Indeks Keanekaragaman H’ Indeks Keseragaman E’

dan ada pula beberapa yang berbeda. Salah satu kemiripan komposisi terjadi pada beberapa stasiun yang terletak dekat muara sungai dan pelabuhan. Menurut Huda 2008 salinitas daerah muara memiliki kisaran 25-31 ‰ dan dapat mencapai 18 ‰. Hal tersebut mengakibatkan hanya jenis-jenis tertentu yang dapat bertahan pada kondisi perairan tersebut. Pada Stasiun 1 proporsi foraminifera Quinqueloculina sp memiliki nilai kelimpahan relatif tinggi 19 . Hal ini mencirikan pada Stasiun 1 merupakan daerah yang memiliki penetrasi sinar matahari cukup baik jernih. Pada Stasiun 2 proporsi foraminifera Calcarina sp memiliki nilai kelimpahan tinggi 17. Hal ini mengindikasikan banyaknya spot-spot terumbu karang. Hal ini juga diindikasikan adanya jenis foraminifera dari Ordo Peneroplis sp 10. Pada Stasiun 3didominasiforaminifera Elphidium sp 22 yang merupakan tergolong foraminifera oportunistik. Hal ini menandakan kondisi lingkungan perairan pada Stasiun 3yang kurang mendukung kehidupan secara baik. Hal yang sama juga terjadi pada Stasiun 4 yang letaknya berdekatan. Khusus pada Stasiun 5 dan 6 Elphidium sp menguasai struktur komunitas berturut-turut mencapai 40 dan 27. Nilai tersebut merupakan nilai yang nyata sangat banyak atau mendominasi wilayah perairan tersebut. Hal tersebut juga mengindikasikan kondisi perairan yang telah mengalami penurunan kualitas nyata, karena wilayah tersebut merupakan daerah muara sungai selain bersalinitas rendah daerah tersebut juga mendapat masukan limbah domestic bahan detergen yang dapat mempengaruhi pertumbuhan foraminifera Rositasari, 1996. Daerah estuari dengan salinitas rendah karena masukan air tawar dapat menyebabkan jenis foraminifera lain kurang mampu hidup baik Boltovskoy dan Wright,1976. 38 Gambar 8. Distribusi foraminifera berdasarkan klasifikasi genus 38 Komposisi foraminifera pada Stasiun 7 memiliki kelimpahan tertinggi dari jenis foraminifera Quinqueloculina sp 28 yang dapat dikatakankondisi perairan cukup baik namun pada stasiun tersebut juga memiliki kelimpahan relatif tinggi pada jenis foraminifera Ammonia sp mencapai 21. Hal ini mencerminkan situasi kontradiktif terjadi, disamping Stasiun 7 memiliki kondisi daya dukung lingkungan yang baik dimana suhu, cahaya matahari, type substrat sedimen merupakan faktor-faktor penting bagi populasi foraminifera bentik tersedia, namun Stasiun 7 sedang mengalami tekanan lingkungan dikarenakan daerah ini dekat dengan pelabuhan menyebabkan terbentuk lingkungan oportunistik dengan dicirikan foraminifera Ordo Rotaliida seperti: Ammonia sp, Elphidium sp akumulasinya mendominasi daerah Stasiun 7. Oleh karena itupada daerah Stasiun 7 mengalami degradasi lingkungan. Pada stasiun 8 proporsi jenis foraminifera dengan kelimpahan relatif tinggi 28,8 dicapai oleh jenis Quinqueloculina sp. Genus Foraminifera ini hidup pada dasar perairan jenis ini hidup sebagai bentik pada dasar perairan genus ini hidup meliang di dalam dasar perairan hidupnya bersama fitoplankton sebagai sumber makanannya sehingga jenis ini selalu berada pada daerah yang selalu mendapatkan penetrasi sinar matahari di perairan laut jenis ini juga terdapat di estuarin dan pada umumnya hidup pada perairan dangkal. Hal ini mengindikasikan kondisi lingkungan perairan Stasiun 8 diduga memiliki kondisi lingkungan relatif baik selain berdekatan dengan Stasiun 7; Stasiun 8 memiliki lokasi cukup terlindung dari perairan yang mengalami kontaminasi bahan pencemar dari Teluk Jakarta. Hal yang unik terjadi pada komunitas Stasiun 9 foraminifera yang ditemukan dengan jumlah kelimpahan tertinggi dimiliki oleh foraminifera berjenis Quinqueloculina sp dan Elphidium sp