Distribusi Foraminifera HASIL DAN PEMBAHASAN

38 Gambar 8. Distribusi foraminifera berdasarkan klasifikasi genus 38 Komposisi foraminifera pada Stasiun 7 memiliki kelimpahan tertinggi dari jenis foraminifera Quinqueloculina sp 28 yang dapat dikatakankondisi perairan cukup baik namun pada stasiun tersebut juga memiliki kelimpahan relatif tinggi pada jenis foraminifera Ammonia sp mencapai 21. Hal ini mencerminkan situasi kontradiktif terjadi, disamping Stasiun 7 memiliki kondisi daya dukung lingkungan yang baik dimana suhu, cahaya matahari, type substrat sedimen merupakan faktor-faktor penting bagi populasi foraminifera bentik tersedia, namun Stasiun 7 sedang mengalami tekanan lingkungan dikarenakan daerah ini dekat dengan pelabuhan menyebabkan terbentuk lingkungan oportunistik dengan dicirikan foraminifera Ordo Rotaliida seperti: Ammonia sp, Elphidium sp akumulasinya mendominasi daerah Stasiun 7. Oleh karena itupada daerah Stasiun 7 mengalami degradasi lingkungan. Pada stasiun 8 proporsi jenis foraminifera dengan kelimpahan relatif tinggi 28,8 dicapai oleh jenis Quinqueloculina sp. Genus Foraminifera ini hidup pada dasar perairan jenis ini hidup sebagai bentik pada dasar perairan genus ini hidup meliang di dalam dasar perairan hidupnya bersama fitoplankton sebagai sumber makanannya sehingga jenis ini selalu berada pada daerah yang selalu mendapatkan penetrasi sinar matahari di perairan laut jenis ini juga terdapat di estuarin dan pada umumnya hidup pada perairan dangkal. Hal ini mengindikasikan kondisi lingkungan perairan Stasiun 8 diduga memiliki kondisi lingkungan relatif baik selain berdekatan dengan Stasiun 7; Stasiun 8 memiliki lokasi cukup terlindung dari perairan yang mengalami kontaminasi bahan pencemar dari Teluk Jakarta. Hal yang unik terjadi pada komunitas Stasiun 9 foraminifera yang ditemukan dengan jumlah kelimpahan tertinggi dimiliki oleh foraminifera berjenis Quinqueloculina sp dan Elphidium sp masing-masing sebesar 11. Hal ini dapat diintrepretasikan kondisi perairan Stasiun 9 masih cukup baik namun tingginya Elphidium sp diduga diakibatkan banyaknya aktivitas manusia karena letaknya secara geografis dan oseanografis yang pada mulanya terlindung dari kontaminasi bahan pencemar kini akibat berdekatan dengan dermaga dan pelabuhan daerah tersebut menjadi lintasan kapal-kapal nelayan sehinggan memiliki kecenderungan terjadi pencemaran. Hal sama juga terjadi pada Stasiun 10 komposisi foraminifera jenis oportunistik meningkat tajam pada area ini jenis Elphidium sp mencapai 38 dan Ammonia sp mencapai 12. Hal ini diduga kondisi lingkungan stasiun 10 kurang memiliki daya dukung optimal dan faktor pembatas bagi pertumbuhan foraminifera sehingga hanya jenis-jenis oportunistik yang dapat berkembang yang memiliki toleransi dan kisaran yang tinggi terhadap lingkungan Odum, 1964. Fenomena ini juga mengakibatkan jarang sekali ditemukannya foraminifera selain foraminifera oportunistik. Komunitas yang unik terjadi pada bagian timur Pulau Harapan yaitu pada Stasiun 11 dan Stasiun 12 pada wilayah perairan ini memiliki komunitas yang berbeda dari wilayah perairan lain karena memiliki karakteristik perairan yang berbeda pula. Pada Stasiun 11 jenis foraminifera yang mendominasi perairan ini adalah Amphistegina sp 21. Amphistegina sp merupakan foraminifera penciri terumbu karang merupakan indikator komunitas terumbu karang Dewi et al., 2010. Daerah ini merupakan kumpulan atol dan laguna serta reef flat bergabung membentuk gugusan pulau karang UN reef flat. Berdasarkan hasil penelitian Huda 2008 bagian timur Pulau Harapan memiliki spot-spot terumbu karang yang termasuk dalam kategori baik dengan proporsi 57-59. Oleh karena itu, area ini merupakan area yang masuk kedalam area konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu yang perlu dipertahankan dan dilestarikan KKP, 2001. Hal demikian juga terjadi pada area Stasiun 12 karena memiliki jenis penciri terumbu karang yang tinggi Calcarina sp31,3 dan Amphistegina sp 8,21 serta peneroplis sp 14,9. Sedangkan pada Stasiun 13 terjadi kondisi yang kontradiktif komunitas pada Stasiun 13 didominasi oleh jenis foraminifera Elphidium sp dengan kelimpahan jumlah mencapai sebesar 16,5 dari seluruh total individu yang ditemukan di stasiun tersebut. Hal ini mengindikasikan area tersebut berdasarkan letak lokasi yang dekat muara sungai dan di area pemukiman penduduk sehingga mendapat asupan banyak bahan-bahan anorganik. Pada Stasiun 14 memperlihatkan kondisi yang serupa jenis foraminifera yang mendominasi berasal dari genus Elphidium sp 26 genus ini dipastikan melimpah pada stasiun pengamatan ini jenis organisme foraminifera ini termasuk kedalam ordo Rotaliidae sp jenis ini termasuk kedalam foraminifera toleranoportunistik jumlahnya yang sangat melimpah menjadikan foraminifera tersebut mendominasi komunitas foraminifera diperairan Pulau Kelapa sekaligus mengindikasikan daerah yang banyak ditemukan genus ini merupakan daerah intoleran terhadap foraminifera genus lain Rositasari, 2009. Pada Stasiun 15 juga terjadi hal demikian komposisi foraminifera terbesar diraih oleh jenis foraminifera Elphidium sp 26,8 memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan perolehan jenis foraminifera yang sama pada Stasiun 14. Hal tersebut mengindikasikan terjadi tekanan lingkungan lebih tinggi diduga ini terjadi akibat area pengambilan sampel dekat dengan pemukiman dan mendapat banyak asupan bahan anorganik serta detergen dari pemukiman warga yang mengendap pada area ini. Banyaknya jumlah variasi jenis foraminifera juga dapat memperlihatkan daya dukung lingkungan pada setiap stasiun terhadap pertumbuhan foraminifera yang terdapat didalamnya. Semakin banyak variasi jenis dan jumlah individu foraminifera pada suatu wilayah, maka wilayah itu kondisi lingkungannya semakin baik. Sebagai contoh Elphidium sp dapat bertahan hidup walaupun kondisi wilayah tersebut telah mengalami kerusakan, toleransi yang besar, pola adaptasi yang cepat menjadikan marga foraminifera ini dapat bertahan hidup lebih lama dibandingkan marga foraminifera lainnya. Marga foraminifera Rotaliida sp jenis ini termasuk kedalam foraminifera oportunistik atau toleran terhadap berbagai bahan pencemar jenis ini sangat kuat sekali mencirikan kondisi lingkungan pencemar Dewi dan Darlan, 2008. Pencemaran yang masuk ke perairan mengakibatkan dampak yang lama bagi komponen biotik dan abiotik sehingga marga foraminifera Ammonia sp yang termasuk jenis foraminifera toleran dan oportunistik memanfaatkan keuntungan langsung dari jenis polutan tertentu. Keuntungan langsung tersebut adalah terdapatnya tambahan nutrisi bagi jenis tersebut seperti senyawa organik, garam nutrien, bakteri dan sebagainya. Keuntungan tidak langsung adalah dengan berkurangnya persaingan dan saling memakan diantara foraminifera lain terhadap marga foraminifera ini Rositasari, 2002.

