Gambar 10. Hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman H’
Indeks Keanekaragaman H’ di seluruh stasiundengan kisaran 2,386-
3,530 umumnya termasuk ke dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan hidup foraminifera cukup baik, sedangkan variasi nilai
mengindikasikan adanya variasi perubahan-perubahan lingkungan secara mikro secara spesifik antar stasiun.
4.4.2. Indeks Komunitas Keseragaman Eveness E’
Indeks keseragaman menyajikan informasi kemiripan jenis spesies dan komunitas yang hidup antara stasiun satu dengan yang lain pada wilayah tersebut.
Nilai indeks keseragaman foraminifera pada Stasiun Kelapa dan Pulau Harapan memiliki kisaran antara 0,3774-0,6641Gambar 11. Tingkat keseragaman
tertinggi terdapat pada Stasiun 2,3,4 dan Stasiun 13, 14 serta 15 komposisi jenis
0,000 0,500
1,000 1,500
2,000 2,500
3,000 3,500
4,000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15
Ni la
i I n
d e
k s
K e
a n
e k
a ra
ga m
a n
H
Stasiun
stabil, sebaliknya stasiun dengan tingkat keseragaman terendah terjadi pada
Stasiun 1, 5, 6, 7 dan Stasiun 12.
Gambar 11.Indeks Keseragaman Evenness Foramnifera Hal ini menunjukkan bahwa Stasiun 2,3,4, 13, 14 serta 15 memiliki
kesamaan komposisi jenis foraminifera dibandingkan denganStasiun 1, 5, 6, 7 dan Stasiun 11. Perubahan lingkungan diperkirakan menyebabkan perubahan
komposisi jenis khususnya pada Stasiun 1, 5, 6, 7 dan 12.
4.4.3. Indeks Komunitas Dominansi Margalef D’
Indeks Margalef D’ yang relatif tinggi berkisar antara 4,589-6,368. Nilai
relatif tinggi terjadi pada stasiun-stasiun seperti Stasiun 1, 9, 12, 13, 14, dan 15, sebaliknya Indeks relatif rendah terjadi pada Stasiun 3, 4, 5, dan 6 Gambar 12.
Secara ekologi nilai indeks dominansi tinggi menunjukkan adanya kehidupan organisme yang tidak seimbang dalam lingkungan, dan jenis foraminifera
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15
Ni la
i I n
d e
k s
K e
ser a
ga m
a n
E E
v e
n n
e s
Stasiun
oportunistik seperti Amonia beccarii, Elphidium sp., dan Rotalia sp.yang mampu hidup karena memiliki tingkat toleransi terhadap lingkungan dengan faktor
pembatas dibandingkan dengan jenis foraminifera yang lain Odum, 1964. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dominansi spesies yang ada adalah Jenis Ordo
Rotaliida bergenus Elphidium sp dan Ammonia becarrii dan Ammonia Sppmendominasi pada Stasiun 3, 4, 5, 6, 7, dan Stasiun 8. Dominasi foraminifera
jenis Calcarina sp dan Amphistegina sp sebagai penciri terumbu karang terdapat mendominasi Stasiun 10, 11, dan Stasiun 12 yang memiliki dominansi cukup
tinggi. Khusus pada sepertiStasiun 4 , 5, dan 6, terdapat indikasi penurunan kualitas lingkungan
4.4.3. Indeks Komunitas Dominansi Margalef D’
Gambar 12. Indeks Komunitas Dominansi Margalef Gambar 12 menunjukkan tingkat dominansi organisme foraminifera pada setiap
stasiun. Foraminifera disekitar perairan Pulau Kelapa dan Pulau Harapan umumnya memiliki Indeks Margalef
D’ yang relatif tinggi berkisar antara 4,589-
1 2
3 4
5 6
7
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15
N ilai
In deks
D om
in ansi
M ar
gale f
D
Stasiun
