Aspek Teknis Aspek Keuangan

2.5.2. Aspek Teknis

1. Teknis Operasional Menurut Haryoto 1998 teknis operasional pengelolaan sampah bersifat internal dan secara berantai dengan urutan sebagai berikut : a. Pewadahan, kegiatan penampungan sampah secara individual atau komunal. b. Pengumpulan, kegiatan proses pengambilan sampah dari tempat-tempat pewadahan sumber timbulan sampah ke TPS. c. Pemindahan, kegiatan pemindahan sampah hasil pengumpulan ke dalam truck pengangkutan atau kontainer. d. Pengolahan, kegiatan penanganan sampah yang bertujuan unuk mengurangi volume reduction sampah dengan mendaur ulang untuk dimanfaatkan kembali reuse atau mengubah menjadi produk lain atau energi recyle melalui proses pengomposan composting, pembakaran inceneration, penghalusan dan pemadatan. e. Pembuangan akhir, kegiatan proses pembuangan dan pemusnahan sampah padat dari hasil kegiatan pengumpulan dan pengangkutan, maupun hasil buangan dari kegiatan pengolahan sampah kesuatu lokasilahan TPA. Menurut Jacobsen dan Nurmandi 199 untuk mengevaluasi aspek phisik yaitu sebagai berikut : a Masyarakat yang dilayani sistem pengumpulan. b Jumlah sampah kota yang dikumpulkan setiap hari. c Jumlah pekerja pengumpul. d Jumlah dan tipe fasilitasi pengumpul. e Efisiensi tenaga kerja yang diukur dalam masyarakat yang dapat dilayani persatuan kerja dan jumlah pekerja per kendaraan. f Efisiensi kendaraan, yang diukur dalam masyarakat yang dilayani perkendaraan dalam jumlah m3 per kendaraanhari. g Jarak pengangkutan ke lokasi transfer dan TPA. h Tipe-tipe dan kapasitas TPA. 2. Syarat-syarat Peletakan. Penempatan tempat penampungan sementara, kontainer dan tempat pembuangan akhir menurut Tchobanoglous, Theisen dan Virgil 1993 harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut : a Area yang tersedia. b Dampak. c Jarak. d Kondisi tanah dan tofografinya. e Klimatologi daerah setempat. f Permukaan air tanah. g Geologi dan hidrologi. h Kondisi Lingkungan. i Kegunaan pokok.

2.5.3. Aspek Keuangan

Menurut Haryoto 1998 kebutuhan biaya yang berfungsi untuk membiayai operasional persampahan kota di Indonesia yang dimulai dari penyapuan jalan, pengumpulan,transfer dan pengangkutan, pengolahan sampah dan pembuangan akhir, agar cukup memadai, minimal 5 sampai 10 dari APBD. Menurut Ditjen Cipta Karya 1991 dalam teknis operasional pengolahan sampah, biaya untuk kegiatan pengumpulan sampah dapat mencapai lebih kurang 40 dari total biaya operasional. Oleh karena besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah dan kebersihan sementara terbatas kemampuan keuangan daerah perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan pengelolaan retribusi pelayanan persampahan kebersihan yang dengan sendirinya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD secara khusus serta dapat memberikan kontribusi yang diharapkan cukup baik bagi kemampuan keuangan daerah secara umum. Pemberdayaan potensi Pendapatan Asli Daerah PAD harus lebih ditingkatkan mengingat PAD adalah sumber yang sering dijadikan tolak ukur kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah dan salah satu sumber PAD yang dominan adalah retribusi daerah. Menurut Davey 1988, retribusi adalah pungutan yang dibayar langsung oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan dan biasanya dimaksud untuk menutup seluruh atau sebagai dari biaya pelayanan. Sementara menurut Soedargo dan Wartini 2001, retribusi adalah suatu pungutan sebagai pembayaran untuk jasa yang oleh negara secara langsung diberikan kepada yang berkepentingan. Sedangkan menurut Munawir dan Wartini 2001, retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjukan. Salah satu cara untuk mengukur kinerja suatu organisasi adalah melihat efisiensi dan efektivitas. Menurut Jones dan Pendlburg 1996, efisiensi pada dasarnya adalah optimalisasi penggunaan sumber-sumber dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut, sedangkan efektivitas menunjukan pada keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Sementara menurut Devas 1989, efektivitas yaitu mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dan potensi hasil pajak itu, dengan anggapan semua wajib pajak membayar pajak masing- masing dan membayar seluruh pajak terhutang masing-masing juga.

2.5.4. Aspek Sosial