4.3. Kelimpahan Individu Foraminifera

Kelimpahan individu foraminifera di seluruh stasiun pengamatan bervariasi dengan kisaran antara 3830 - 6018 indm 2 Gambar 9. Jumlah individu pada area penelitian dapat dibedakan menjadi tiga kelompok kelimpahan yaitu kelompok kelimpahan terendah terdapat pada Stasiun 2, 3, dan 8 3600-4200 indm 2 , sedangkan kelompok kelimpahan menengah terdapat di banyak Stasiun 1, 4, 5, 6, 7, 9, 11, dan 13 4750-5250 indm 2 . Kelimpahan tinggi terdapat pada Stasiun-Stasiun 10, 12, 14 dan 15 lebih besar 5500 indm 2 . Gambar 9.Kelimpahan jumlah foraminiferapada seluruh stasiun 4.4. Analisis Indeks Komunitas Foraminifera 4.4.1. Indeks Keanekaragaman H’ Indeks H’ log2 menunjukkan nilai kelimpahan relatif dan keragaman jenis pada pada tiap-tiap stasiun. Indeks ini menunjukkan nilai kelimpahan relatif dan keragaman jenis pada pada tiap-tiap stasiun. Semakin tinggi nilai indeks H’ log2, maka kelimpahan relatif , keragaman jenis dan jumlah spesies disetiap stasiun akan semakin tinggi. Nilai indeks keanekaragaman H’ meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah jenis organisme diimbangi jumlah populasi suatu organisme. Indeks H’ mampu melihat seberapa besar kapasitas suatu komunitas menampung populasi jenis yang tersusun didalamnya. 3500 4000 4500 5000 5500 6000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 In d ivid u m 2 Stasiun Gambar 10. Hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman H’ Indeks Keanekaragaman H’ di seluruh stasiundengan kisaran 2,386- 3,530 umumnya termasuk ke dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan hidup foraminifera cukup baik, sedangkan variasi nilai mengindikasikan adanya variasi perubahan-perubahan lingkungan secara mikro secara spesifik antar stasiun.

4.4.2. Indeks Komunitas Keseragaman Eveness E’

Indeks keseragaman menyajikan informasi kemiripan jenis spesies dan komunitas yang hidup antara stasiun satu dengan yang lain pada wilayah tersebut. Nilai indeks keseragaman foraminifera pada Stasiun Kelapa dan Pulau Harapan memiliki kisaran antara 0,3774-0,6641Gambar 11. Tingkat keseragaman tertinggi terdapat pada Stasiun 2,3,4 dan Stasiun 13, 14 serta 15 komposisi jenis 0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Ni la i I n d e k s K e a n e k a ra ga m a n H Stasiun