6,368. Nilai relatif tinggi terjadi pada stasiun-stasiun seperti stasiun 1, 9, 12, 13, 14, dan 15. Sebaliknya Indeks relatif rendah terjadi pada stasiun 3, 4, 5, dan 6
Gambar 12 . Secara ekologi nilai indeks dominansi tinggi menunjukkan adanya kehidupan organisme yang tidak seimbang dalam lingkungan, dan jenis
foraminifera oportunistik seperti Amonia beccarii,. Elphidium sp., dan Rotalia sp.yang mampu hidup karena memiliki tingkat toleransi terhadap lingkungan
dengan faktor pembatas dibandingkan dengan jenis foraminifera yang lain Odum, 1964. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dominansi spesies yang ada adalah
Jenis Ordo Rotaliida bergenus Elphidium sp dan Ammonia becarrii dan Ammonia Sppmendominasi pada stasiun 3, 4, 5, 6, 7, dan stasiun 8. Dominasi foraminifera
jenis Calcarina sp dan Amphistegina sp sebagai penciri terumbu karang terdapat mendominasi Stasiun 10, 11, dan Stasiun 12 yang memiliki dominansi cukup
tinggi. Foraminifera oportunistik yang mendominasi wilayah cukup besar umumnya daerah tersebut tekanan lingkungan diduga akibat faktor manusia.
Lingkungan lokasi daerah pengamatan pada saat pengambilan data masih relatif baik pada stasiun-stasiun tersebut, namun terdapat indikasi penurunan
kualitas lingkungan sepertiStasiun 4 , 5, dan 6.
4.5. Analisis Biplot Terhadap Lingkungan Pulau Kelapa
Analisis ini bertujuan melihat kesamaan karakteristik dari komponen- komponen yang tercipta dari foraminifera sebagai penciri lingkungan pada setiap
stasiun pengamatan. Keunggulan biplot adalah mampu menjelaskan berbagai faktor dan komponen yang mempengaruhi dan secara lebih sederhana. Informasi
yang diperoleh adalah berupa korelasi atau dalam bentuk gambar. Analisis biplot mampu menyederhanakan hubungan, kedekatan dan kemiripan dari masing-
masing foraminifera dan stasiun-stasiun pengamatan, sehingga dengan mudah dapat diinterpretasikan.
12 9
6 3
8 6
4 2
-2 -4
First Component S
e c
o n
d C
o m
p o
n e
n t
F oram76 F oram75
F oram74 F oram73
F oram72 F oram71
F oram70 F oram69
F oram68 F oram67
F oram66 F oram65
F oram64 F oram63
F oram61 F oram60
F oram59 F oram58
F oram57 F oram56
F oram55 F oram54
F oram53 F oram52
F oram51 F oram50
F oram49 F oram48
F oram47 F oram46
F oram45 F oram43
F oram42 F oram41
F oram40 F oram39
F oram38 F oram37
F oram36 F oram35
F oram34 F oram33
F oram32 F oram31
F oram30 F oram29
F oram28 F oram27
F oram26 F oram25
F oram24 F oram23
F oram22 F oram21
F oram20 F oram19
F oram18 F oram17
F oram16 F oram15
F oram14 F oram13
F oram12 F oram11
F oram10 F oram9
F oram8
F oram7 F oram6
F oram5 F oram4
F oram3
F oram2 F oram1
Gambar 13. Analisis Biplot Foraminifera sebagai indikator lingkungan Gambar 13 memperlihatkan hasil analisis komponen foraminifera pada
seluruh stasiun yang memiliki kemiripan karakteristik, habitat, lingkungan spesifik antara spesies foraminifera yang satu dengan spesies foraminifera yang
lain. Analisis Biplot menunjukkan 4 kelompok kuadran, dan masing-masing kuadran terdapat foraminifera, yang memiliki kemiripan yang sama. Semakin
dekat letak titik foraminifera semakin dekat karakteristik habitatnya dan semakin mirip lingkungan yang spesifik untuk foraminifera tersebut hidup. Kuadran 1
