurut Jones dan Pendlburg 1996, efisiensi pada dasarnya adalah optimalisasi penggunaan sumber-sumber dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut, sedangkan efektivitas menunjukan pada keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Sementara menurut Devas 1989, efektivitas yaitu mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dan potensi hasil pajak itu, dengan anggapan semua wajib pajak membayar pajak masing- masing dan membayar seluruh pajak terhutang masing-masing juga.

2.5.4. Aspek Sosial

Bahwa berhasilnya pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila tergantung kepada partisipasi seluruh rakyat serta pada sikap mental, tekat dan semangat, ketaatan dan disiplin para penyelenggara serta seluruh rakyat Indonesia. Dari rumusan di atas dapat ditarik pemikiran bahwa peran serta masyarakat dalam pembangunan menyangkut kepada seluruh rakyat termasuk para penyelenggara negara. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan saluran hirarki di dalam masyarakat yang seharusnya ditempuh oleh penyelenggara pembangunan. Sebagaimana telah diungkapkan, bahwa dalam usaha pembangunan, peran serta seluruh masyarakat sangat diperlukan. Pembangunan tidak bisa dilaksanakan tanpa peran serta masyarakat. Untuk dapat menerima peran serta masyarakat. Memahami pengertian peran serta, dapat dikemukakan pendapat-pendapat para ahli sebagai berikut : Alport dan Sastropoetro 1998 menyatakan, the person who participates is ego-involved instead of merely task involved. Maksudnya bahwa seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja. Dengan keterlibatan dirinya, berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya. Davis 1962 dan Armen 1987 memberikan definisinya sebagai berikut : Participation can be defined as mental and emotional involvement of a person in group situation which encourages him to contribute to group goals and share responsibility in them. Pendapat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut : Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental, pikiran dan emosi perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut serta bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Ada tiga unsur penting yang dimaksud Davis 1962 dalam Armen 1987 dalam peran serta yang memerlukan perhatian khusus, yaitu : a. Bahwa peran serta, sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah. b. Unsur tanggung jawab. Unsur ini merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. c. Kesediaan memberikan suatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok, ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok. Sehubungan dengan masalah di atas, dalam pelaksanaannya serta peran serta tersebut dapat berupa : pikiran, tenaga, pikiran dan tenaga, barang dan berupa uang. Santosa dan Iskandar dan Sastropoetro 1986 mengemukakan, ada enam elemen untuk terwujudnya peran serta masyarakat yaitu : a. Rasa senasib sepenanggungan. b. Keterlibatan terhadap tujuan hidup. c. Kemahiran untuk menyesuaikan dengan perubahan keaadaan. d. Adanya prakarsawan. e. Iklim partisipasi dan. f. Adanya pembangunan itu sendiri. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan. Sastropoetro 1986 mengemukakan sepuluh alasan tentang pentingnya peran serta atau partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu : a. Dengan partisipasi lebih banyak hasil kerja yang dapat dicapai. b. Dengan partisipasi memiliki nilai dasar yang sangat berarti untuk peserta, karena menyangkut harga dirinya. c. Dengan partisipasi pelayanan dapat diberikan dengan biaya yang murah. d. Partisipasi mendorong timbulnya rasa tanggung jawab. e. Partisipasi nerupakan katalisator untuk pembangunan selanjutnya. f. Partisipasi menjamin, bahwa suatu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat telah dilibatkan. g. Partisipasi menjamin, bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar. h. Partisipasi menghimpun dan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang terdapat di dalam masyarakat, sehingga terjadinya perpaduan berbagai keahlian. i. Partisipasi membebaskan orang dari ketergantungan kepada keahlian orang lain. j. Partisipasi lebih menyadarkan menusia terhadap penyebab dari kemiskinan, sehingga menimbulkan kesadaran terhadap usaha untuk mengatasinya. Perlu juga dikemukakan, bahwa ada lima unsur penting yang turut menentukan peran serta masyarakat : a. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif. b. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang menumbuhkan kesadaran. c. Kesadaran yang didasarkan kepada perhitungan dan pertimbangan. d. Antusiasme yang menumbuhkan spontanitas, yaitu kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain. e. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.

2.6. Peran Serta Masyarakat dalam Penanggulangan Sampah