2.6. Peran Serta Masyarakat dalam Penanggulangan Sampah
Adanya peran serta masyarakat yang baik akan memudahkan pelaksanaan operasional di lapangan dan bahkan dapat menurunkan biaya pengelolaan.
Dengan demikian maka diperlukan suatu program untuk meningkatkannya secara terpadu, teratur dan terus menerus serta dapat bekerja sama dengan organisasi
yang terdapat dalam masyarakat. Pola pendekatan peran serta masyarakat untuk kota-kota kecil dimana
struktur masyarakatnya lebih homogen dan sederhana atau daerah yang berpenghasilan rendah adalah melalui pendekatan terhadap tokoh masyarakatnya
sedangkan untuk kota metropolitan dan kota-kota besar lainnya dimana struktur masyarakatnya lebih heterogen dan kompleks atau daerah-daerah yang
berpenghasilan menengah ke atas dan tempat-tempat umum, pendekatannya adalah melalui pendekatan institusional dan kelembagaan yang ada seperti
LKMD, RW, dan RT. Tinjauan terhadap peranan masyarakat terhadap penanganan sampah kota
menjadi penting karena penyebab dari adanya masalah adalah karena masyarakat itu sendiri dapat diatur kondisi pengelolaan sampah pada kawasan-kawasan
kumuh yang tidak dapat dijangkau oleh pelayanan DPKP. Secara komunal pengumpulan sampah-sampah dari rumah-rumah ke TPS akan lebih praktis
dibandingkan dengan pola individual. Manusia bersama dengan lingkungan hidupnya berada dalam suatu
ekosistem. Kedudukan manusia didalam kesatuan ekosistem adalah sebagai bagian bersama unsur-unsur lain yang tidak mungkin dipisahkan, karena itu
kelangsungan hidup manusia tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya. Agar kelestarian ekosistem itu dapat terjamin, maka manusia harus menjaga keserasian
hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya, apabila terganggu maka akan terganggu pula kesejahteraan manusia tersebut.
Tingkah laku selalu mempengaruhi keharmonisan dan keseimbangan lingkungannya, karena itu pula manusia akan berusaha meningkatkan kualitas
lingkungan hidupnya itu. Manusia berkeyakinan semakin tinggi kualitas lingkungannya maka semakin banyak pula manusia dapat mengambil keuntungan
dan semakin besar pula daya dukung hidupnya. Hal ini senada dengan pendapat
Resosoedarmo, Kartawinata dan Soegiarto 1987, bahwa manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan juga mengusahakan sumberdaya alam lingkungannya
demi hidupnya. Menurut Soemarwoto 1987, dengan lingkungan yang baik dapat
ditingkatkan mutu kehidupan, sehingga membuat setiap orang kerasan tinggal di dalam lingkungannya. Kebersihan dan keindahan adalah keadaan yang sesuai
dengan tata lingkungan untuk memenuhi harapan dalam menghasilkan sebuah kota yang berkembang secara dinamis dalam mewujudkan keseimbangan antara
alam dan manusia. Oleh karena itu kota bersih dan indah merupakan kebutuhan bagi masyarakat, maka selayaknya warga masyarakat kota bersama-sama dengan
pemerintah daerah bertanggung jawab menjaga dan memelihara serta menyelenggarakan kebersihan dan keindahan kota.
Masyarakat diharapkan ikut serta, karena hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat adalah untuk
kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Sesuai dengan pendapat Tjokroamidjojo 1997 dan Panuju 1999, bahwa keterlibatan masyarakat secara aktif dapat lebih
terlaksana apabila pembangunan itu sendiri berorientasi pada kepentingan masyarakat. Menurut Santono dan Iskandar 1984, peran serta masyarakat
diharapkan dalam menyertai pemerintah dalam memberikan bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat dan menjamin kebersihan usaha
pembangunan. Agar lingkungan hidup yang teratur, indah serta nyaman dapat
diwujudkan, maka diperlukan suatu pengaturan, pengaturan kebersihan merupakan hal yang sangat luas yaitu berupa segala tindakan untuk menuju
terciptanya lingkungan yang serasi dan warga yang tinggal di dalamnya tetap sehat serta merasa nyaman.
Hubungan antara aspek-aspek manajemen pengelolaan persampahan disajikan pada gambar 2.4.
Sumber : Ditjen Cipta Karya 1991
Gambar 2.4. Aspek Manajemen Persampahan
2.7. Organisasi