dengan komponen utama bernilai positif dan komponen sekunder bernilai positif dimiliki Foram 4, 5, 8, 9, 17, 37, 38, 43, 56 dan foram 65 Lampiran 2. Kuadran
2 dengan komponen utama bernilai negatif dan komponen sekunder bernilai postif dimiliki Foram 1, 2, 10, 16, 18, 20, 24, 29, 30, 35, 46, 49, 72 dan Foram
74Lampiran 2. Kemudian Foram selanjutnya menempati kuadran 3 dan
Kuadran 1
Kuadran 2 Kuadran 3
Kuadran 4
kuadran4. Sebagian besar foraminifera yang ditemukan di Pulau Kelapa dan Pulau Harapan berada di Kuadran 3 dan kuadran 4. Informasi selanjutnya dapat terlihat
pada cluster analisis yang memperlihatkan sebarapa besar nilai kemiripan antara foraminifera yang ditemukan di Pulau Kelapa dan Pulau Harapan lampiran2
0.35 0.30
0.25 0.20
0.15 0.10
0.05 0.00
0.6 0.5
0.4 0.3
0.2 0.1
0.0 -0.1
-0.2 -0.3
First Component
S e
c o
n d
C o
m p
o n
e n
t
Stasiun1 Stasiun2
Stasiun3
Stasiun4
Stasiun5 Stasiun6
Stasiun7 Stasiun8
Stasiun9 Stasiun10
Stasiun11 Stasiun12
Stasiun13 Stasiun14
Stasiun15
Gambar 14. Hasil Kondisi lingkungan berdasarkan komponen stasiun Gambar 14 menyajikan hasil pembahasan analisis multivariate biplot yang
memperlihatkan hubungan atau korelasi antara satu stasiun dengan stasiun lainnya. Garis antara stasiun satu dengan stasiun yang lain saling berpotongan
membentuk derajat sudut. Apabila sudut antar stasiun semakin kecil artinya hubungan, kemiripan dan kedekatan antar stasiun tersebut semakin kuat dan erat
15 . Jika sudut terbentuk lebih besar 15
maka hubungan antar stasiun tersebut semakin berbeda dan bertolak belakang.
Hasil analisis biplot menunjukkan bahwa terdapat 3 kelompok stasiun yang mencirikan kondisi yang sama. Kelompok kuadran 1 adalah Stasiun 1,2,3,11
dan 12, kemudian kelompok 2 adalah kuadran 4,9,10,13,14 dan 15, kelompok 3 adalah kuadran 5, 6, 7 dan 8. Kondisi yang relatif sama beberapa stasiun dalam
satu kelompok Cluster dapat diindikasikan dengan jenis spesies foraminifera dan jumlah individu. Secara umum perbedaan jenis spesies dan jumlah individu
dalam stasiun adalah berkaitan dengan kesesuaian atau adaptasi foraminifera terhadap lingkungan hidupnya. Dengan demikian kelompokCluster dari stasiun-
stasiun tersebut menunjukan tiga perbedaan kualitas wilayah kondisi lingkungan perairan disekitar P. Kelapa dan P. Harapan. Berbagai faktor yang mempengaruhi
tingkat kualitas perairan baik kondisi fisik, kimiawi dan biologi perairan, termasuk faktor eksternal seperti aktivitas manusia. Wilayah stasiun kelompok 2
umumnya dicirikan dengan tingkat keanekaragaman yang lebih baik, sebaliknya stasiun tertentu di wilayah kelompok 3 memiliki tingkat keanekaragaman relatif
kurang baik, dan keseragaman rendah. Dengan demikian stasiun-stasiun yang berada dikelompok 2 merupakan wilayah dengan kualitas lingkungan yang relatif
lebih baik diantara wilayah-wilayah penelitian lainnya.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Struktur komunitas foraminifera di Perairan Pulau Kelapa dan Pulau Harapan menunjukkan kondisi bervariasi yang ditunjukkan dengan nilai indeks,
