Keterkaitan Karakteristik Oseanografi terhadapForaminifera

Gelombang dan arus berperan penting dalam difusi oksigen dari udara ke dalam perairan laut serta berperan dalam distribusi nutrien dan sumber makanan bagi foraminifera. Arus juga berperan dalam distribusi organisme laut dan siklus reproduksinya. Arus membantu dalam penyebaran fase gamet dan embrio foraminifera planktonik, dimana foraminifera tersebut sangat tergantung oleh arus Boltovskoy dan Wright, 1976; Pringgoprawiro et al., 1994. Foraminifera memanfaatkan material substrat untuk mensekresikan bahan penyusun cangkang melalui mekanisme kimiawi Boltovskoy dan Wright, 1976. Substrat lumpur dan lanau merupakan tempat yang ideal bagi foraminifera. Foraminifera yang hidup pada substrat lumpur –lanau pada umumnya memiliki cangkang yang tipis, rapuh berbentuk bulat telur, struktur kamar trochospira. Foraminifera jenis Elphidium sp banyak ditemukan pada area tersebut. Pada subtrat berpasir dan berkerikil kandungan bahan organiknya rendah cangkang foraminifera tebal, ornamentasi unik, lonjong dan cembung-cembung seperti Quinqueloculina sp Rositasari, 1996. Turbiditas dapat mengganggu proses fotosintesis antara algae dan fitoplankton sebagai sumber makanan bagi foraminifera. Hal ini mengakibatkan ketersediaan makanan menjadi terbatas sehingga terjadi persaingan antara organisme termasuk predasi sehingga populasi foraminifera menjadi berkurang. Turbiditas mempengaruhi proporsi jumlah foraminifera bentonik berdinding gampingan “calcareous”, sedangkan foraminifera pembentuk dinding cangkang pasira agglutinated semakin meningkat karena tidak memerlukan bikarbonat dari hasil fotosintesis fitoplankton Boltovskoy dan Wright, 1976.

2.6. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pulau Kelapa merupakan salah satu dari ratusan pulau-pulau pasir dan terumbu karang yang terdapat di Kepulauan Seribu dan merupakan salah satu pulau dari sebelas pulau yang berpenghuni. Secara geografis Kepulauan Seribu terletak pada 106 20’00” BT hingga 106 57’00” BT dan 5 10’00” LS hingga 5 57’00” LS Gambar 4, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan termasuk kedalam tata wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu bagian dari Provinsi DKI Jakarta, Kelurahan Pulau Kelapa termasuk dalam Kepulauan Seribu Utara bersama-sama dengan Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Harapan. Berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu tahun 2010-2030, jumlah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu mencapai 117 pulau yang terbagi dalam 2 kecamatan dan 6 kelurahan. Secara geologis Pulau Kelapa merupakan paparan benua yaitu bagian dari gugusan pulau-pulau tropis yang membentuk Kepulauan Seribu dengan kondisi perairan yang hangat sirkulasi air relatif lancar kondisi seperti ini sangat mungkin ekosistem terumbu karang dan biota-biota laut berasosiasi dengannya mencapai pertumbuhan maksimal Dahuri, 1996 in Dewi dan Darlan, 2008. Lokasi pengambilan contoh sedimen terletak di bagian utara Teluk Jakarta sekitar 30 mil laut dari pesisir Teluk Jakarta memiliki air yang cukup jernih dan pasir laut yang putih dengan kedalaman 20-37 meter pada umumnya kurang dari 30 m. Pada zaman purba perairan ini merupakan daratan yang tidak tergenang oleh air karena terdapat pola aliran sungai bawah laut yang sekarang terjadi endapan sedimen Nontji, 1993, sehingga penetrasi cahaya matahari mampu mencapai permukaan dasar laut, sehingga banyak sekali terdapat spot-spot terumbu karang. Gambar 4. Lokasi Kepulauan Seribu di sebelah Utara Teluk Jakarta Kondisi perairan laut dipengaruhi oleh dua musim antara lain musim Barat pada periode Bulan November-Maret dan musim Timur Mei-September. Rata- rata suhu di Kepulauan Seribu rata-rata antara 25 -33 Celcius, sedangkan salinitas sangat variabel di perairan Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya curah hujan yang tinggi dan besarnya limpasan dari banyak sungai. Musim hujan terjadi pada bulan November hingga bulan April dengan intensitas hujan mencapai 20 haribulan. Berdasarkan data tahun 2000, curah hujan bulanan di Kepulauan Seribu rata-rata tercatat sebesar 142,54 mm dengan curah hujan terendah pada bulan Juni dan tertinggi pada bulan September TERANGI, 2007. Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh perairan Teluk Jakarta dimana bermuara 13 sungai yang membawa air tawar dalam jutaan meter kubik m 3 ke laut sehingga mempengaruhi salinitas dan tingkat kesadahan dari laut serta pH. Nilai pH yang terukur pada lokasi pengamatan rata-rata sebesar 8,00-8.50 pada semua stasiun pengamatan Huda, 2008. Perairan Indonesia termasuk iklim tropis, salinitas meningkat dari arah barat ke timur dengan kisaran antara 30 – 34‰ Wyrtki, 1961. Namun salinitas di Pulau Kelapa cenderung konstan berkisar antara 32‰-33‰. Arus laut dipengaruhi angin musim barat dan musim timur. Pada musim barat angin bertiup kencang berakibat arus laut yang kuat bergerak dari barat ke timur disertai hujan deras, pada saat ini arus dapat mencapai 4-5 Knot dan tinggi gelombang mencapai 2 meter dan rata-rata 2-4 m tetapi tidak lebih dari 5 meter Muzaki, 2008. Kecepatan arus pada musim barat dapat mencapai lebih dari 0,5 ms dengan kecepatan arus tertinggi berada pada bagian timur Muzaki, 2008. Perairan Kepulauan Seribu juga merupakan air laut yang berasal dari Samudera Pasifik melalui mekanisme Arlindo Arus lintas Indonesia yang membawa material Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia pada umumnya, air laut dari Samudera Pasifik merupakan air laut yang hangat dan banyak ditumbuhi plankton yang merupakan salah satu makanan dari foraminifera. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian Hakim 2011 menyebutkan perairan Indonesia khususnya perairan Utara Jawa memiliki kandungan klorofil-a antara 0,5-1,0 mgm 3 Nilai kandungan klorofil-a yang tinggi di perairan tersebut disinyalir membawa banyak substrat yang mengandung unsur organik dan zat hara lainnya Hakim, 2011. Kondisi lingkungan Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu diperkirakan mengalami berbagai perubahan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat dan diikuti dengan berubah fungsinya menjadi obyek wisata dan tempat tinggal penduduk. Hal ini ditandai dengan berbagai masalah seperti