Pengertian Sampah Prinsip-prinsip Pengolahan Persampahan

TPA Bantargebang dari sektor informal berasal dari penjualan ulang dari bahan- bahan yang dapat diolah kembali. Pada umumnya sampah-sampah yang di produksi di DKI Jakarta yang dibuang ke TPA Bantargebang Bekasi, memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi terutama bahan-bahan yang dapat di daur ulang yang kemudian ditawarkan kembali ke industri-industri yang membutuhkannya. Potensi nilai ekonomi yang diperoleh dari beberapa pengumpul sampah yang dapat di daur ulang seperti kertas, karbon, plastik, besi tua, kaca, alumunium dan karung yang masing-masing mempunyai nilai jual per kg nya cukup baik yang akan disetorkanpada sentra penjualan sampah. Semua sentra penjualan sampah tersebut menjadi aset yang sangat potensial secara ekonomi bagi masyarakat di sekitar TPA Bantargebang, Bekasi. Dengan melihat jumlah sentra penjualan sampah diatas berarti sentra tersebut juga menyerap tenaga kerja informal yang cukup besar terutama di tiga desa di TPA Bantargebang, yang cukup besar memberikan andil dan kontribusi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah di Kabupaten Bekasi.

2.2. Pengertian Sampah

Berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia untuk kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi barang dari sumberdaya alam disamping menghasilkan barang yang akan dikonsumsi manusia dihasilkan pula bahan buangan yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh manusia. Bahan buangan makin hari makin bertambah banyak, hal ini erat hubungannya dengan makin bertambahnya jumlah penduduk disatu pihak, ruangan hidup menerima relatif tetap. Bahan buangan ini dikenal dengan istilah waste limbah yang dalam wujudnya berbentuk padat, cair dan gas Murthado dan Said, 1987. Para ahli kesehatan lingkungan telah memberikan bahasanpengertian tentang sampah, antara lain sampah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia termasuk kegiatan industri, tetapi yang bukan biologis karena human waste tidak termasuk di dalamnya Azwar, 1983. Pusat Pendidikan Nasional Kesehatan RI 1987 mendefinisikan sampah adalah benda yang tidak dipakai, tidak diinginkan dan dibuang, yang berasal dari suatu aktifitas dan bersifat padat tidak termasuk buangan yang bersifat biologis. Sementara Hadiwiyoto 1983 mengatakan bahwa sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya. Ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian. Dari beberapa pendapatpengertian di atas, untuk memperjelas pengertian sampah, maka batasan-batasan lain, menurut Putranto 1983 sampah adalah : 1. adanya suatu benda atau zat padat atau buangan. 2. adanya hubungan langsungtidak langsung dengan aktivitas manusia. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dalam arti pembuangan dengan cara yang diterima oleh umum perlu pengolahan yang baik.

2.3. Prinsip-prinsip Pengolahan Persampahan

Pengolahan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah yang dihasilkannya, yang secara tidak langsung turut memelihara kesehatan masyarakat serta menciptakan suatu lingkungan yang bersih, baik dan sehat. Pada awalnya, pemukiman seperti di pedesaan yang kepadatan penduduknya masih sangat rendah, secara alami tanahalam masih dapat mengatasi sampah yang timbul. Namun dengan perkembangan penduduk dengan aktivitas manusia yang lebih luas serta adanya jenis sampah akibat dari kemajuan teknologi yang sulit terurai, mulailah sampah menimbulkan masalah bagi lingkungan. Makin padat penduduk suatu pemukiman atau kota dengan segala aktivitasnya, permasalahan sampah semakin perlu dikelola secara profesional. Menurut Ditjen Cipta Karya 1991 untuk dapat mengelola sampah pemukiman atau kota yang sampahnya semakin banyak dan masalah yang kompleks, diperlukan : 1. Suatu lembaga atau institusi yang dilengkapi dengan : a peraturan, b pembiayaanpendanaan, dan c peralatan penunjang yang semuanya menjadikan suatu sistem. 2. Kesadaran masyarakat yang cukup tinggi. Dalam pengolahan sampah semacam ini dituntut suatu pelayanan yang cepat dengan kapasitas yang besar. Untuk proses pengumpulan dan pengangkutan sampah khususnya dari daerah urban. Pengolahan inipun perlu dilaksanakan secara efektif dan efisien dan dengan program yang terencana agar dapat menekan biaya. Penanganan kebersihan semacam ini baru akan berhasil baik bila masyarakat juga terlibat langsung atau berperan serta secara aktif terutama dalam mengikuti peraturan kebersihan umum, pembayaran retribusi maupun cara-cara menangani sampah yang diproduksinya secara baik dan benar. Informasi yang jelas perlu disampaikan kepada masyarakat sehingga menyadari bahwa perbedaan tingkat pelayanan dan kualitas akan memerlukan biaya yang berbeda pula. Oleh karena itu apabila masyarakat menginginkan suatu pelayanan yang lebih baik peningkatan kualitas, harus menyadari bahwa untuk tingkat pelayanan tersebut diperlukan kontribusi masyarakat yang lebih besartinggi pula. Sebagai contoh bila semula dilayani dengan pola komunal dan ingin dilayani dengan pola individual langsung door to door dengan truk, maka akan diperlukan biaya operational dan maintenance operasional dan pemeliharaan yang lebih besar berarti masyarakat tersebut harus membayar retribusi yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat pelayanan yang diperolehnya. Harus disadari bahwa penduduk kota juga merupakan bagian dari masalah pengolahan persampahan yang memerlukan perhatian tersendiri. Agar menyadari pentingnya peran aktif dari masyarakat, perlu diberikan informasi dan penyuluhan serta diikutsertakan dalam proses penentuan cara penanganan sampah yang akan diterapkan, khusunya dalam kegiatan pengumpulan sampah. Pada dasarnya pengolahan sampah ada 2 macam, yaitu pengolahanpenanganan sampah setempat individu dan pengolahan sampah terpusat untuk lingkungan pemukiman atau kota. 3. Penanganan setempat. Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah perkarangannya atau dengan cara lain yang masih dapat dibenarkan. 4. Pengelolaan terpusat Pengelolaan persampahan secara terpusat, khususnya dalam teknis operasional, adalah suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu pemukiman atau kota.

2.4. Manajemen Persampahan Kota