keanekaragaman, keseragaman dan dominansi.Nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman umumnya menunjukkan kategori sedang, demikian pula dengan
indeks dominansinya. Hal ini menunjukkan pula bahwa kondisi perairan secara ekologi sudah tidak baik. Namun demikian, terdapat beberapa wilayah yang
masih memiliki kualitas lebih baik, dan sebaliknya terdapat wilayah dengan kualitas kurang baik. Hal ini menunjukkan kondisi secara keseluruhan kualitas
perairan sudah mengalami gejala penurunan kualitas perairan. Beberapa wilayah dengan kualitas perairan yang menurun, juga diindikasikan dengan munculnya
spesies-spesies bersifat oportunistik. Adapun daerah yang masih baik dan sangat baik dan merupakan daerah
spot-spot terumbu karang seperti Stasiun 2, 3, 4, 11 dan 12. Sedangkan pada Stasiun 9, 10, 13, 14, 15 merupakan daerah yang memiliki kondisi yang cukup
baikwalaupun memiliki potensi ancaman kerusakan lingkungan. Stasiun 1, 5, 6, 7, dan Stasiun 8 sedang mengalami penurunan kualitas lingkungan dan degradasi
lingkungan.
5.2. Saran
Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh pencemaran bagi foraminifera, sehingga perlu dilakukan
pengamatan pada perubahan struktur dinding cangkang foraminifera untuk
51
mengetahui pengaruh kadar bahan pencemar dengan memerhitungkan foraminifera yang rusak dan mengalami abnormalitas bentuk morfologi cangkang
foraminifera.
DAFTAR PUSTAKA
Adithya, W. 2008. Struktur Komunitas Foraminifera Bentik di Selat Makasar Berdasarkan Kedalaman Laut. Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Alve, E. 1991. Benthic Foraminifera in Sediment Cores Reflecting Heavy Metal Pollution in Sφrfjord, Western Norway.Jour. Foram. Res. 21 1:1-19.
Barker, RW.1960. Taxonomic Notes, Special Publication No. 9.Society of Economic Paleontologists and Mineralogists.Tulsa, USA.
Boersma, Adan Haq, UB. 1978. Introduction to Marine Micropaleontology.Elsevier Science Publishing. New York.
Boltovskoy, Edan Wright, R. 1976. Recent Foraminifera.Dr. W. Junk Publishers. The Hague.
Burone, L, Lessa, G, Machado, A, Figuêredo, J. 2006.Benthic Foraminiferal assemblages and morphological abnormalities in the Subaé Estuarine
System, Bahia-Brazill. Anuário do instituto de Geociências-UFRJ. 29: 405-406.
Burone, L. dan Pires-Vanin, AMS. 2006. Foraminiferal Assemblages in Ubatuba Bay, South-Eastern Brazilian Coast. Sci Mar.70: 203-217.
Clarke, KR dan Warwick, RM. 2001. Change in marine Communities, An Approach to Statistical Analysis and Interpretation, 2
nd
ed. PRIMER-EL Ltd. Plymouth, United Kingdom.
Dewi, KT dan Darlan Y. 2008. Partikel Mikroskopis Dasar Laut Nusantara. Edisi Publikasi.Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan P3GL.
Bandung. Dewi, KT,Suhartati,MN dan Siswantoro, Y. 2010. Mikrofaunaforaminifera
Terumbu Karang Sebagai Indikator Perairan SekitarPulau-Pulau Kecil. Ilmu Kelautan. Edisi khusus 1: 1-9.
Drinia, H, Antonarakou, A danTsaparas, N. 2004. Diversity and Abundance Trends of Benthic Foraminifera from TheSouthern Part of The Iraklion
Basin, Central Crete. Geo.Soc. 36: 772-781. English,S, Wilkinson, Cdan Baker, V. 1994. Survey Manual and Tropical Marine
Resources.Australian Institute and Marine Science.Townsville, Australia.
53