Analisis Deskriptif Teknik Analisis Identifikasi
masing-masing sebesar 11. Hal ini dapat diintrepretasikan kondisi perairan Stasiun 9 masih cukup baik namun tingginya Elphidium sp diduga diakibatkan
banyaknya aktivitas manusia karena letaknya secara geografis dan oseanografis yang pada mulanya terlindung dari kontaminasi bahan pencemar kini akibat
berdekatan dengan dermaga dan pelabuhan daerah tersebut menjadi lintasan kapal-kapal nelayan sehinggan memiliki kecenderungan terjadi pencemaran. Hal
sama juga terjadi pada Stasiun 10 komposisi foraminifera jenis oportunistik meningkat tajam pada area ini jenis Elphidium sp mencapai 38 dan Ammonia sp
mencapai 12. Hal ini diduga kondisi lingkungan stasiun 10 kurang memiliki daya dukung optimal dan faktor pembatas bagi pertumbuhan foraminifera
sehingga hanya jenis-jenis oportunistik yang dapat berkembang yang memiliki toleransi dan kisaran yang tinggi terhadap lingkungan Odum, 1964. Fenomena
ini juga mengakibatkan jarang sekali ditemukannya foraminifera selain foraminifera oportunistik. Komunitas yang unik terjadi pada bagian timur Pulau
Harapan yaitu pada Stasiun 11 dan Stasiun 12 pada wilayah perairan ini memiliki komunitas yang berbeda dari wilayah perairan lain karena memiliki karakteristik
perairan yang berbeda pula. Pada Stasiun 11 jenis foraminifera yang mendominasi perairan ini adalah Amphistegina sp 21. Amphistegina sp
merupakan foraminifera penciri terumbu karang merupakan indikator komunitas terumbu karang Dewi et al., 2010. Daerah ini merupakan kumpulan atol dan
laguna serta reef flat bergabung membentuk gugusan pulau karang UN reef flat. Berdasarkan hasil penelitian Huda 2008 bagian timur Pulau Harapan memiliki
spot-spot terumbu karang yang termasuk dalam kategori baik dengan proporsi 57-59. Oleh karena itu, area ini merupakan area yang masuk kedalam area
konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu yang perlu dipertahankan dan dilestarikan KKP, 2001. Hal demikian juga terjadi pada area Stasiun 12 karena
memiliki jenis penciri terumbu karang yang tinggi Calcarina sp31,3 dan Amphistegina sp 8,21 serta peneroplis sp 14,9. Sedangkan pada Stasiun
13 terjadi kondisi yang kontradiktif komunitas pada Stasiun 13 didominasi oleh jenis foraminifera Elphidium sp dengan kelimpahan jumlah mencapai sebesar
16,5 dari seluruh total individu yang ditemukan di stasiun tersebut. Hal ini mengindikasikan area tersebut berdasarkan letak lokasi yang dekat muara sungai
dan di area pemukiman penduduk sehingga mendapat asupan banyak bahan-bahan anorganik. Pada Stasiun 14 memperlihatkan kondisi yang serupa jenis
foraminifera yang mendominasi berasal dari genus Elphidium sp 26 genus ini dipastikan melimpah pada stasiun pengamatan ini jenis organisme foraminifera ini
termasuk kedalam ordo Rotaliidae sp jenis ini termasuk kedalam foraminifera toleranoportunistik jumlahnya yang sangat melimpah menjadikan foraminifera
tersebut mendominasi komunitas foraminifera diperairan Pulau Kelapa sekaligus mengindikasikan daerah yang banyak ditemukan genus ini merupakan daerah
intoleran terhadap foraminifera genus lain Rositasari, 2009. Pada Stasiun 15 juga terjadi hal demikian komposisi foraminifera terbesar diraih oleh jenis
foraminifera Elphidium sp 26,8 memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan perolehan jenis foraminifera yang sama pada Stasiun 14. Hal tersebut
mengindikasikan terjadi tekanan lingkungan lebih tinggi diduga ini terjadi akibat area pengambilan sampel dekat dengan pemukiman dan mendapat banyak asupan
bahan anorganik serta detergen dari pemukiman warga yang mengendap pada area ini.